![]() |
Kemungkinan gambar prototipe pesawat pembom siluman H-20 China. (Screengrab CCTV) |
Pesawat pembom strategis generasi baru H-20 China kemungkinan siap untuk pengiriman tahun ini, tetapi Beijing dikabarkan menimbang dampak terkait waktu yang kompleks dalam hubungan regional karena pandemi virus corona.
Melansir South China Morning Post, sumber-sumber militer mengatakan, pembom siluman supersonik Xian H-20 yang diklaim mampu menggandakan jangkauan serangan China akan membuat penampilan publik pertamanya di Zhuhai Airshow tahun ini pada November.
"Zhuhai Airshow diharapkan menjadi platform untuk mempromosikan citra China dan keberhasilannya dalam pengendalian pandemi dan memberi tahu dunia luar bahwa penularannya tidak berdampak besar pada industri pertahanan China," kata sumber anonim.
Tetapi debut pembom H-20 di Zhuhai Airshow tahun ini dapat meningkatkan ketegangan dengan secara langsung karena mengancam negara-negara dalam jangkauan serangannya, terutama Australia, Jepang dan semenanjung Korea.
"Kepemimpinan di Beijing masih hati-hati mempertimbangkan apakah akan mempengaruhi keseimbangan regional, terutama karena ketegangan regional telah meningkat atas pandemi Covid-19," kata sumber lain.
"Seperti rudal balistik antarbenua, semua pembom strategis dapat digunakan untuk mengirimkan senjata nuklir. Jika China mengklaim memprioritaskan kebijakan pertahanan nasional yang murni bersifat defensif, mengapa mereka membutuhkan senjata ofensif seperti itu?" lanjut dia.
Ketegangan di wilayah itu memburuk dalam sebulan terakhir karena perang kata-kata antara Beijing dan Washington tentang pandemi corona. Dan kedua belah pihak juga tengah meningkatkan patroli angkatan laut di Selat Taiwan dan Laut China Selatan.
Departemen pertahanan AS memperkirakan jangkauan jelajah H-20 lebih dari 8.500 km. Pesawat ini adalah yang terakhir dari 20 seri pesawat (sayap tetap dan sayap putar) generasi baru China, yang meliputi jet tempur siluman J-20, pesawat angkut raksasa Y-20 dan helikopter utilitas medium-lift Z-20.
Kedatangan H-20 akan menandai penyelesaian "triad nuklir" China, yakni rudal balistik antarbenua berbasis darat, peluncuran dari bawah laut (kapal selam), dan peluncuran dari udara.
Televisi pemerintah China mengatakan H-20 dapat mengubah kalkulus strategis antara AS dan China dengan menggandakan jangkauan serangan pesawat pembom China saat ini H-6K.
H-20 dilaporkan didesain untuk mampu menyerang sasaran di luar lingkaran pulau kedua, yang meliputi pangkalan AS di Jepang, Guam, Filipina, dan negara-negara lain, dari pangkalan di daratan China. Sementara rantai pulau ketiga meluas ke Hawaii dan pesisir Australia.
H-20 akan dilengkapi dengan rudal nuklir dan konvensional dengan berat lepas landas maksimum 200 ton dan muatan hingga 45 ton. H-20 itu diperkirakan terbang dengan kecepatan subsonik (di bawah 1 Mach) dan berpotensi mampu meluncurkan empat rudal jelajah siluman hipersonik yang kuat.
Namun, seperti jet tempur siluman aktif pertama China, J-20, pengembangan mesin pembom H-20 tidak sesuai jadwal, menurut sumber.
Untuk J-20, para insinyur sedang mengembangkan mesin WS-15 turbofan daya dorong tinggi, tetapi J-20 masih menggunakan mesin lama WS-10B China atau AL-31FM2/3 buatan Rusia, yang kurang mendukung kemampuan manuver dan kemampuan siluman di kecepatan subsonik.
![]() |
J-20 China. (Gambar via almasdarnews) |
Analis militer berspekulasi H-20 mungkin menggunakan mesin Rusai NK-321 (mesin pembom Tu-160) tetapi dua sumber militer independen mengatakan akan dilengkapi dengan mesin WS-10 yang ditingkatkan.
"WS-10 masih merupakan mesin transisi untuk H-20 karena tidak cukup kuat. Penggantian yang memenuhi syarat mungkin membutuhkan dua hingga tiga tahun untuk pengembangan," kata salah satu sumber.
Sumber kedua berpendapat bahwa kecepatan H-20 akan lebih lambat dari yang diharapkan, dengan beberapa kemampuan tempur yang juga akan ditiadakan. Itulah sebabnya angkatan udara Amerika kurang peduli dengan H-20, karena tidak cepat dan tidak kuat untuk menimbulkan tantangan bagi pembom B-2 dan B-21 mereka.
Jika AS memutuskan untuk mengerahkan lebih banyak jet tempur siluman F-35 - yang mana telah terjual sekitar 200 ke Jepang dan Korea Selatan - itu bisa mendorong China untuk mempercepat peluncuran pesawat pembom baru, kata sumber kedua.
"Misalnya, jika AS memutuskan untuk menyebarkan hingga 500 F-35 ke Jepang, Korea Selatan, dan bahkan Singapura, India dan Taiwan - membuat hampir semua tetangga China di kawasan Indo-Pasifik menggunakan F-35 untuk mengurung China - itu akan mendorong Beijing untuk sesegera mungkin meluncurkan H-20."
H-20 diyakini telah dikembangkan sejak awal 2000-an. Proyek untuk mengembangkan pesawat pembom strategis pertama kali diumumkan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China pada tahun 2016. (Business Insider)