Sabtu, September 08, 2018

Perlukah AS Kembali Gunakan Kapal Selam Non-Nuklir?

Kapal selam Kelas Soryu Jepang

Sebagian mengklaim bahwa Pentagon akan lebih banyak memiliki uang jika menggunakan kapal selam non-nuklir, tetapi Angkatan Laut Amerika Serikat tidak setuju.

Tahun 1990 adalah akhir dari era kapal selam non-nuklir (konvensional) Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). US Navy menonaktifkan kapal selam serang USS Blueback, kapal selam non-nuklir terakhir yang dioperasikan US Navy.

Kapal selam nuklir memiliki beberapa keunggulan berbeda dibandingkan dengan kapal selam bertenaga konvensional, tetapi pembangunan kapal selam nuklir butuh banyak waktu dan uang. Ketika Angkatan Laut China tumbuh dengan cepatnya, apakah sudah saatnya galangan kapal Amerika Serikat (AS) membangun kembali kapal selam bertenaga listrik diesel? Artikel baru di The National Interest mengangkat topik ini.

Artikel itu mengklaim bahwa untuk setiap kapal selam serang nuklir kelas Virginia yang dibeli, US Navy dapat membangun lima kapal selam listrik diesel kelas Soryu Jepang. Jika ini benar dan dilakukan, US Navy akan memiliki banyak kapal selam yang akan menjadi penghalang bsear bagi Tiongkok di Pasifik. Akan ada masanya dimana AS akan menempatkan kapal-kapal selamnya di titik-titik penting di seluruh Pasifik barat, dan ini membutuhkan banyak kapal selam.

Tapi pasukan kapal selam US Navy telah menjadi armada kapal selam nuklir selama 28 tahun, dan US Navy sendiri nyaman dengan itu. Kapal selam bertenaga nuklir itu bergengsi. Tenaga nuklir menjamin jangkauan yang tak terbatas, dengan satu-satunya faktor pembatas kapal selam untuk terus melakukan operasi di laut adalah makanan dan semangat kru. Kemampuan untuk melintasi Pasifik atau Atlantik, tidak perlu berhenti untuk mengisi bahan bakar, adalah kemampuan yang kuat.

Ada juga kelebihan lainnya. Kapal selam nuklir ukurannya lebih besar daripada kapal selam listrik diesel dan dengan demikian dapat dilengkapi dengan lebih banyak kemampuan non-serang, seperti drone air, peralatan mata-mata, atau ruang untuk penyelam tempur dan SEAL. Kapal selam nuklir juga tidak perlu mengangkut bahan bakar cair yang jumlahnya besar. Kapal selam nuklir juga dapat terus menyelam untuk waktu yang sangat lama, meskipun kapal selam listrik diesel generasi baru juga sudah dapat terus menyelam lebih lama dari sebelumnya.

Salah satu masalah dengan kapal selam non-nuklir adalah kebutuhannya dengan pangkalan. Tidak banyak yang membicarakan hal ini, tapi faktanya adalah bahwa jika terjadi perang nyata dengan China, setiap pangkalan militer utama AS dari Okinawa ke Guam akan dibombardir dengan rudal balistik China. Beberapa rudal mungkin akan ditembak jatuh sistem pertahanan udara AS, tetapi rudal yang lainnya tetap akan lolos. Tujuan China adalah untuk menghancurkan pegas militer AS di sekitar China, mendorong militer AS kembali ke Hawaii. (Ini tidak hanya terbatas pada perang dengan Tiongkok. Ini juga bisa diskenariokan sama dengan Rusia).

Dengan demikian, jika terjadi perang dengan China, sangat mungkin kapal selam non-nuklir AS -jika AS menggunakannya- akan kehilangan pangkalannya sehingga titik terdekat mereka untuk kembali atau mengisi bahan bakar mungkin adalah Australia dan Hawaii. Sebuah kapal selam AS dengan bahan bakar tersisa seperempat dan pangkalannya di Jepang terbakar tentu akan menjadi masalah besar.

Tapi ini tidak terjadi pada kapal selam bertenaga nuklir. Dalam hal terjadi serangan mendadak oleh musuh, armada kapal selam bertenaga nuklir AS mungkin akan tetap selamat di hari pertama perang dan melanjutkan pertempuran lautnya.

Tapi ini bukan berarti kapal selam listrik diesel tidak memiliki kegunaan. Kapal selam listrik diesel sangat berguna untuk beroperasi di dekat perairan musuh. Tapi untuk melakukan hal tersebut, AS sudah memiliki kapal selam tersebut dari sekutunya, yakni milik Jepang dan Korea Selatan. US Navy hanya akan menggunakan kapal selam listrik diesel hanya karena Gedung Putih dan Kongres memaksanya, tetapi masih belum cukup alasan kuat untuk US Navy menggunakan kapal selam non-nuklir. Bahkan meskipun satu kapal selam nuklir adalah senilai dengan lima kapal selam canggih non-nuklir.

Resources
  • Popular Mechanics