Salah satu jenis rudal yang digunakan AS dalam serangan ke Suriah pekan lalu adalah rudal baru yang juga pertama kali diluncurkan dalam pertempuran.
Namanya adalah Joint Air-to-Surface Standoff Missile-Extended Range atau dapat disingkat menjadi JASSM-ER. Rudal ini merupakan salah satu senjata konvensional paling canggih dalam persenjataan AS dan saat ini tengah dimodifikasi untuk menyerang sasaran di laut.
Dilaporkan, US Navy (Angkatan Laut AS) dan USAF (Angkatan Udara AS) menembakkan 57 rudal jarak jauh untuk menyerang Pusat Penelitian dan Pengembangan Barzah, yang diklaim sebagai lokasi pengembangan senjata kimia pemerintah Suriah. Masing-masing dari 57 rudal membawa hulu ledak 500 kg.
Menurut media AS, semua rudal (57) menghantam sasaran, membuat kerusakan besar untuk program senjata kimia Suriah. Meskipun hal ini bertolak belakang dengan klaim Rusia. Sembilan belas dari total 57 rudal yang menghantam Barzah adalah rudal JASSM-ER.
Pembom B-1 memuat rudal JASSM-ER di Pangkalan Udara Al-Udeid Qatar untuk menyerang target di Suriah |
Meskipun AS sebelumnya selalu melakukan misi udara ke Suriah, Irak, Somalia, Afghanistan, dan Libya, namun JASSM belum pernah ditembakkan dalam pertempuran. AS menilai bahwa wilayah-wilayah itu memiliki sistem pertahanan udara yang lemah sehingga rudal canggih seperti JASSM tidak diperlukan, hingga akhirnya ditembakkan pekan lalu.
AGM-158 JASSM pada awalnya merupakan program US Navy - USAF untuk mengembangkan rudal jelajah low-observable yang mampu menembus pertahanan rapat wilayah udara musuh dan menghancurkan target bernilai tinggi. Dengan airframe siluman, terbang di ketinggian rendah, dan mampu terbang di sekitar sistem pertahanan musuh yang dikenal, JASSM adalah senjata "day one" yang akan menyerang target di hari pertama serangan udara sebelum pertahanan udara musuh jebol.
Pesawat-pesawat pembom seperti B-1, B-2, B-52H, dan pesawat tempur F-15E, dan F-16 semuanya dapat membawa JASSM. Pembom B-1 dapat membawa hingga 24 JASSM, dimuat pada rotary launcher dan keluar dari bomb bay. Meskipun AS menggunakan dua B-1 selama serangan Barzah, namun tampaknya hanya satu yang berperan sebagai pembom. B-1 yang kedua kemungkinan hanya sebagai cadangan jika pembom utama harus kembali ke pangkalan sebelum melaksanakan misinya.
F-16 meluncurkan rudal JASSM-ER |
JASSM pertama kali terbang pada tahun 1999 dan dinyatakan beroperasi pada tahun 2003. Didukung oleh mesin turbojet Teledyne Technologies J402, yang mendorong rudal jelajah 4,3 meter ini pada kecepatan subsonik hingga jangkauan lebih dari 200 mil.
Rudal dengan hulu ledak 450 kg ini dilengkapi teknologi hard target smart fuse yang akan menembus struktur bawah tanah atau beton (bunker), memungkinkan efek ledakan hulu ledak untuk mencapai target bernilai tinggi, senjata, agen kimia, atau barang-barang lainnya yang dilindungi.
Setelah diluncurkan dari pesawat, JASSM akan terbang sesuai jalur penerbangan yang ditentukan sebelumnya. Rudal yang terbang-rendah ini mampu menyerang target dengan medan seperti perbukitan, lembah, dan pegunungan.
Disebutkan, rudal ini dapat diprogram untuk terbang di sekitar pertahanan udara canggih saat ini seperti S-400 "Triumph", menggunakan sistem navigasi internal dan GPS anti macet untuk menemukan jalannya. Ketika di dekat target, JASSM beralih pada pencitra infra merah untuk secara otomatis mengenali targetnya dan menyerangnya. JASSM mampu mengirim hulu ledak dalam tiga yard dari targetnya.
JASSM adalah rudal yang sangat baik , tetapi dengan kisaran hanya 230 mil, ditambah dengan jalan penerbangannya yang panjang dan berputar untuk menghindari pertahanan musuh, bisa berarti pesawat induknya harus terbang relatif dekat dengan target. Ini bisa menempatkan pesawat induk dalam jangkauan jet tempur atau pertahanan udara musuh. Maka lahirlah AGM-158B JASSM-ER, dengan -ER dibelakang yang berarti “Extended Range”. Menggunakan mesin turbofan Williams Intl. F107-WR-105, JASSM-ER mampu terbang lebih dari 500 mil, meningkatkan margin keselamatan bagi pesawat pembom besar atau pesawat kecil dengan dua rudal jelajah besar menggantung di ujung sayapnya.
Bangkitnya Angkatan Laut China dan Rusia, serta minimnya rudal anti-kapal US Navy, mendorong pengembang Lockheed Martin untuk memodifikasi JASSM-ER menjadi rudal anti-kapal. Rudal AAGM-158C Long Range Anti-Ship Missile (LRASM) telah mengalami peningkatan kemampuan otonom. Rudal ini mampu mendeteksi radar pertahanan udara musuh di kapal dan terbang di sekitarnya untuk mencapai target. Juga dapat mengkoordinasikan serangan massal sehingga beberapa rudal tiba pada target dari berbagai arah pada saat yang sama.
LRASM akan diluncurkan dari kapal perusak, kapal penjelajah, dan pesawat tempur F/A-18 Super Hornet. Pembom B-1 USAF juga mampu membawa hingga 24 rudal anti-kapal ini.
Sifat canggih dari rudal seri AGM-158 (JASSM, JASSM-ER, dan LRASM) berarti mengindikasikan mereka tidak akan sering digunakan oleh AS.