Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan untuk keluar dari program dengan Korea Selatan untuk mengembangkan jet tempur next generation Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X), laman Jane mengungkapkan.
Berbicara pada pameran Defence Services Asia (DSA) 2018 di Kuala Lumpur, pejabat Indonesia mengatakan bahwa untuk saat ini keterlibatan Indonesia pada proyek KF-X/IF-X masih berlanjut. Namun, ada beberapa masalah utama yang menyebabkan Indonesia harus mempertimbangkan kembali keikutsertaannya dalam program ini.
Masalah-masalah ini diantaranya masalah keuangan, sejauh mana "manfaat teknis strategis" yang bakal diperoleh Indonesia, dan juga faktor geopolitik. Pejabat anonim tersebut juga mengindikasikan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam program ini di masa mendatang akan ditentukan oleh pemimpin-pemimpin tinggi Indonesia, termasuk oleh Presiden Joko Widodo.
Salah satu narasumber industri Indonesia mengatakan, “Sebenarnya, uang bukanlah masalah utama meskipun diakui ada beberapa masalah terkait dengan hal ini. Faktor-faktor utama dalam pertimbangan ini adalah manfaat teknis yang dapat diperoleh Indonesia melalui program KF-X/IF-X dan beberapa faktor geopolitik yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia. ”
Terkait dengan faktor geopolitik, narasumber tersebut menyebutkan nama tiga negara, yaitu: Rusia, AS, dan Korea Selatan. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut korelasinya dengan faktor geopolitik terkait program KF-X/IF-X.
Meskipun tidak dijelaskan, IHS Jane memahami bahwa keterlibatan Indoensia dalam program ini telah menjadi membuat prihatin AS, pemasok utama teknologi KF-X/IF-X, yang mewaspadai hubungan militer-teknis Indonesia dengan Rusia yang sudah berlangsung lama.
Pada Januari 2018, pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia menyatakan dalam sebuah komentar kepada media lokal bahwa saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar Rp 1,85 triliun (USD140 juta) yang harus dibayar ke Korea Selatan sebagai imbalan keterlibatan dalam program KF-X / IF-X sesuai perjanjian finansial yang ditandatangani pada tahun 2015. IHS Jane menyebutkan bahwa pembayaran Indonesia ke Korsel untuk program ini masih kurang sekitar 40% dari komitmen keuangan yang disepakati sebelumnya.
Sekilas program KF-X /IF-X
Korea Aerospace Industries KF-X / Indonesian Aerospace IF-X adalah program Korea Selatan dan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur multiperan next generation untuk Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) dan Angkatan Udara Indonesia (TNI-AU), dipelopori oleh Korea Selatan dengan Indonesia sebagai mitra utama. Ini adalah program pengembangan jet tempur kedua Korea Selatan setelah FA-50.Proyek ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung pada bulan Maret 2001. Korea Selatan dan Indonesia sepakat untuk bekerjasama dalam memproduksi jet tempur KF-X/IF-X di Seoul pada bulan 15 Juli 2010.
Persyaratan operasional awal untuk program KF-X / IF-X seperti yang dinyatakan oleh ADD (Agency for Defense Development) adalah mengembangkan jet berpilot tunggal, bermesin ganda dengan teknologi siluman melebihi kemampuan Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon, namun tidak lebih baik dari Lockheed Martin F-35 Lightning II.
Fokus keseluruhan dari program ini adalah memproduksi jet tempur generasi ke 4,5 dengan kemampuan lebih tinggi daripada jet tempur kelas KF-16 pada tahun 2020. Jumlah jet tempur yang diproduksi rencananya 120 unit untuk Angkatan Udara ROK dan 80 unit untuk Angkatan Udara Indonesia. Korea Selatan berencana untuk membeli dari tahun 2023 sampai 2030.
Article Resources
- http://www.janes.com/article/79330/dsa-2018-indonesia-considers-pulling-out-of-kfx-ifx-project
- Wikipedia
- Gambar: Asian Military Review