China membeli alutsista berupa pesawat tempur dan sistem rudal canggih dari Rusia. Keputusan China ini membuat Amerika Serikat (AS) geram lalu menjatuhkan sanksi atas China.
Sanksi resmi yang diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri AS juga memperuncing ketegangan antara AS dengan China dan Rusia. Tetapi pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS menekankan bahwa sanksi tersebut merupakan bagian dari penangkal 'aktivitas berbahaya' Rusia, termasuk besarnya daftar tindakan Moskow dalam campur tangan pemilu AS.
Sanksi atas China dijatuhkan pada Kamis (20/9) di bawah hukum undang-undang Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAASTA) yang disahkan oleh Kongres pada 2017 terhadap pihak ketiga.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, pihaknya memberikan sanksi keuangan pada Departemen Pengembangan dan Peralatan China (EDD). Sanksi tersebut diberikan atas pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 pada November 2017 dan sistem rudal darat ke udara S-400 pada Januari tahun ini.
Saksi juga dijatuhkan ke direktur EDD, Li Shangfu. Sanksi itu membuat aset EDD dan Li di yuridiksi AS untuk dibekukan. "Kami menggunakan sanksi CAATSA untuk menghalangi transfer senjata selama berbulan-bulan," ujar salah seorang pejabat senior pemerintah AS itu seperti dikutip The Guardian pada Jumat (21/9).
Menurutnya, pihak AS memiliki beberapa hasil dalam kemungkinan mencegah transfer alat alutsista senilai miliaran dolar itu. Namun, China bersikeras membeli Sukhoi, oleh karenanya AS wajib memberikan sanksi.
"Sanksi CAATSA dalam konteks ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan kemampuan pertahanan negara tertentu. Kami malah bertujuan untuk memaksakan biaya pada Rusia sebagai tanggapan atas tindakannya yang jahat itu kepada kami. Langkah-langkah ini juga sebagai tanggapan langsung terhadap tindakan agresif Rusia terhadap negara kita, sekutu kita, dan mitra kita, target utamanya Rusia," ujar pejabat itu.
Turki juga diketahui membeli sistem rudal S-400 yang akan dikirim ke negaranya tahun depan. Pejabat Kementerian Luar Negeri AS memperjelas bahwa sanksi kemarin juga dimaksudkan sebagai sinyal ke Ankara tentang konsekuensi dari transaksi tersebut meskipun Turki adalah anggota NATO.
"Kami juga berharap langkah kami memberikan sinyal pada Ankara, dan supaya negara lain berpikir soal keterlibatan dengan sekotr pertahanan dan intelejen Rusia," ujar pejabat senior itu.
Sukhoi Su-35 Flanker-E adalah pesawat tempur bermesin ganda yang kuat dan merupakan turunan langsung dari Sukhoi Su-27. Su-35 mampu terbang cepat di ketinggian tinggi, dan membawa banyak rudal. Dilengkapi sistem avionik canggih, membuat Su-35 sebagai pesawat yang paling berbahaya bagi pesawat tempur lain. Sedangkan S-400 adalah sistem rudal yang efektif mencegat hingga 36 target udara (pesawat dan rudal) dalam rentang 400 kilometer secara simultan.
Resources
- Republika