Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) baru-baru ini merilis buku tahunan tahun 2020, tentang persenjataan, perlucutan senjata, dan keamanan internasional saat ini.
SIPRI menyinggung bahwa selama ini India terus menjaga kebiasaannya yang menjaga jumlah hulu ledak nuklir mereka tetap di bawah Pakistan. biasanya selalu lebih sedikit 10 unit. Namun sekarang, India sedang memacu program senjata nuklirnya.
New Delhi saat ini sedang membangun triad nuklir yang termasuk di dalamnya kapal selam nuklir dengan rudal balistik, rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal jelajah, dan modernisasi besar angkatan laut.
Berbagai pakar dan politisi India mengklaim bahwa India membutuhkan lebih dari 300-400 hulu ledak nuklir untuk pasukan strategisnya.
Analisis mendalam menunjukkan bahwa India memiliki sumber daya yang cukup untuk memproduksi antara 356 dan 492 hulu ledak nuklir. Sebuah studi yang disebut Indian Unsecured Nuclear Program, yang diterbitkan oleh Institute for Strategic Studies of Islamabad (ISSI), menunjukkan penilaian terkini dan terperinci tentang potensi program senjata nuklir India.
Saat ini, New Delhi memiliki fasilitas untuk memproduksi sekitar 80-90 hulu ledak nuklir berbasis plutonium dan 7-8 hulu ledak nuklir berbasis uranium setiap tahun. Menurut penelitian ini, jika kita memperhitungkan semua jenis senjata dan reaktor plutonium, serta stok uranium yang sangat diperkaya, maka India dapat memproduksi dari 2.261 hingga 2.686 hulu ledak.
India dengan cepat memperluas program senjata nuklirnya melalui banyak proyek rahasia. Misalnya, New Delhi belakangan diketahui mengoperasikan reaktor produksi plutonium Dhruva dan pabrik pengayaan uranium yang tidak tunduk pada otoritas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
India juga sedang membangun kompleks militer laboratorium penelitian dan sentrifugal nuklir besar. Fasilitas ini akan memungkinkan India memproduksi banyak senjata nuklir dan bom hidrogen berkapasitas besar.
Dalam beberapa tahun ke depan, India akan dapat menggantikan posisi China, Prancis, dan Inggris dalam kemampuan memproduksi senjata nuklir, menjadikannya sebagai kekuatan nuklir ketiga setelah Rusia dan Amerika Serikat.
Selama ini India telah meningkatkan pengembangan dan pengadaan strategis untuk menimbun bahan nuklir untuk digunakan di masa depan dalam program modernisasi militer mereka. Peningkatan stok bahan fisil level-senjata New Delhi ini akan memiliki konsekuensi besar dalam hal stabilitas strategis di Asia Selatan.
Baca juga: 10 Negara yang Memiliki Kekuatan Nuklir
Desember tahun lalu, rudal nuklir Agni-III India jatuh di dekat pangkalan militer di lepas pantai Odisha.
Media menyebutkan bahwa rudal itu jatuh ke laut setelah pemisahan motor roket tahap pertama. Rudal itu menempuh jarak 115 km sebelum akhirnya keluar lintasan sehingga memaksa tim uji coba menjatuhkannya.
Walaupun gagal, hasil uji coba ini sangat penting karena dapat mengonfirmasi ulang parameter teknis yang ditetapkan untuk pengguna dan kesiapan tim dalam menangani senjata. Lintasan penerbangan rudal itu yang ditetapkan adalah hampir 2.800 km.
Meskipun kegagalan teknologi yang menjadi penyebab di balik "kegagalan" itu belum dapat dipastikan, investigasi awal menghubungkannya dengan cacat produksi. Menatap dari peluncuran hingga pemisahan tahap pertama, semuanya berjalan lancar sesuai dengan rencana misi. Tapi kemudian tiba-tiba rudal bertingkah tidak normal dan kelar dari lintasan. Analis India menilai mungkin karena cacat metalurgi.
Rudal yang digunakan dalam uji coba diambil secara acak dari tempat produksi. Agni-III adalah rudal yang dilengkapi dengan avionik dan komputer canggih, dan fitur terbaru untuk memandu dan memperbaiki gangguan dalam penerbangan. Namun, itu bukan kegagalan pertama dari rudal seri Agni India.
Dua varian rudal sebelumnya, Agni-I dan Agni-II, telah gagal selama uji coba pengembangan dan penggunaan di masa lalu. Agni-II gagal memberikan hasil yang diharapkan selama uji terbang malam pertamanya pada tahun 2009.
Baca juga: India Mulai Pengembangan Pesawat Tempur Kapal Induk
Dalam laporan tahunannya, SIPRI menyebutkan bahwa selama kurun 2019, jumlah stok hulu ledak nuklir di seluruh dunia telah berkurang sebanyak 600 dan pada akhir 2018 jumlahnya 13.865.
SIPRI telah memperhitungkan hulu ledak yang siap dan disimpan di gudang senjata atau yang siap untuk dibongkar. Jumlah keseluruhan senjata nuklir di dunia memang sedang menurun tetapi semua negara pemilik senjata nuklir telah memodernisasi atau telah mengumumkan rencana untuk memodernisasi senjata nuklir mereka.
Sembilan negara yang memiliki senjata nuklir: Inggris Raya, Israel, India, China, Pakistan, Rusia, Korea Utara, Amerika Serikat, dan Prancis. Terlihat jelas bahwa senjata nuklir masih menjadi elemen utama dalam strategi militer dan doktrin keamanan nasional negara-negara tersebut.
SIPRI mengingatkan bawa sekitar 2.000 hulu ledak nuklir di dunia dalam keadaan kesiapan tempur yang tinggi. Amerika Serikat dan Rusia - kekuatan nuklir terbesar di dunia - memiliki lebih dari 90 persen persenjataan nuklir di dunia. Di awal tahun, Amerika Serikat memiliki 6.185 hulu ledak nuklir, dan Rusia 6.500.
Sebenarnya Amerika Serikat dan Rusia telah mengurangi stok nuklir mereka sejalan dengan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis bilateral tahun 2010, yang dikenal sebagai New START. Pengurangan tersebut memengaruhi hulu ledak usang dari era Perang Dingin kedua negara, tetapi laju pengurangannya saat ini melambat dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.
India dan Pakistan terus meningkatkan persenjataan nuklir mereka dan keduanya dapat meningkatkannya secara signifikan dalam 10-15 tahun mendatang. India saat ini memiliki antara 130-140 hulu ledak nuklir, dan Pakistan antara 150-160, yang angka ini sebenarnya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2018.