Senapan serbu laras panjang atau assault rifle pertama buatan dalam negeri adalah senapan SP-1 (Senjata Panjang 1) yang merupakan modifikasi dari senapan serbu Beretta BM-59 Mk.1 buatan Italia. Tercatat telah 50 ribu unit diproduksi hingga tahun 1974.
Setelah masa SP-1, lahirlah SP-2 dan SP-3 dengan fitur-fitur baru seperti rifle grenade di ujung laras, handgrip terbaru dan bipod penyetabil. SP-1 sempat digunakan dalam Operasi Seroja namun ternyata ditemui banyak kendala di lapangan seperti selongsong yang macet hingga onderdil-onderdil yang copot.
Kemudian pada tahun 1976, muncul purwarupa SS-77 (Senapan Serbu 1977). Desain dan sistem kerja SS-77 mengacu pada senapan serbu Armalite AR18 dengan sistem mekanik gas operated, rotating bolt. Kapasitas peluru dalam magazin sebanyak 30 butir dengan kaliber 5,56 x 45 mm. Mode penembakannya adalah Safe-Semi-Auto. Selanjutnya lahir pula purwarupa SS-79 (Senapan Serbu 1979) yang menggunakan peluru kaliber 7,62 x 51 mm yang sempat ingin TNI jadikan senapan standar infanteri.
Namun, berdasarkan pertimbangan BPPT di tahun 1982, memproduksi sendiri senapan ini dari nol memerlukan waktu kurang lebih hingga delapan tahun lamanya dan biaya litbang yang terlalu tinggi. BPPT pun mengusulkan untuk membuat lisensi senapan serbu yang sudah ada di pasaran yang sudah terbukti ketangguhan dan kehandalannya di lapangan.
Kala itu sebanyak enam jenis senapan serbu dievaluasi pada tahap pertama. Dari hasil uji coba yang dilakukan terpilih tiga calon kuat yakni HK33 Jerman, M16A1 Amerika Serikat dan FNC Belgia.
HK33 menjadi favorit utama, namun karena tidak menggunakan sistem mekanik gas operated melainkan sistem delayed blow back, teknologi yang rumit dan mahal, serta beberapa komponen terutama laras belum memungkinkan untuk dibuat di dalam negeri, akhirnya senapan ini batal dipilih.
Sementara M16A yang menjadi kandidat kedua persyaratannya terlalu ketat. Mulai dari peluru, komponen utama sistem mekanis dan laras yang harus diimpor langsung dari Amerika Serikat. Lalu penggunaan senjata untuk operasi militer harus seizin Kongres AS serta maksimal produksi dibatasi untuk 150.000 pucuk senapan saja. Senapan ini pun akhirnya batal dipilih.
Akhirnya, diputuskan FNC (kandidat ketiga) menjadi pemenang dan kemudian dijadikan senapan serbu infanteri modern resmi yang digunakan seluruh kesatuan Tentara Nasional Indonesia. Keputusan memilih senapan serbu FNC karena kemudahan yang diberikan prinsipal dalam hal ini FN Herstal SA dari Belgia yang bersedia memberikan alih teknologi hingga 100 persen.
Pada tahap awal senapan serbu untuk TNI ini didatangkan langsung dari Belgia. Baru tahun 1984 setelah semua persiapan di jalur produksi beres, senapan serbu FNC mulai diproduksi di pabrik PT Pindad di Bandung. Senapan serbu ini kemudian menyandang nama resmi SS-1 (Senapan Serbu 1).
Berikut jenis-jenis senapan serbu pengembangan dari SS-1 yang diproduksi oleh Pindad:
SS1-V1 Kal. 5,56 mm
SS1-V1 Kal. 5,56 mm |
Merupakan senapan serbu pertama yang diadopsi langsung dari FN FNC. Senapan ini memiliki berat kosong 4,02 kg dan berat isi 4,38 kg. Dengan munisi 5.56 x 45 mm standar NATO dan panjang laras 449 mm, SS-1 V1 dapat menembak dengan sangat akurat sampai dengan jarak 400 meter. Mobilitas dalam penggunaan SS1 dapat semakin mudah dengan popor yang dapat dilipat.
SS1-V1 Kal. 5,56 mm |
SPECIFICATION
Length : Butt extended : 997 mm Butt folded : 753 mm
Barrel : Length : 449 mm Rifling : 6 grooves, RH 177.8 mm(7") twist
Weight : With empty magazine : 4.06 kg With full magazine (30 rounds) : 4.42 kg
Effective range : 400 m
Sight : Rear sight : "O" type and 2 positions : - Mark 250 for range (0-300) m - Mark 400 for range (300-450) m Foresight : Protected post Telescope sight (optional) : Yes
Rate of Fire : Cyclic : 720 - 760 rpm Effective automatic fire : 120 - 200 rpm Effective single shot : 60 rpm
Ammunition : - Ordinary ball cartridge MU5-Tj or SS 109 - Blank cartridge MU5-H - Cartridge for grenade launching
SS1-V2 Kal. 5.56 mm
SS1-V2 Kal. 5.56 mm |
Merupakan senapan serbu pengembangan dari SS1-V1 yang diadopsi langsung dari FN FNC. Perbedaan terletak dari segi berat dimana senapan ini memiliki berat kosong 3,93 kg dan berat isi 4,29 kg, lebih ringan dari versi sebelumnya serta panjang laras yang dipangkas menjadi 363 mm. Untuk munisi, tetap menggunakan kaliber 5,56 x 45 mm standar NATO.
SS1-V2 Kal. 5.56 mm |
SPECIFICATION
Length : Butt extended : 890 mm Butt folded : 666 mm
Barrel : Length : 363 mm Rifling : 6 grooves, RH 177.8 mm(7") twist
Weight : With empty magazine : 3.91 kg With full magazine (30 rounds) : 4.27 kg
Effective range : 300 m
Sight : Rear sight :"O" type and 2 positions : Mark 250 for range (0-300) m Mark 400 for range (300-450) m Foresight : Protected post Telescope sight (optional) : Yes
Rate of Fire : - Cyclic : 720 - 760 rpm - Effective automatic fire : 120 - 200 rpm - Effective single shot : 60 rpm
Ammunition : - Ordinary ball cartridge : MU5-Tj or SS 109 - Blank cartridge MU5-H - Cartridge for grenade launching
SS2-V4 HB
SS2-V4 HB |
Senapan terbaik kebanggaan Indonesia yang telah 11 kali memenangkan kompetisi menembak AASAM & AARM mempunyai akurasi tembakan yang jitu dengan menggunakan 6 ulir laras setebal 7 inch. SS2-V4 memiliki bodi yang lebih ringkas dilengkapi dengan picatiny rail dan fitur keamanan yang diperbaharui. Teleskop ACOG merupakan perlengkapan standar pada varian ini.
SS2-V4 HB |
SPECIFICATION
Calibre : 5.56 x 45 mm
Length : Butt extended : 1025 mm Butt folded : 782 mm
Barrel : Length : 500 mm Rifling : 6 grooves, RH 177.8 mm(7") twist
Weight : With empty magazine : 4.15 kg With full magazine (30 rounds) : 4.51 kg
Sight : Optical sight
Rate of Fire : Cyclic : 720 - 760 rpm Effective automatic fire : 120 - 200 rpm Effective single shot : 60 rpm
Ammunition : - Ordinary ball cartridge MU5-Tj or SS 109 - Blank cartridge MU5-H
Effective Range : 600 m
SS2-V5 Kal. 5.56 mm
SS2-V5 Kal. 5.56 mm |
Varian SS2 dengan laras yang diperpendek. SS2-V5 menggunakan laras dengan panjang 255 mm yang dapat menembak dengan efektif sampai dengan jarak 200 meter. Dengan berat kosong 3,35 kg dan berat isi 3,71 kg, SS2-V5 memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi serta cocok untuk digunakan dalam berbagai skenario pertempuran jarak dekat.
SS2-V5 Kal. 5.56 mm |
SPECIFICATION
Calibre : 5.56 x 45 mm
Length : Butt extended : 755 mm Butt folded : 528 mm
Barrel : Length : 255 mm Rifling : 6 Grooves, RH 177.8 mm(7") twist
Weight : With empty magazine : 3,35 kg With full magazine (30 rounds) : 3.71 kg
Sight : Mechanical sight
Rate of Fire : Cyclic : 720 - 760 rpm Effective automatic fire : 120 - 200 rpm Effective single shot : 60 rpm
Ammunition : - Ordinary ball cartridge MU5-Tj or SS 109 - Blank cartridge MU5-H - Cartridge for grenade launching
Effective Range : 200 m
SS2-V7 Subsonic
SS2-V7 Subsonic |
Varian terbaru dari line-up SS2. SS2-V7 Subsonic memiliki kemampuan untuk menembakkan munisi dengan suara yang senyap. Kemampuan ini didukung oleh penggunaan peredam di bagian depan senjata untuk meredam suara keras yang keluar saat munisi ditembakkan. Kemampuan penembakan senyap dari SS2-V7 dapat ditingkatkan dengan penggunaan munisi khusus jenis subsonic yang memiliki jarak tembak efektif hingga 150 meter. Teleskop ACOG merupakan kelengkapan standar pada varian ini.
SPECIFICATION
Stock extended : 713 mm
Stock folded : 975 mm
Barrel length : 200 mm
Rate of fire : 720-760 rpm
Effective range : 150 m
Operation : Gas-operated
Magazine capacity : 30 rounds
Resources
- Angkasa Review
- KKIP
- Pindad