Selasa, Juni 30, 2020

India Tidak Bisa Mengandalkan Rafale untuk Melawan China

Rafale

India kemungkinan sudah akan menerima pengiriman gelombang pertama enam pesawat tempur Rafale pada 27 Juli nanti. Kedatangan Rafale diyakini akan meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Udara India (IAF) secara signifikan.

Selama dua minggu terakhir, IAF dalam status siaga penuh mengingat meningkatnya ketegangan dengan China menyusul bentrokan antara pasukan kedua negara di Lembah Galwan di timur Ladakh di mana 20 personel Angkatan Darat India tewas. Kedua tentara terkunci dalam kebuntuan di wilayah itu selama tujuh minggu.

Hingga 2025, total 36 pesawat tempur Rafale dengan senjata dalam bentuk rudal udara-ke-udara Meteor dan rudal jelajah SCALP akan hadir di Angkatan Udara India. India cukup yakin karakteristik dan persenjataan Rafale akan membantu melawan Tiongkok secara efektif.

Namun faktanya, pesawat tempur Prancis yang tergabung dalam generasi 4++ itu tidak akan banyak membantu India jika konflik sudah meningkat dari "tongkat dan batu" menjadi konfrontasi militer yang sesungguhnya, termasuk konfrontasi di udara.

Konfrontasi semacam itu, tentu saja, tidak berada dalam keinginan kedua negara, tetapi tetap saja ada sesuatu yang bisa memicu kedua negara raksasa ini untuk beradu dahi.

Salah satu masalah penting dalam kaitannya dengan pembelian pesawat tempur Rafale oleh India adalah soal biaya. Seperti dicatat oleh Military Review, sumber-sumber India yang terbuka menyebut harga yang luar biasa untuk setiap Rafale yang menghabiskan anggaran India lebih dari $200 juta!

Jika benar, ini dua setengah kali lebih mahal daripada pesawat tempur generasi kelima Amerika F-35 dan sekitar tiga kali lebih mahal dari harga J-20 yang harus China bayar untuk angkatan udaranya. Dengan kata lain, 36 pesawat tempur Rafale buatan Prancis yang akan muncul di Angkatan Udara India, maka China dapat meresponnya dengan pesawat tempur generasi kelima J-20 tiga kali lipat lebih banyak dengan jumlah uang yang sama.

Bahkan seandainya karakteristik J-20 generasi kelima berada di belakang Rafale generasi keempat, China tetap memiliki daya hancur dengan kuantitasnya.

Tapi China, sedang membeli pesawat tempur lain untuk Angkatan Udaranya. Salah satunya adalah J-16. Di China sendiri, J-16 dianggap sebagai analog dari Su-35 Rusia. Jika kita membandingkan karakteristiknya dengan Rafale, maka pesawat Prancis itu belum disebut memiliki keunggulan.

Ambil contoh, kecepatan maksimum Rafale adalah Mach 1.8, dan kecepatan J-16 adalah Mach 2.2. Ketinggian terbang praktis Rafale masih sekitar 3,8 km lebih rendah dari J-16. Bahkan di mesin dorong, Su-35 China masih lebih unggul dari  Rafale Prancis.

Kalaupun India mengirim semua Rafale-nya ke perbatasan China, maka India akan kesulitan untuk menang, mengingat keunggulan teknis pesawat tempur masih di sisi China.

Baca juga: Mengapa Su-35 Menjadi Salah Satu Pesawat yang Perlu Ditakuti AS
Baca juga: Perbandingan: J-20 China VS F-22 Raptor AS

India beli 12 Sukhoi Rusia baru

Pertengahan Juni lalu, India memutuskan untuk membeli 12 pesawat Sukhoi dan 21 MiG-29 baru dari Rusia. Proposal ini diajukan ke Kementerian Pertahanan negara itu.

Ini akan menjadi angkatan kedua dari 33 pesawat tempur baru yang akan dibeli oleh Angkatan Udara India setelah menandatangani kontrak untuk 36 pesawat tempur Rafale Prancis di tahun 2016. Namun masih belum jelas Sukhoi mana yang India inginkan itu.

Meskipun yang paling mungkin adalah Su-30MKI, yang India miliki dalam angkatan udaranya, tapi kita tidak bisa juga mengecualikan Su-57 terbaru. Seperti diketahui, Sukhoi sudah melaporkan bahwa mereka sudah memulai produksi serial pesawat tempur generasi ke-5 tersebut, beserta ekspornya.

Baca juga: Asal-Usul Nama dan Keunggulan Su-57
Baca juga: India: Kekuatan Kapal Induk Dunia Berikutnya?

India kirim heli Apache dan Su-30 ke timur Ladakh

Pada 20 Juni India mengerahkan helikopter serang Apache dan pesawat tempur Su-30MKI ke timur Ladakh untuk memperkuat pertahanannya menyusul bentrokan antara pasukan India dan China.

TASS kala itu melaporkan bahwa helikopter serang Apache dengan rudal udara ke darat Hellfire, serta helikopter Chinook yang mampu mengirim artileri ke daerah-daerah dataran tinggi telah dipindahkan ke timur Ladakh.

Juga, India menempatkan pesawat tempur Su-30 MKI, MiG-29 dan Jaguar disana. Untuk transportasi peralatan militer digunakan pesawat angkut berat S-17 Globemaster, S-130J Super Hercules dan An-32.

Selain kekuatan darat dan udara, Angkatan Laut India memperkuat pengelompokan kapal perang di perairan Teluk Bengal.

Tindakan-tindakan semacam itu merupakan sinyal yang jelas ke Beijing bahwa New Delhi siap untuk meningkatkan konflik militer di garis kontrol aktual di Ladakh.

Baca juga: India Minta Rusia Percepat Pengiriman Sistem Rudal S-400
Baca juga: Sistem Pertahanan Rudal Tersukses Israel Dimiliki oleh India

India sebar sistem pertahanan udara ke Ladakh

Kemarin dulu, ramai media melaporkan bahwa India telah mengerahkan sistem pertahanan udara reaksi cepat ke wilayah Ladakh, karena kedua kekuatan super terus memperkuat pasukan mereka di sepanjang perbatasan yang disengketakan.

India mengatakan bahwa itu adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan di sektor itu. Disebutkan bahwa sistem pertahanan udara dari Angkatan Darat dan Angkatan Udara India yang disebarkan ke Ladakh ditujukan untuk mencegah kesalahan penanganan oleh jet tempur atau helikopter tentara China.