Selasa, Oktober 16, 2018

Inilah Alasan Mengapa Tidak Semua Jet Tempur Bisa Langsung Terbang Untuk Menghindari Badai

F-22 Raptor

Banyak yang mengkritisi keputusan Angkatan Udara AS (USAF) atau khususnya komandan Pangkalan Angkatan Udara Tyndall (Tyndall AFB) yang tidak menerbangkan seluruh pesawat untuk menghindari badai Michael sehingga kerusakan pada F-22 Raptor tidak perlu terjadi.

Sebelumnya Artileri melaporkan dan memposting foto-foto yang menunjukkan pesawat QF-16, Mu-2, dan bahkan, F-22 Raptor, teronggok tertimpa reruntuhan di dalam hanggar yang rusak parah di Tyndall AFB akibat badai Michael. USAF menyatakan bahwa pesawat-pesawat tersebut memang tetap berada disana selama badai, dengan angka tidak resmi dilaporkan berkisar dari tiga hingga 18 F-22 Raptor tetap di hanggarnya selama badai.

Untuk diketahui, Tyndall AFB adalah pangkalan dan rumah bagi 55 unit pesawat tempur siluman F-22, serta rumah bagi banyak pesawat lainnya.

Banyak yang bertanya-tanya kenapa USAF tidak menerbangkan seluruh pesawatnya dari Tyndall AFB? Apakah USAF ceroboh atau angkuh dalam menyikapi badai? Sebenarnya ada alasan mengapa tidak semua pesawat disana dapat terbang sebelum badai Michael menerpa.

F-22 Raptor rusak akibat badai
Sebuah F-22 Raptor tertangkap foto udara tertimpa reruntuhan hanggar akibat badai Michael

F-22 Raptor rusak akibat badai
F-22 Raptor tertimpa reruntuhan hanggar yang rusak akibat badai Michael

Perlu disadari bahwa pesawat tempur modern bukanlah Toyota Avanza yang dapat dikendarai berbulan-bulan lalu ke bengkel untuk ganti oli selama satu jam lalu bisa dikendarai lagi. Kalaupun ingin disamakan, pesawat tempur modern lebih mirip dengan mobil sport kelas atas yang butuh lebih banyak TLC mahal agar dapat terus digunakan. F-22, khususnya, lebih mirip dengan supercar eksotis atau mobil balap kelas atas. Diperlukan lusinan jam pemeliharaan untuk setiap jam penerbangannya dan perawatan detail yang dapat memakan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, tergantung pada apa yang perlu dilakukan dan ketersediaan suku cadang.

Ada F-22 Raptor yang harus mendekam di hanggar untuk waktu yang lama untuk perbaikan, yang lainnya harus melalui servis berkala, inspeksi komponen dengan ketelitian tinggi, dan pemeriksaan fase invasif, dan ada juga yang komponennya sedang dibongkar sebelum bisa disatukan kembali dan harus melalui uji terbang lagi sebelum statusnya menjadi operasional kembali. Dengan kata lain, banyak dari pekerjaan ini yang tidak dapat dihentikan secara tiba-tiba atau dikerjakan dengan cepat agar pesawat dapat terbang dalam hitungan 1-2 hari. Bahkan kenyataannya, selalu ada pesawat yang masa perbaikannya diluar jadwal.

Airmen F-22 Raptor
Airman Service F-22 Raptor (USAF)

Disassembling mesin F-22 Raptor
Penggantian mesin F119 pada F-22 Raptor (USAF)

Jadi tidak jarang bagi suatu pangkalan angkatan udara memiliki setidaknya beberapa unit pesawat yang tidak mampu terbang karena perawatan rutin, belum lagi kalau ada masalah tak terduga. Angka itu bisa tumbuh lebih banyak berdasarkan jenis, usia pesawat, dan status kesiapan umum komunitas pesawat secara keseluruhan. Dibanding armada jet-jet tempur AS lainnya, armada F-22 memiliki kesiapan terendah. Ada sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap hal ini, termasuk karena masa produksinya yang singkat.

Jadi para komandan di Tyndall AFB tidak bisa dengan mudah memerintahkan bawahannya agar menerbangkan seluruh (55 unit) F-22 sebelum badai..

Ada yang lebih dipedulikan komandan daripada jet mereka? Ya, hidup para anak buahnya. Kepala kru, teknisi pesawat, pilot, akuntan, orang-orang operasi, dan seluruh orang yang membentuk skuadron harus dilindungi.

Pada titik tertentu, mereka ini juga harus bergegas ke tempat aman dan berkumpul dengan keluarganya. Perlu diketahui bahwa 100 persen perumahan dan infrastruktur di Tyndall untuk mendukung kehidupan sehari-hari dihancurkan oleh badai Michael. Semuanya hilang, namun tidak ada yang meninggal.

F-22 Raptor

F-22 Raptor di Tyndall AFB sebelum badai
Suasana F-22 Raptor di dalam hanggar di Tyndall AFB sebelum badai Michael (USAF)

Ada pula yang berpendapat kenapa tidak memasukkannya ke pesawat C5 atau membawanya dengan truk? Pesawat-pesawat ini bukanlah lego yang dapat dengan mudah dipisah degan cepat dan dimasukkan ke C-5. Untuk melepas sayap F-22 sudah merupakan pekerjaan besar yang tidak selesai dalam waktu singkat. Menaruhnya ke truk besar? Raptor itu besar, lebarnya 13,5m dan panjangnya 19m.

Memang F-22 adalah pesawat langka dan terbatas dalam USAF. Kerugian, atau bahkan kerusakan pada Raptor adalah peristiwa penting yang memiliki dampak nyata pada kekuatan F-22 total. Tidak hanya Raptor, juga ada kerugian besar pada T-38A Talon dan Mu-2, belum lagi QF-16, karena badai Michael. Ketika datang ke QF-16, USAF telah menghabiskan jutaan dolar pada airframenya untuk mengubahnya menjadi full-scale aerial target (FSAT) seperti saat ini. Pesawat ini dapat terbang dengan atau tanpa pilot di kokpit setelah menjalani konversi itu, sehingga kehilangan sejumlah dari mereka bukanlah hal sepele dan airframenya sangat diperlukan untuk pengujian dan pengembangan senjata kritis.

Fakta yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa pesawat tempur modern berbeda dengan Boeing 737. Pesawat-pesawat tempur modern adalah barang yang rewel, butuh pemeliharaan intensif, dan seringkali lebih banyak menghabiskan waktu di darat karena perawatan atau rusak ketimbang di udara. (fr)