S-350 Vityaz. (Gambar via Russiadefence.net) |
Militer Rusia kini tengah melengkapi dirinya dengan sistem rudal pertahanan udara terbaru S-350 Vityaz. Di satu sisi, ini mengonfirmasi bahwa program persenjataan skala besar militer Rusia tetap berjalan sesuai jadwal meskipun dalam kondisi keuangan yang sulit. Di sisi lain, ini adalah jawaban Kementerian Pertahanan Rusia terhadap perkembangan tren perang baru di mana militer, pemberontak dan teroris telah mengoperasikan drone dan berbagai rudal balistik dan jelajah.
Di saat yang sama, semua ancaman udara reguler dari senjata berteknologi tinggi - aerodinamis dan balistik - tetap menjadi yang utama. Dengan demikian, sistem pertahanan udara dan rudal yang universal akan menjadi penentu. Sistem jarak menengah S-350 Vityaz adalah contoh nyata yang bakal menikmati prospek cerah di pasar senjata global, meskipun ekspor perangkat keras yang mahal dan canggih akan selalu menghadapi hambatan politik.
Karakteristik taktis dari opsi ekspor S-350 telah disetujui oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Ini berarti pengembangnya Almaz-Antey dapat menjualnya kepada pelanggan asing. Peperangan modern menuntut penggunaan sistem pertahanan udara terbaru. Ekspor S-350 baru akan terjadi setelah militer Rusia sepenuhnya dipersenjatai dengan S-350. Dan militer Rusia butuh banyak S-350.
Program senjata Rusia 2018-2027 menggambarkan kekuatan 12 batalion S-350 (satu batalion terdiri dari 12 peluncur dengan masing-masing 12 rudal). Prospek ekspor makin cerah karena Almaz-Antey juga telah merancang sistem pertahanan udara jarak menengah Cheolmae-2 (KM-SAM) Korea Selatan, di mana sistem itu dibangun berdasarkan teknologi rudal 9M96 yang digunakan pada S-350 dan S-400.
Pada tahun 2007, Kementerian Pertahanan Rusia memutuskan untuk memulai penelitian dan pengembangan sistem pertahanan udara jarak menengah terbaru dengan konsep yang berbeda dan karakteristik yang ditingkatkan. Lahirlah Vityaz yang memulai uji coba pada 2015 dan Almaz-Antey menyerahkan set pertama S-350 kepada Kementerian Pertahanan Rusia pada Desember 2019. Pada Februari 2020, S-350 pertama dikirim ke pusat pelatihan Gatchina di wilayah Leningrad untuk Pasukan Dirgantara Rusia. Pada tahun 2021, program mempersenjatai kembali brigade anti-pesawat Rusia akan dimulai. S-300 akan diganti oleh S-350.
Tren utama pertahanan udara dan rudal adalah meningkatnya kemampuan multi-saluran untuk menghancurkan target berkecepatan tinggi, termasuk target balistik. S-350 memiliki pandangan target yang bulat. Jumlah saluran yang secara bersamaan mendeteksi dan menembaki target telah ditingkatkan secara signifikan.
Baca juga: S-350 Vityaz, ‘Benteng Terakhir’ Pertahanan Rudal Rusia
Kemampuan S-350 jauh diatas S-300, karena memiliki rudal yang lebih banyak di setiap peluncurnya dan dapat secara efektif mementahkan serangan udara besar-besaran. S-350 mampu melacak 48 target secara simultan dan memberikan panduan untuk delapan target aerodinamis dan enam target balistik. S-300 dapat melacak 12 target dan menembak enam. S-350 dapat diintegrasikan ke dalam sistem kontrol tempur tunggal dan mendapatkan panduan dari radar S-400 yang lebih kuat. Active phased antenna array dari Vityaz andal untuk mengunci target pada jarak 250 km bahkan dalam kondisi peperangan elektronik.
S-350 menembakkan dua jenis rudal. Rudal 9M96 menghancurkan target aerodinamis dan balistik pada jarak 120 km dan ketinggian 30 km. Bimbingan disediakan oleh sistem penyesuaian inersia dan hulu ledak homing di tahap akhir penerbangan. Rudal 9M100 dapat mencegat target pada jarak 15 km. Itu dilengkapi dengan hulu ledak homing inframerah yang mengunci target tepat setelah peluncuran dan beroperasi dengan prinsip fire-and-forget. Rudal itu menghancurkan rudal jelajah yang terbang rendah, pesawat terbang dan helikopter, drone sedang dan berat, dan rudal balistik taktis.
Baca juga: Mengapa Rudal Jelajah Sulit Dihentikan
Amerika Serikat masih menempati posisi tertinggi penjualan di pasar senjata global dengan sistem pertahanan udara Raytheon Patriot. Hampir 200 baterai telah terjual ke 12 negara. Satu baterai empat peluncur berharga satu miliar dolar. Biaya peluncuran untuk satu rudal mendekati 3 juta dolar. Opsi PAC-3 telah diterapkan dalam dekade terakhir. Semua pelanggan meningkatkan Patriot lama ke tingkatan PAC-3 dengan jangkauan 80 km dan ketinggian 20 km. Citra Patriot menurun setelah gagal mencegah serangan drone dan rudal jelajah pemberontak Houthi ke fasilitas minyak Aramco Saudi pada September 2019. 88 peluncur Patriot melindungi perbatasan utara Arab Saudi dengan medan radar total. Lima puluh dua diantaranya adalah PAC-3 terbaru. Alasan utama kegagalan ini diyakini akibat resistensi jamming yang rendah dan sudut pandang yang 90 derajat. Berbeda dengan milik Rusia yang 360 derajat.
Baca juga: Keunggulan Sistem Rudal Pertahanan Udara Patriot AS
Situasi ini menunjukkan kondisi di pasar sistem pertahanan udara dan rudal global di mana motivasi politik masih mendominasi. Amerika Serikat tidak mau membiarkan persaingan gratis. Saudi dan sekutu AS lainnya tidak dapat membeli senjata Rusia dan bernegosiasi untuk tawar-menawar politik dengan Moskow. Pasokan S-400 Rusia ke Turki secara radikal telah membekukan hubungan AS-Turki dan membuat Washington menolak memasok jet tempur F-35 Lightning II kepada sekutunya itu meskipun Turki bekerja sama dalam pengembangannya.
Saat ini Amerika Serikat sedang mempromosikan sistem pertahanan rudal THAAD di pasar senjata dunia untuk mengatasi ancaman rudal balistik jarak menengah. Namun, THAAD bukanlah pesaing S-400 Rusia karena jangkauan targetnya yang terbatas. THAAD tidak dapat melawan pesawat terbang dan rudal jelajah.
Belum lama muncul di pasar senjata global, S-400 telah menikmati tiga kontrak besar: 3 miliar dolar AS dengan China, lebih dari 5 miliar dolar AS dengan India, dan 2,5 miliar dolar AS dengan Turki. S-400 menikmati prospek ekspor yang baik karena rasio kualitas harganya, tetapi jangkauan S-400 bisa berlebihan pada beberapa pelanggan dan mungkin lebih memilih S-350 yang jangkauannya menengah.
Baca juga: Perbandingan Sistem Pertahanan Udara : S-400 Vs MEADS
S-350 Vityaz. (Gambar via pokazuha.ru) |
S-350 Vityaz dan SAMP/T secara ideologis dekat dan rudal mereka terpadu dengan pertahanan udara melalui laut. Untuk S-350 adalah sistem pertahanan udara Redut (laut) dan Polimeni-Redut; untuk SAMP/T, adalah PAAM seaborne.
Baca juga: 10 Sistem Rudal Pertahanan Udara Terbaik di Dunia
China merancang HQ-9 analog dari S-300P yang diekspor secara aktif. HQ-9 memenangkan tender T-LORAMIDS Turki untuk pengadaan rudal anti-pesawat terbang non-strategis. Rusia, AS, dan Eropa juga mengajukan penawaran. China menang karena mau mentransfer teknologi secara lengkap. Namun, Ankara membatalkan hasil tender karena tekanan dari Washington. Penawaran China lainnya adalah senjata KS-1A dengan jangkauan 50 km.
Israel mengekspor sistem anti-pesawat tempur jarak menengah Iron Dome (Kippat Barzel). Barak 8 jarak menengah dan jauh dirancang Israel bersama dengan India. Israel juga memiliki Arrow 2 (Hetz) yang dirancang bersama dengan AS (kisaran intersepsi dan ketinggian - masing-masing 100 dan 50 km).
Cheolmae-2 jarak menengah Korea Selatan sebenarnya adalah Vityaz Rusia yang diadaptasi dengan teknologi rudal 9M96 yang ditembakkan oleh Vityaz. Apakah ini merupakan pesaing untuk S-350? Tanggapan in muncul setelah upaya Arab Saudi untuk memperoleh senjata canggih baru setelah serangan drone dan rudal jelajah Houthi pada infrastruktur minyaknya. Meskipun Saudi tidak mengutarakan niatnya kepada Rusia karena mungkin khawatir akan tanggapan keras AS, keinginan untuk membeli analog S-350 Korea Selatan menegaskan kemampuan tempur Vityaz yang tinggi.
Singkatnya, S-350 Vityaz kemungkinan besar akan menempati posisi yang bagus di pasar senjata global. (ar)