Sabtu, Oktober 27, 2018

Kapal Selam Serang Kelas Yasen Rusia Ancaman Serius Bagi AS?

Peluncuran Kazan, kapal selam kedua kelas Yasen
Peluncuran Kazan, kapal selam kedua kelas Yasen pada Maret 2017
Gambar: Alexander Ryumin (Getty Images)

Ketika diberitakan media, Rusia memiliki banyak senjata-senjata 'ajaib', mulai dari pesawat tempur hingga rudal jelajah bertenaga nuklir. Sebagian dari senjata-senjata ini sulit dipercayai dan belum terkonfirmasi kebenarannya, tetapi sebagian lainnya memang ada dan membuat kekhawatiran.

Sebuah skenario yang membuat petinggi-petinggi di Pentagon tidak tidur nyenyak di malam hari adalah ancaman rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam baru Rusia, terbang feri melintasi Atlantik dan wilayah udara Amerika untuk mengirimkan hulu ledak nuklir yang mematikan pada sasaran tanpa terduga. Selamat datang di kapal selam kelas Yasen Rusia yang baru.

Pada akhir Perang Dingin, Uni Soviet memiliki kekuatan kapal selam terbesar di dunia. Dari kapal selam Komsomolet berlambung titanium yang mampu menyelam jauh hingga kapal selam nuklir kelas Akula, armada kapal selam Soviet sangat besar dan dengan cepat mengejar armada kapal selam AS.

Runtuhnya Uni Soviet berarti Rusia yang mewarisi Angkatan Laut Soviet menderita karena terlalu banyak kapal perang tapi tidak memiliki cukup uang, sehingga Angkatan Laut Rusia yang baru tertatih-tatih, nyaris tidak ditopang oleh anggaran tahun 1990-an. Ratusan kapal selam dibuang dan proyek konstruksi kapal selam baru yang tengah berjalan dihentikan.

Salah satu proyek yang dihentikan tersebut adalah proyek kapal selam rudal bertenaga nuklir yaitu Proyek 855, atau kelas Yasen. Kapal pertama di kelasnya, Severodvinsk, dimulai pembangunannya pada bulan Desember 1993. Hanya tiga tahun kemudian, Moskow menghentikan pembangunan karena kurangnya dana dengan hanya sepertiga dari lunas kapal yang diselesaikan. Baru pada tahun 2003 pembangunan kapal selam itu dilanjutkan kembali hingga akhirnya resmi beroperasi pada 2014 sebagai kapal selam serang nuklir modern pertama Rusia dari era pasca-Perang Dingin.

Internal diagram dari kelas Yasen
Internal diagram dari kelas Yasen.
Ilustrasi: H.I. Sutton

Severodvinsk adalah kapal selam yang besar. Dia memiliki panjang sekitar 120 meter dan bobot benaman 11.800 ton (menyelam). Reaktor nuklir OK-650KPM menghasilkan daya sebesar 200 megawatt, memberikannya kecepatan 31 knot (57,4 km/jam) saat menyelam. Sistem sonar Irtysh-Amfora menyediakan jangkauan sonar all-around, dengan array sonar spherical bow-mounted, flank arrays di lambung, dan towed sonar array dari bagian belakang ketika kapal selam bergerak.

Sistem tempur kelas Yasen sangat tangguh, dengan sepuluh tabung torpedo 533 milimeter yang dipersenjatai dengan torpedo kelas berat UGST-M. Namun, sistem senjata yang menjadi perhatian terbesar para analis Barat adalah delapan tabung peluncuran vertikalnya yang multiguna. Tabung peluncuran ini dapat menampung P-800 Oniks, rudal bertenaga ramjet pembunuh kapal yang kecepatannya dapat mencapai Mach 2,5 (3.087 km/jam).

Singkatnya, serangan mendadak yang dilakukan Yasen yang bersenjatakan rudal Oniks akan membuat kelompok tempur kapal induk AS kelabakan dan hanya memiliki sedikit waktu untuk bereaksi.

Senjata lain yang cocok dalam tabung peluncuran vertikal Yasen adalah rudal jelajah Kalibr serangan darat. Mirip dengan rudal jelajah Tomahawk Amerika, Rusia telah meluncurkan beberapa gelombang serangan rudal Kalibr dari kapal selam dan kapal permukaan terhadap sasaran ISIS di Suriah. Rudal Kalibr juga dapat berhulu ledak nuklir. Kapal selam pertama dari kelas Yasen, Severodvinsk, dapat membawa hingga 40 rudal jelajah Kalibr sementara kapal kedua yang kedua, Kazan, dapat membawa 32. Hasilnya adalah potensi serangan pertama yang mematikan.

Rudal Oniks dan rudal Kalibr
Rudal anti kapal Oniks dan rudal jelajah Kalibr serangan darat.
Gambar: H.I. Sutton

Selama bertahun-tahun, Rusia telah mencoba merancang senjata/sarana yang dapat menembus sistem pertahanan rudal balistik Amerika. Meskipun sistem pertahanan rudal AS yang ada saat ini berorientasi pada negara-negara yang lebih kecil seperti Iran dan Korea Utara, Rusia yakin ada potensi bagi Washington untuk meningkatkan sistem pertahanannya ke titik di mana mereka dapat mengancam rudal nuklir Moskow.

Upaya sistem pertahanan rudal AS terkonsentrasi terhadap rudal balistik terbang tinggi. Rudal-rudal jelajah seperti Kalibr di sisi lain terbang dengan ketinggian rendah, mengikuti medan yang dilaluinya untuk menghindari radar peringatan dini. Ancaman Rusia yang tersirat pada rudal jelajah berhulu nuklirnya adalah bahwa tidak peduli apa pun jenis sistem pertahanan rudal yang dikerahkan AS, rudal jelajah Rusia akan berusaha mengitarinya sampai menemukan jalan masuk.

Masalah dengan rudal seperti Kalibr adalah bahwa mereka bisa dengan mudah menjadi senjata serangan pertama nuklir. Kalibr memiliki jangkauan 1.600 mil (2574 km/jam). Seorang ahli kapal selam H.I. Sutton, penulis "World Submarines: Covert Shores Recognition Guide", mengingatkan bahwa "kapal selam Tipe 855 (kelas Yasen) yang dipersenjatai dengan rudal Kalibr dapat menargetkan kota-kota di Pesisir Timur AS dari Atlantik tengah."

Kapal selam dengan rudal Kalibr dapat melancarkan serangan yang mematikan target-target utama pemerintah di seluruh Amerika Serikat, melumpuhkan kemampuan pasukan strategis AS untuk membalas. Semakin dekat kapal selam Rusia ke daratan AS, semakin semakin sulit menghentikannya.

Itulah ancaman dari rudal jelajah Rusia yang membuat Pentagon bergegas untuk mengembangkan Joint Land Attack Cruise Missile Defense Elevated Netted Sensor System, atau JLENS. JLENS adalah jaringan aerostats yang dilengkapi radar yang terbang tinggi di Timur Laut Amerika Serikat, yang akan melihat/memantau rudal jelajah yang terbang rendah di bawah.

JLENS
JLENS aerostat.
Gambar: U.S. Army (Wikipedia)

Program ini sempat mengalami koma setelah insiden tahun 2015 di mana salah satu aerostat terlepas dari tambatannya dan terbang bebas melintasi negara bagian Pennsylvania.

Moskow mungkin tidak berkeinginan untuk mengerahkan kombinasi Yasen / rudal Kalibr sebagai senjata serangan pertama, tetapi secara teoritis Rusia jelas memiliki kemampuan itu dan Pentagon yakin kemampuan Rusia itu perlu diantisipasi.

Sutton percaya bahwa pemberitaan-pemberitaan media soal kemampuan kelas Yasen dapat dibenarkan secara luas. "Dengan semua kapal selam kelas Severodvinsk (Yasen) adalah ancaman yang sangat tersembunyi dan kuat," katanya. “Saat ini Rusia memiliki kapal selam yang sangat kapabel, tetapi kebanyakan dari mereka satu generasi lebih tua dari rata-rata kapal selam AS atau Inggris. Dengan Rusia sekarang beralih ke mode produksi dengan kelas Severodvinsk, maka akan menjadi penantang nyata untuk kapal selam Angkatan Laut AS dan Ingggis."

Peluncuran Kazan, kapal selam kedua kelas Yasen
Peluncuran Kazan, kapal kedua dari kelas Yasen pada Maret 2017.
Gambar: Alexander Ryumin (Getty Images)


“Dalam banyak hal, Severodvinsk Rusia setara dengan kelas Seawolf Angkatan Laut AS,” Sutton menjelaskan. Seawolf adalah kapal selam serang terbesar milik Angkatan Laut AS yang dibangun selama akhir 1990-an dan awal 2000-an. “Ini adalah kapal selam kelas atas yang mahal yang dikembangkan dari era Perang Dingin. Perbedaan terbesarnya adalah bahwa kapal Rusia memiliki delapan silo untuk rudal jelajah selain apa yang dapat dilakukan di ruang torpedo. Fitur ini telah ditambahkan ke kapal selam serang Amerika tetapi kapasitas senjatanya tidak akan pernah sama. ”

Sementara itu, sistem rudal Kalibr sudah terbukti, seperti yang ditunjukkan Rusia dalam serangannya di Suriah. Sutton mengatakan: "Pengalaman operasional Rusia dengan Kalibr membantu Rusia melakukan uji coba pertempuran rudal jelajah yang dibawa oleh Severodvinsk di Suriah. Hasil awalnya memang bervariasi tetapi serangan berulang, termasuk dari kapal selam, akan meningkatkan pengalaman dan keyakinan Rusia untuk menggunakannya lebih efektif lagi."

Amerika Serikat telah menanggapi ancaman dengan mengaktifkan kembali Armada Kedua, sebuah komando armada berbasis Atlantik yang berorientasi pada pendekatan ke benua Amerika Serikat. Terkait JLENS, ada desas-desus tentang adanya sistem baru yang dirancang untuk mendeteksi rudal yang diluncurkan dari kapal selam di seluruh benua Amerika Serikat. Pesawat P-8 Poseidon anti kapal selam baru dan frigat generasi baru Angkatan Laut AS akan meningkatkan kemampuan bertahan terhadap kapal selam, tetapi semua ini tetap rumit dan kompleks.

Untuk saat ini, harapan terbaik AS agar kelas Yasen tidak akan menjadi ancaman serius adalah keadaan ekonomi Rusia itu sendiri. Meskipun Moskow telah melewati penderitaan ekonomi pada pertengahan 2010 dan dalam pemulihan bertahap, pertumbuhannya lambat dan kelas Yasen sangatlah mahal. Saat ini baru dua kelas Yasen yang telah selesai dibuat, dengan lima lainnya masih dalam tahap konstruksi. Total Rusia menginginkan 10 kelas Yasen bagi angkatan lautnya. Tapi semuanya akan tergantung dari ekonomi Rusia sendiri. (fr)