Senin, April 07, 2014

Bluefin-21, Drone Bawah Air yang Mencari MH-370

Bluefin-21

Seperti yang diberitakan, Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) mengirimkan sebuah drone bawah air ke selatan Samudera Hindia untuk menemukan pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH-370 yang hilang. Lalu apa sebenarnya drone bawah air yang sering disebut sebagai kapal selam tanpa awak ini dan apa pula kecanggihannya?

Drone bawah air ini adalah Bluefin-21, sebuah autonomous underwater vehicle (AUV) yang berdimensi panjang 4,93 meter, diameter 0,53 meter dan berat 750 kilogram. Untuk menemukan MH-370, Bluefin-21 dioperasikan dari kapal Seahorse Standart, sebuah kapal milik Angkatan Laut Australia. Tidak hanya bisa dioperasikan dari kapal sejenis Seahorse Standart, tapi juga fleksibel untuk berbagai kapal di seluruh dunia.

Bluefin-21 dikembangkan oleh kontraktor pertahanan AS "Bluefin Robotics" dengan bekerjasama dengan US Navy. Bluefin-21 mampu menyelam di kedalaman 4.500 meter dan Bluefin-21 ditenagai dari sembilan baterai lithium-polymer yang membuatnya bertahan selama 25 jam. Dilengkapi pemindaian sonar dan kamera untuk memberikan gambaran detail permukaan laut.

Pada kecepatan 2-3 knot, Bluefin-21 mampu mendeteksi puing-puing di kedalaman dasar laut dan mengirimkan lokasi ke kapal operator terdekat di permukaan. Setelah drone diangkat kembali ke kapal, barulah petugas-petugas angkatan laut menganalisis data yang diperolehnya.

Bluefin-21

Namun, tidak seperi drone udara, kapal selam tanpa awak ini tidak bisa menerima perintah satelit ketika menyelam. Sebaliknya, Bluefin-21 menjalankan pola pencarian terprogram, dibantu oleh sistem deteksi onboard yang membantunya menghindar dari bahaya-bahaya topografi laut.

Video dibawah ini akan meberikan Anda gambaran bagaimana Bluefin-21 menjalankan misinya mulai dari diturunkan dari kapal, menyelam di sepanjang dasar laut dan kembali ke permukaan.


Ini adalah kedua kalinya bagi Bluefin-21 melakukan misi penyelamatan. Tahun lalu Bluefin-21 juga membantu proses pencarian pesawat tempur F-15 Angkatan Udara AS yang jatuh di lepas pantai Okinawa, Jepang.

Bluefin-21 diuji secara luas oleh US Navy sebagai perangkat tambahan untuk kapal dan pesawat pemburu ranjau sebagai bagian dari program Knifefish AUV. Sonar dan kameranya akan memberikan gambaran rinci keadaan di bawah laut agar operator kapal perang AS bisa menentukan apakah objek yang diidentifikasinya berbahaya atau tidak.

Program Knifefish adalah program US Navy untuk menciptakan robot bawah air untuk menggantikan lumba-lumba dan singa laut terlatih setelah sebelumnya program ini dihentikan. Bluefin-21 pertama kali diperkenalkan saat pameran US Navy pada April 2012.

baca juga: AL Ukraina Latih Lumba-lumba untuk Tujuan Militer

Pada bulan Desember 2012, US Navy memesan delapan unit Bluefin-21, dengan total biaya sebesar USD 20 juta. Dijadwalkan untuk memulai pengujian laut pada tahun 2015, kemungkinan baru akan dioperasikan sepenuhnya oleh US Navy pada tahun 2017.

Gambar dari sonar Bluefin-21
Gambar dari sonar Bluefin-21
Dua unit Bluefin-21 juga pernah digunakan oleh Waitt Institute di California dalam misi pencarian 72 hari (2.000 mil persegi) di Samudera Pasifik Selatan untuk mencari pesawat yang hilang pada tahun 1937 yang diterbangkan oleh pilot wanita terkenal Amelia Earhart. Namun ekspedisi ini tidak menemukan apa pun.

Karakteristik Bluefin-21
   Diameter    53 cm
   Panjang    493 cm
   Berat    750 kg
   Kedalaman operasi    4.500 m
   Daya tahan    25 jam pada kecepatan 3 knot
   Kecepatan maksimum    4,5 knot
   Energi    9 baterai lithium-polymer 1,5 kWh
   Muatan standar    EdgeTech 2200-M 120/410 kHz side scan sonar
   (option: EdgeTech 230/850 kHz dynamically focused)
   EdgeTech DW-216 sub-bottom profiler
   Reson 7125 400 kHz multibeam echosounder
   Software    GUI-based Operator Tool Suite
   Data Management    4 gbflash drive plus penyimpanan data tambahan
   Navigasi    INS, DVL, SVS and GPS
   USBL tracking with vehicle position updates
   Antenna    Integrated — GPS, RF, Iridium and strobe
   Communications    RF, Iridium and acoustic;
   Ethernet via shore power cable
   Safety Systems    Fault and leak detection, dropweight,
   acoustic tracking transponder,
   strobe, RDF and Iridium
   (all independently powered)

Lalu mengapa MH-370 tidak kunjung ditemukan oleh Bluefin-21? Hal ini karena tim pencari tidak memiliki kepastian area mana di Samudera Hindia yang tepat diidentifikasi. Semua pencitraan satelit atau temuan puing tidak terkait dengan MH-370. Sedangkan drone ini memiliki jangkauan deteksi yang terbatas (dalam operasi mencari MH-370, Bluefin-21 hanya memetakan 40-60 mil persegi dasar laut dalam satu hari). Artinya, jika tidak ada parameter pencarian atau jika area pencarian tidak dipersempit, maka drone ini sama saja tidak berguna!

Gambar: Bluefin Robotics