Seperti yang diberitakan, Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) mengirimkan sebuah drone bawah air ke selatan Samudera Hindia untuk menemukan pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH-370 yang hilang. Lalu apa sebenarnya drone bawah air yang sering disebut sebagai kapal selam tanpa awak ini dan apa pula kecanggihannya?
Drone bawah air ini adalah Bluefin-21, sebuah autonomous underwater vehicle (AUV) yang berdimensi panjang 4,93 meter, diameter 0,53 meter dan berat 750 kilogram. Untuk menemukan MH-370, Bluefin-21 dioperasikan dari kapal Seahorse Standart, sebuah kapal milik Angkatan Laut Australia. Tidak hanya bisa dioperasikan dari kapal sejenis Seahorse Standart, tapi juga fleksibel untuk berbagai kapal di seluruh dunia.
Bluefin-21 dikembangkan oleh kontraktor pertahanan AS "Bluefin Robotics" dengan bekerjasama dengan US Navy. Bluefin-21 mampu menyelam di kedalaman 4.500 meter dan Bluefin-21 ditenagai dari sembilan baterai lithium-polymer yang membuatnya bertahan selama 25 jam. Dilengkapi pemindaian sonar dan kamera untuk memberikan gambaran detail permukaan laut.
Pada kecepatan 2-3 knot, Bluefin-21 mampu mendeteksi puing-puing di kedalaman dasar laut dan mengirimkan
lokasi ke kapal operator terdekat di permukaan. Setelah drone diangkat
kembali ke kapal, barulah petugas-petugas angkatan laut menganalisis data yang diperolehnya.
Namun, tidak seperi drone udara, kapal selam tanpa awak ini tidak bisa menerima perintah satelit ketika menyelam. Sebaliknya, Bluefin-21 menjalankan pola pencarian terprogram, dibantu oleh sistem deteksi onboard yang membantunya menghindar dari bahaya-bahaya topografi laut.
Video dibawah ini akan meberikan Anda gambaran bagaimana Bluefin-21 menjalankan misinya mulai dari diturunkan dari kapal, menyelam di sepanjang dasar laut dan kembali ke permukaan.
Ini adalah kedua kalinya bagi Bluefin-21
melakukan misi penyelamatan. Tahun lalu Bluefin-21 juga membantu proses
pencarian pesawat tempur F-15 Angkatan Udara AS yang jatuh di lepas pantai Okinawa, Jepang.
Bluefin-21 diuji secara
luas oleh US Navy sebagai perangkat tambahan untuk kapal dan
pesawat pemburu ranjau sebagai bagian dari program Knifefish AUV. Sonar
dan kameranya akan memberikan gambaran rinci keadaan di bawah laut agar
operator kapal perang AS bisa menentukan apakah objek yang diidentifikasinya berbahaya atau
tidak.
Program
Knifefish adalah program US Navy untuk menciptakan robot bawah air untuk
menggantikan lumba-lumba dan singa laut terlatih setelah sebelumnya program ini
dihentikan. Bluefin-21 pertama kali diperkenalkan saat pameran US Navy pada
April 2012.
baca juga: AL Ukraina Latih Lumba-lumba untuk Tujuan Militer
baca juga: AL Ukraina Latih Lumba-lumba untuk Tujuan Militer
Pada
bulan Desember 2012, US Navy memesan delapan unit
Bluefin-21, dengan total biaya sebesar USD 20 juta. Dijadwalkan untuk
memulai pengujian laut pada tahun 2015, kemungkinan baru akan
dioperasikan sepenuhnya oleh US Navy pada tahun 2017.
Gambar dari sonar Bluefin-21 |
Dua
unit Bluefin-21 juga pernah digunakan oleh Waitt Institute
di California dalam misi pencarian 72 hari (2.000 mil persegi) di
Samudera Pasifik Selatan untuk mencari pesawat yang hilang pada tahun
1937 yang diterbangkan oleh pilot wanita terkenal Amelia Earhart. Namun
ekspedisi ini tidak menemukan apa pun.
Karakteristik Bluefin-21Diameter | 53 cm |
Panjang | 493 cm |
Berat | 750 kg |
Kedalaman operasi | 4.500 m |
Daya tahan | 25 jam pada kecepatan 3 knot |
Kecepatan maksimum | 4,5 knot |
Energi | 9 baterai lithium-polymer 1,5 kWh |
Muatan standar | EdgeTech 2200-M 120/410 kHz side scan sonar (option: EdgeTech 230/850 kHz dynamically focused) EdgeTech DW-216 sub-bottom profiler Reson 7125 400 kHz multibeam echosounder |
Software | GUI-based Operator Tool Suite |
Data Management | 4 gbflash drive plus penyimpanan data tambahan |
Navigasi | INS, DVL, SVS and GPS USBL tracking with vehicle position updates |
Antenna | Integrated — GPS, RF, Iridium and strobe |
Communications | RF, Iridium and acoustic; Ethernet via shore power cable |
Safety Systems | Fault and leak detection, dropweight, acoustic tracking transponder, strobe, RDF and Iridium (all independently powered) |
Lalu mengapa MH-370 tidak kunjung ditemukan oleh Bluefin-21? Hal ini
karena tim pencari tidak memiliki kepastian area mana di
Samudera Hindia yang tepat diidentifikasi. Semua pencitraan satelit atau
temuan puing tidak terkait dengan MH-370. Sedangkan drone ini memiliki
jangkauan deteksi yang terbatas (dalam operasi mencari MH-370,
Bluefin-21 hanya memetakan 40-60 mil persegi dasar laut dalam satu hari).
Artinya, jika tidak ada parameter pencarian atau jika area pencarian
tidak dipersempit, maka drone ini sama saja tidak berguna!
Gambar: Bluefin Robotics