Selasa, Juni 16, 2020

Fregat Kelas 'Berat' Iver Huitfeldt Incaran TNI AL

fregat kelas Iver Huitfeldt

Di tengah ancaman agresivitas China di Laut China Selatan, Indonesia membuat langkah maju untuk mendapatkan kapal fregat kelas Iver Huitfeldt buatan Denmark.

Bila Indonesia sukses mendapatkannya, fregat Iver Huitfeldt akan menjadi kapal perang permukaan terbesar di antara Angkatan Laut di kawasan Asia Tenggara.

Fregat Iver Huitfeldt berdimensi panjang 138,7 m dan bobot benaman penuh 6.645 t, hanya kalah dari kapal perusak kelas Hobart milik Angkatan Laut Australia yang memiliki panjang 147,2 meter dan bobot benaman penuh 7.700 ton.

Karena bobot benamannya yang besar, sebagian analis yang menggolongkan fregat kelas Iver Huitfeldt sebagai kapal perusak ringan. Sebab kapal perusak didefinisikan (tidak resmi) memiliki bobot benaman antara 6.000 - 12.000 t. Sebagian lainnya menggolongkan kelas Iver Huitfeldt sebagai fregat kelas berat.

Kementerian Pertahanan Indonesia (Kemenhan) baru-baru ini diketahui telah menandatangani preamble contract (kontrak pembukaan) untuk akuisisi fregat kelas Iver Huitfeldt. Turut hadir manajemen PT PAL, PT Sinar Kokoh Persada,  dan agen Indonesia untuk perusahaan Denmark Odense Maritime Technology (OMT).

Melansir laman Janes, kontrak ini mencakup pengaturan workshare (pembagian kerja) yang akan dilakukan setelah kontrak aktual untuk fregat pertama terwujud, kata sumber industri pertahanan yang mengetahui masalah tersebut sambil memberikan bukti dokumenter tentang peristiwa tersebut.

Baca juga: Kapal Fregat vs Perusak : Apa Perbedaan Keduanya?

fregat kelas Iver Huitfeldt

Maret 2019, laman Janes menyebut Indonesia semakin tertarik pada fregat kelas Iver Huitfeldt untuk menggantikan fregat kelas Ahmad Yani yang akan pensiun.

Sepotong korespondensi tanpa klasifikasi antara Menteri Pertahanan saat itu, dan Sekretaris Kabinet diungkap Janes bulan itu menyebutkan bahwa kelas Iver Huitfeldt sebagai salah satu fregat yang memiliki kemampuan tempur yang andal, dan dapat beroperasi di ekstremitas zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Februari 2020, delegasi pertahanan Indonesia mengunjungi Denmark dan meninjau langsung fregat kelas Iver Huitfeldt, yang aktif di Angkatan Laut Denmark, Niels Juel. Delegasi Indonesia mendapat pengarahan dari Odense Maritime Technology (OMT) dan Tim Angkatan Laut Denmark.

Maret 2020, media online melansir Wakil Menteri Pertahanan mengatakan PT PAL Indonesia ditugaskan untuk mengembangkan desain untuk 2 kapal selama 5 tahun, untuk Rp1,1 triliun (atau USD720 juta) bekerja sama dengan Denmark, untuk TNI AL.

Namun saat dikonfirmasi Naval News, Direktur Pelaksana Tim Angkatan Laut Denmark dan mantan Kepala Angkatan Laut Denmark, enggan berkomentar soal pembelian fregat oleh Indonesia.

''Tim Angkatan Laut Denmark dapat mengonfirmasi bahwa Indonesia - di antara negara-negara lain - telah menunjukkan minat untuk fregat Denmark Iver Huitfeldt. Namun, saya tidak dapat mengomentari pertanyaan spesifik Anda,'' ujar Rear Admiral (ret.) Nils Wang.

Baca juga: KRI Yos Sudarso 353, Penjaga Samudera Indonesia

fregat kelas Iver Huitfeldt

Collin Koh, Peneliti Senior Program Keamanan Maritim, Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Singapura yang diwawancarai Naval News memberikan analisanya atas rencana Indonesia untuk membeli fregat Iver Huitfeldt.

Collin, apakah dua fregat besar cukup untuk mencegah China di Laut China Selatan? Bukankah pengadaan kapal yang lebih kecil (seperti PKR atau bahkan ocean going vessel atau kapal pelayaran samudera) akan lebih bermanfaat karena untuk anggaran yang sama Indonesia akan mendapatkan lebih banyak kapal?

Collin Koh - Dua fregat besar tidak cukup untuk menutupi perairan Natuna, di mana serangan China sering terjadi. Paling-paling, di setiap titik waktu, 1 dari pasangan fregat baru ini akan ada di stasiun, meskipun untuk jangka waktu terbatas dan menyediakan perawatan yang tepat, jadwal perbaikan dan perbaikan diikutinya. Tentu saja, dengan anggaran yang sama, lebih banyak OPV (seperti PKR) yang lebih kecil dapat diperoleh.

Namun, saya menduga ada beberapa alasan di balik pencarian Indonesia untuk kelas Iver Huitfeldt.

Yang pertama adalah bahwa orang Indonesia sedang mencari kapal perang (kombatan) permukaan yang lebih besar di luar PKR yang didasarkan pada kelas SIGMA, yang diklasifikasikan sebagai fregat ringan.

Yang kedua adalah konsep modular misi unik yang ditawarkan untuk desain Denmark, diminati oleh orang Indonesia untuk kapal perang masa depan. Tampaknya orang Indonesia tertarik pada kesamaan antara Angkatan Laut dan BAKAMLA, yang dapat dimungkinkan dengan konsep modular yang kuat.

Baca juga: Kapal Perusak Tipe 052D dan Tipe 054A Baru AL China Kini Siap Tempur

fregat kelas Iver Huitfeldt

Yang ketiga, yang saya percaya perlu ditinjau secara serius, adalah apakah orang Indonesia mungkin tidak begitu puas dengan program PKR, dan apakah ini ada hubungannya dengan hubungan pembuat kapal lokal dengan Damen. Sekali lagi, poin ini perlu dieksplorasi.

(Sekadar diketahui sebelumnya, Damen (Belanda) yang memasok kapal korvet nasional dalam program Patroli Kawal Rudal/PKR kelas Diponegoro dan fregat ringan kelas Martadinata)

Naval News - Iver Huitfeldt adalah kapal yang cukup kompleks (dan lebih besar) dibandingkan dengan PKR. Apakah Anda percaya bahwa galangan kapal lokal PT PAL tidak akan memiliki masalah dalam membangun kapal-kapal tersebut secara lokal?

Collin Koh - Iver Huitfeldt juga lebih besar dari kapal yang pernah dibuat PT PAL, desain juga sepenuhnya baru. Dengan transfer teknologi yang tepat di bawah bimbingan rekan-rekan mereka dari Denmark, dan tentu saja dengan komitmen Jakarta terhadap program ini, adalah mungkin bagi PT PAL untuk mengatasi masalah awal dari kurva pembelajaran dan secara bertahap menjadi mampu membangun kapal secara mandiri. Kami dapat mengambil contoh dari kolaborasi PT PAL dengan DSME dalam pembangunan lisensi kapal selam. Ada cegukan awal, terutama karena alih teknologi, tetapi ini kemudian diatasi dan Indonesia akhirnya berhasil membangun kapal selam kelas Nagapasa ketiga, dan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang membangun kapal selam secara lokal.

Iver Huitfeldt Class sendiri dibangun oleh Odense Steel Shipyard pada tahun 2008. AL Denmark membangun tiga kapal di kelas ini yakni Iver Huitfeldt (F 361), Peter Willemoes (F362), dan Niels Juel (F363).

Untuk mata dan telinga, di Iver Huitfeldt Class bercokol radar MART-L (Signal Multibeam Acquisition Radar for Tracking) yang berjalan di frekuensi L band. Radar ini mampu menyapu area sejauh 400 km, jauh sebelum musuh mendeteksi duluan.

fregat kelas Iver Huitfeldt

Belum cukup sampai situ ada pula radar SCANTER 6000 yang berjalan di frekuensi I Band, penjejak kapal selam sonar ATLAS ASO 94, Saab CEROS 200 dan ES-3701 Tactical Radar Electronic Support Measures untuk menghadapi peperangan elektronika.

Untuk persenjataan, Iver Huitfeldt Class dibekali amat komplit yakni canon reaksi cepat Oto Melara 76 mm Super Rapid, 32 sel peluncur rudal vertikal (VLS) Mk 41 untuk rudal permukaan ke udara SM-2 IIIA, 24 sel VLS Mk 56 untuk rudal permukaan ke udara RIM-162 ESSM (Evolved SeaSparrow Missile), 2 peluncur berisi empat tabung untuk rudal anti kapal Harpoon, satu unit Oerlikon Millennium 35 mm sebagai CIWS, dan dua peluncur torpedo MU90.

Dengan panjang 138,7 meter dan lebar 19,75 meter, fregat raksasa ini mampu melaju 30 knot karena dukungan empat mesin diesel MTU 8000 20V M70.

Ada dek dan hanggar helikopter di fregat ini yang mampu menampung heli ukuran medium untuk misi buru kapal selam dan lainnya.

Meski Denmark bukan negara yang punya historis kuat di bidang pertahanan maritim seperti Inggris atau Spanyol, tapi Iver Huitfeldt didaulat sebagai satu fregat terbaik di dunia.

Situs defencyclopedia mendaulat Iver Huitfeldt sebagai fregat terbaik keempat dunia hanya kalah dari kelas Admiral Gorshkov (Rusia), kelas Sachsen (Jerman], dan kelas De Zeven Provincien (Belanda).

Situs ini juga menyebut fregat Iver Huitfeldt merupakan yang termurah di antara fregat paling canggih di dunia. Hal ini disebabkan fregat Iver Huitfeldt menggunakan desain lambung kapal kelas Absalon yang sudah ada, sehingga mengurangi biaya desain secara signifikan.

Itu sebabnya fregat berbobot 6.600 ton ini terlihat agak tebal dan kaku dibandingkan fregat lain. Tapi kekurangan ini ditutupi kombinasi senjata dan sensor yang mematikan.

fregat kelas Iver Huitfeldt

Keandalan Iver Huitfeldt sudah terbukti mengarungi Laut Utara yang ganas. Bahkan saat terjebak dalam badai ganas 24 jam saat mengarungi Samudra Atlantik menuju Amerika, fregat Iver Huitfeldt hanya mengalami kerusakan ringan.

Peristiwa ini terjadi Januari 2020, saat badai yang luar biasa dahsyat menghantam fregat Iver Huitfeldt ketika berlayar ke Amerika Serikat untuk berlatih dengan kelompok kapal induk AS.

Prakiraan cuaca sudah menunjukkan cuaca buruk ketika Iver Huitfeldt melewati Azores di Atlantik dalam perjalanan ke Norfolk, AS.

Namun di sepanjang jalan, makin buruk dan Iver Huitfeldt menghindar atau mundur lagi. Akhirnya Iver Huitfeldt berlayar dalam badai dengan kecepatan serendah mungkin selama 24 jam.

Ketinggian ombaknya mencapai sekitar 15 meter ketika cuaca buruk. Tidak ada kru yang terluka karena hantaman cuaca buruk. Tapi Iver Huitfeldt mengalami beberapa kerusakan ringan, termasuk lemari terpisah, kerusakan tekanan pada lambung dan beberapa kebocoran di lubang palka.

Iver Huitfeldt juga kehilangan kubah sonar - pelindung fiberglass besar di bagian depan kapal di bawah garis air yang melindungi sonar. Iver Huitfeldt  akhirnya berada di Norfolk dan dapat berlatih dengan kelompok kapal induk AS. Selama latihan, kru Iver Huitfeldt  memperbaiki sebagian besar kerusakan yang terjadi. (Tribunnews - Edited)