Sabtu, April 11, 2020

Rudal Korea Utara Makin Banyak dan Makin Mematikan

Rudal Hwasong-14
Peluncuran rudal balistik Hwasong-14, 4 Juli 2017. (Foto: CSIS)

Karena kemampuan perang konvensional Korea Utara semakin tertinggal dan usang, Korea Utara sangat bergantung pada kemampuan rudal konvensional dan nuklir mereka untuk melindungi rezim Kim.

Selain rudal jarak pendek dan menengah yang mengancam bagian selatan semenanjung Korea, Korea Utara bergantung pada rudal balistik antarbenua (ICBM) jarak jauh untuk mengancam sekutu Amerika seperti Jepang, dan aset Amerika di wilayah Pasifik — dan mungkin Amerika Serikat.

Hwasong-14
Rudal terbaru Korea Utara adalah Hwasong-14, yang diuji secara mencolok pada 4 Juli 2017. Hwasong-14 diluncurkan dengan transporter dan, jika pernyataan Korea Utara benar, dapat dipasangi hulu ledak nuklir — meskipun beberapa faktor lain akan menjadi aral, seperti lintasan terminal dan bagaimana Hwasong-14 akan masuk kembali ke atmosfer bumi.

Menurut CSIS, sebuah lembaga 'think tank' terkemuka dunia, "Perdebatan Hwasong-14 berlanjut tentang bagaimana kendaraan masuk kembali (ke atmosfer bumi) dan apakah ia mampu bertahan dari tekanan yang terkait dengan jarak ICBM."

Pada awalnya Amerika Serikat memperkirakan jangkauan Hwasong-14 antara 4.300 dan 5.900 mil, atau sekitar 7.000 hingga 9.500 kilometer, perkiraan ini kemudian direvisi. Menurut CSIS, Hwasong-14 kemungkinan memiliki jangkauan lebih dari 6.200 mil, atau lebih dari 10.000 kilometer.

"Berdasarkan performa (uji coba) 28 Juli, Hwasong-14 dapat memiliki jangkauan lebih dari 10.000 km jika diterbangkan dengan lintasan balistik maksimal. Ini cukup jauh bila hanya untuk mencapai Amerika Serikat," kata laporan CSIS baru-baru ini. "Jika memperhitungkan rotasi Bumi, yang memberikan dorongan jangkauan saat bepergian ke arah timur, area cakupan Hwasong-14 akan mencakup Pantai Barat, Chicago, dan bahkan mungkin New York." Prospek yang cukup menakutkan.

Hwasong-14
Persiapan peluncuran Hwasong-14 menunjukkan platform yang dapat dilepas, 4 Juli 2017. (Foto: KCNA)

Kejutan dari kapal selam
Pada 2019, Korea Utara menguji Pukguksong-3, rudal yang dimaksudkan untuk peluncuran dengan kapal selam. Pada saat uji coba, rudal itu tidak diluncurkan dari kapal selam, tetapi dari platform bawah laut. Dengan menggunakan teknik peluncuran cold-launch, Korea Utara mengeluarkan rudal dari wadah kedap air di bawah laut menggunakan gas bertekanan dan ke udara — tidak semudah yang dibayangkan.

Meskipun ini merupakan prestasi teknologi yang mengesankan untuk Korut, namun yang menjadi masalah saat ini adalah kapal selamnya. Korea Utara hanya memiliki satu kapal selam eksperimental yang diketahui mampu membawa rudal balistik. Korea Utara masih berusaha membangun armada kapal selam yang mampu meluncurkan Pukguksong-3.

Mengingat Pukguksong-3 yang masih baru, sedikit informasi yang tersedia mengenai jangkauan atau muatannya, meskipun Korea Utara mungkin akan melengkapinya dengan hulu ledak nuklir jika memungkinkan.

Pukguksong-3
Gambar ini dirilis Kamis, 3 Oktober 2019, oleh surat kabar pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun, yang dimaksudkan untuk menunjukkan uji coba rudal balistik Pukguksong-3 yang diluncurkan dari bawah laut dari hari sebelumnya. (Foto: Rodong Sinmun)

Pencegahan Strategis
Eksistensi Korea Utara sangat bergantung pada mempertahankan penangkal militer yang berfungsi dan kredibel. Rudal adalah jawaban untuk Kerajaan Pertapa itu, karena kemampuan militer konvensional Korea Utara dalam banyak hal sangat ketinggalan jaman dan usang. Dalam kondisi seperti ini, akankah Korea Utara menyerahkan stok nuklirnya? Rasanya sulit. (NI)