Pabrikan senjata Rusia Rostec mengklaim telah mengembangkan drone bawah air pertama yang dipersenjatai dengan senapan serbu.
Semua tahu bahwa kapal selam dipersenjatai dengan berbagai senjata mematikan, mulai dari torpedo dan ranjau hingga rudal balistik yang berhulu ledak nuklir. Tapi bagaimana bila dipersenjatai dengan senapan serbu seperti AK-47?
Pabrikan senjata Rusia Rostec mengklaim telah mengembangkan drone bawah laut pertama yang dipersenjatai dengan senapan serbu.
"(Drone) ini telah mengalami uji coba laut. Uji coba (skala) penuh akan dimulai pada awal musim dingin," kata Rostec dilansir Sputnik News. “Ini adalah proyek yang unik karena tidak ada seorang pun yang memiliki (drone bawah laut) dengan senjata kecil. Selain itu, sangat sedikit (negara) di dunia yang memiliki senjata kecil otomatis di bawah air. ”
"Tujuan utama drone, yang dirancang dan dikembangkan oleh anak perusahaan Rostec, adalah untuk melindungi fasilitas pelabuhan, jembatan, pangkalan angkatan laut dan kapal dari penyelam tempur dan drone bawah laut musuh," dilansir Sputnik News. Drone itu ditampilkan di pameran perdagangan pertahanan Army-2018 di Moskow minggu ini.
Rostec tidak menjelaskan apa model senapan serbu yang dipasang pada drone bawah air itu. Namun, pada 1970-an, Rusia mengembangkan senapan bawah air APS, yang dikembangkan berdasarkan senapan serbu AK-74 tetapi dengan laras smoothbore bukan rifle. APS menembakkan peluru panjang layaknya anak panah kecil, yang memiliki lintasan bawah air yang lebih stabil daripada peluru biasa.
Drone bawah air atau Unmanned Underwater Vehicles (UUV) mulai menjadi bagian penting dalam peperangan laut. Angkatan Laut AS mengembangkannya untuk beberapa misi, terutama untuk menyapu ranjau, pengawasan dan pengintaian, dan deteksi anti-kapal selam.
Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) Amerika Serikat berniat untuk melengkapi kapal selam angkatan laut konvensional dengan drone bawah air yang dilengkapi dengan sonar aktif. Daripada lokasi kapal selam diketahui karena memancarkan gelombang sonar untuk mencari kapal selam musuh, lebih baik menyebarkan drone bawah air pada jarak yang aman untuk melakukannya.
Tetapi drone bawah air yang bersenjata adalah sesuatu yang berbeda. Militer AS dengan penuh keyakinan menekankan bahwa ketika drone dipersenjatai, selalu ada manusia dalam lingkaran untuk membuat keputusan menarik pelatuknya.
Rincian yang diberikan Rostec tentang UUV masih sedikit sekali. Bagaimana drone tersebut dikendalikan? Dengan kapal permukaan, instalasi pantai atau penyelam tempur Rusia di dalam air? Haruskah manusia yang memiliki otoritas untuk menembak, atau apakah mesin yang akan menggunakan senjata secara otonom?
Meskipun demikian, konsep sentinel drone bawah air bersenjata sangatlah logis dan tidak dapat disangkal. Satu tugas di mana drone atau robot unggul dari manusia adalah pada tugas-tugas yang monoton, membosankan, rutin, seperti patroli pelabuhan untuk menghentikan penyelam musuh dari melakukan pengintaian atau menyabotase kapal.
Jika untuk di darat, sudah ada mesin untuk patroli perbatasan. Israel menjaga perbatasannya dengan Gaza dengan truk pikap otonom yang dilengkapi dengan kamera 360 derajat. Korea Selatan telah menempatkan robot SGR-A1 di sepanjang Zona Demiliterisasi dengan Korea Utara - robot stasioner (tak bergerak) yang masing-masing dipersenjatai dengan senapan mesin yang dapat menembak secara otomatis, meskipun Korea Selatan menyatakan bahwa manusia harus tetap memberikan perintah untuk menembak. (fr)