Rabu, Oktober 10, 2018

Angkatan Laut Jepang Ingin Tambah Personel Wanita - Tapi Bukan Karena Kesetaraan Gender

Angkatan Laut Jepang

Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang (JMSDF) menginginkan lebih banyak wanita dalam satuannya, tetapi itu tidak terkait dengan kesetaraan gender.

Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) telah menetapkan untuk meningkatkan persentase personel wanita dalam dinas militer, yang membuat persentasenya menjadi sembilan persen secara keseluruhan pada tahun 2030, dari enam persen pada tahun ini. Namun, JSDF menegaskan bahwa ketetapan tersebut tidak ada hubungannya dengan toleransi dan kesetaraan gender.

Militer Jepang membutuhkan lebih banyak personel wanita untuk mengisi kekosongan staf laki-laki, hal ini karena tingkat kelahiran Jepang yang sangat rendah sehingga menyebabkan penurunan jumlah penduduk Jepang, menurut laporan Reuters.

Tokyo pertama kali membolehkan perempuan bertugas di kapal perang adalah pada tahun 1993, dan demografi Jepang yang kian tahun kian bermasalah tampaknya memaksa Angkatan Laut Jepang untuk lebih banyak lagi merekrut wanita. JMSDF akan menghapus pelarangan pelaut wanita dari tugas kapal selam, lapor Reuters, mengutip sumber di Kementerian Pertahanan Jepang.

Dengan sekitar 100 kapal, 20 kapal selam, lebih dari 40 kapal perusak dan empat kapal induk helikopter, Jepang adalah salah satu armada laut terbesar di dunia, yang membutuhkan sekitar 50.000 personel.

Namun, hambatan administrasi bukanlah satu-satunya hal yang membuat wanita tidak bisa berdinas di militer. Tentu saja ada masalah lainnya, yaitu pelecehan seksual. Pada Juli lalu, Angkatan Laut Jepang memulangkan seorang perwira laki-laki karena melakukan pelecehan seksual pada tiga pelaut wanita selama beberapa bulan, lapor Reuters. Dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, JMSDF telah memperkenalkan tempat tidur terpisah untuk wanita di kapal..

Namun masalahnya, remaja muda Jepang dari kedua jenis kelamin tampaknya secara signifikan lebih enggan untuk bergabung dengan JMSDF ketimbang dengan cabang militer lainnya (Angkatan Darat dan Udara), dan alasan di keengganan itu bisa berupa jejaring sosial.

Remaja Jepang enggan meninggalkan media sosial, karena para pelaut Jepang hanya diperbolehkan mengirim empat pesan teks per hari, lapor Reuters. Belum diketahui apakah JMSDF dapat mengubah kebijakannya itu dan membiarkan awak kapal mengakses internet secara penuh saat bertugas dalam upaya untuk meningkatkan jumlah personel.

Jika Jepang berhasil dalam tujuannya meningkatkan persentase perempuan dalam Angkatan Laut menjadi sembilan persen di atas semua cabang militer, itu tetap masih rendah dari persentase AS dan Inggris yang masing-masing 15 persen dan 10 persen. Tapi di Rusia, sekitar 45.000 dari 900.000 personel adalah wanita, membuat mereka hanya lima persen dari total. (fr)