Rabu, Mei 02, 2018

Su-27 Rusia: Flanker Ancaman NATO

Su-27

Versi orisinil dari Flanker telah menikmati kesuksesan ekspor yang luar biasa, dan masih terbang di sebelas angkatan udara di seluruh dunia. Sebagian besar Flanker diterbangkan oleh Rusia (359 unit) dan China (59 unit). Dalam beberapa konflik, seperti Rusia-Ukraina, Ethiopia-Eritrea, Vietnam-China, kedua pihak sama-sama menerbangkan Su-27 Flanker. Secara keseluruhan, 809 Flanker telah dioperasikan, plus pesanan skala besar untuk beberapa variannya.

Sebagian besar pesawat legendaris Soviet era Perang Dingin terlahir dari biro desain Mikoyan Gurevitch, sebut saja MiG-15 "Fagot," MiG-21 "Fishbed," MiG-25 "Foxbat" dan MiG -29 "Fulcrum." Tapi jika ditanya pesawat tempur terbaik Soviet era Perang Dingin, maka jawabannya adalah Sukhoi Su-27 "Flanker."

Flanker dikembangkan untuk mengalahkan pesawat-pesawat tempur AS di Eropa tengah dalam konflik NATO-Pakta Warsawa dan untuk berpatroli di wilayah udara Uni Soviet menghadapi serbuan pesawat pembom AS. Tidak hanya sekedar 'selamat' dari berakhirnya Perang Dingin, Su-27 juga menjadi salah satu pesawat tempur ekspor terbaik di dunia.

Pengembangan

Flanker muncul sebagai bagian dari konsep high part of the high-low fighter mix yang diadopsi oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1970-an dan 1980-an. Di Angkatan Udara AS konsep pengembangan semacam ini terwujud dalam F-15 dan F-16; di Angkatan Laut AS, F-14 dan F/A-18.

Biro Desain Sukhoi mendesain Flanker dengan menanamkan kemampuan F-15 Eagle, dan pesawat yang muncul memang menyerupai Eagle, yang cepat, bersenjata berat, dan jangkauan jauh. Sementara 'tubuh' Eagle terlihat 'atletis', Flanker berpenampilan ramping.

Meskipun dirancang sebagai pesawat superioritas udara, Su-27 (sangat mirip dengan Eagle) telah terbukti cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan peran interceptor dan ground strike.

Sukhoi juga telah mengembangkan berbagai varian Flanker, yakni Flanker khusus untuk misi tertentu tetapi tetapi secara keseluruhan tetap mempertahankan kemampuan multiperannya.

Su-27 memasuki layanan lebih lambat daripada rekan generasi keempatnya di Amerika Serikat (atau dalam hal ini MiG-29). Serangkaian kecelakaan dalam uji coba di tahun-tahun pertamanya sempat mengacaukan program, dengan beberapa pilot yang tewas.

Ketika resmi dioperasikan pada pertengahan 1980-an, masalah produksi kemudian menghambat transisi pesawat ini untuk menjadi pesawat garis depan. Karena ketika Perang Dingin berakhir, berlaku pembatasan produksi pesawat tempur.

Su-27 sangatlah tangguh. Sang Flanker mampu mencapai kecepatan Mach 2,35 dengan thrust-to-weight ratio di atas satu (tergantung pada fuel load). Flanker mampu membawa hingga delapan rudal udara-ke-udara (rudal jarak pendek hingga menengah; varian lain Flanker khusus untuk pertempuran Beyond Visual Range) atau serangkaian bom dan rudal.

Di tangan seorang pilot yang berpengalaman, Su-27 dapat melakukan manuver edan dan membingungkan. Pertunjukan udara oleh Flanker selalu ditunggu-tunggu seluruh orang di dunia.

Su-27 memiliki basic frame yang terbukti sangat fleksibel. Angkatan Udara Rusia telah memodifikasi sebagian besar armada Flanker yang ada dengan berbagai avionik canggih, meningkatkan kapasitas udara-ke-udara dan juga memberikan kemampuan serangan darat yang efektif.

Beberapa varian Flanker, terutama yang diekspor, memiliki nama-nama tersendiri.

Su-27 Flanker

Ekspor

Versi asli Flanker telah menikmati kesuksesan ekspor luar biasa, dan masih terbang di sebelas angkatan udara di seluruh dunia. Sebagian besar pesawat diterbangkan oleh Rusia (359 unit) dan China (59 unit). Dalam beberapa konflik, seperti Rusia-Ukraina, Ethiopia-Eritrea, Vietnam-China, kedua pihak menerbangkan Su-27 Flanker. Secara keseluruhan, 809 Flanker telah memasuki layanan, plus pesanan skala besar untuk beberapa variannya.

Penjualan Su-27 ke China menyebabkan banyak gesekan tak terduga antara Moskow dan Beijing. China membeli beberapa Flanker, setuju untuk memproduksi bersama pada pembelian berikutnya, dan memperoleh lisensi untuk memproduksi sendiri Flanker.

Rusia menuduh China melanggar ketentuan perjanjian dengan memasang avioniknya pada J-11 (sebutan China untuk Flanker yang mereka produksi), merampas kekayaan intelektual Rusia dan mengembangkan Flanker varian kapal induk (disebut J-16).

Perselisihan itu lantas menurunkan antusiasme Rusia untuk mengekspor senjata ke China, situasi yang sama terjadi hingga saat ini.

Pertempuran

Untuk sebuah pesawat yang luar biasa, Su-27 relatif jarang bertempur. Su-27 telah terbang untuk misi tempur di beberapa teater di seluruh dunia. Flankers terbang di beberapa perang yang menandai disintegrasi Uni Soviet, dan telah menjadi inti kekuatan udara Rusia dalam Perang Rekonsolidasi Rusia. Dan Su-27 juga telah terbang di konflik Ukraina.

Su-27 Angkatan Udara Rusia saat ini juga terbang di Suriah. Su-27 juga telah diterbangkan dalam Perang Sipil Angola dan Perang Ethiopia-Eritrea, mencetak kemenangan tempur udara-ke-udara atas MiG-29 Eritrea.

Su-27 adalah pesawat generasi keempat terakhir yang memasuki layanan, dengan desain yang sangat sukses. Flanker masih cukup besar dan cukup kuat untuk dimodifikasi dan diupgrade, dan Flanker harus tetap dioperasikan angkatan-angkatan udara di dunia. (Robert Farley / NI)

Article Resources
  • http://nationalinterest.org/blog/the-buzz/russias-deadly-su-27-the-plane-terrifies-nato-buzzes-its-25642?page=show