Kamis, Juni 25, 2020

Jepang Batalkan Sistem Pertahanan Rudal Aegis Ashore Amerika Serikat

Kompleks sistem Aegis Ashore
Kompleks sistem Aegis Ashore Amerika Serikat di Rumania. (Defense Media Network)

Tokyo, Artileri

Pemerintah Jepang memutuskan untuk membatalkan rencana penempatan sistem pertahanan rudal AEGIS Ashore berbasis darat buatan AS di prefektur Akita dan Yamaguchi. Sejatinya penempatan sistem pertahanan rudal tersebut ditujukan untuk mengantisipasi ancaman rudal Korea Utara atau China.

Keputusan ini diumumkan pada hari Kamis, 25 Juni 2020, oleh Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono selama pertemuan tentang masalah keamanan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa. 

"Sebagai hasil dari diskusi (Rabu, 24 Juni 2020) dari pertemuan Dewan Keamanan Nasional, diputuskan untuk membatalkan rencana penyebaran kompleks Aegis Ashore di prefektur Akita dan Yamaguchi. Saya ingin meminta maaf secara mendalam atas hal ini," kata Kono mengutip NHK. "Mengingat situasi saat ini di Laut China Timur, dari sudut pandang kebijakan keamanan, tidak akan dapat disandarkan hanya pada sistem pertahanan rudal melalui kapal yang dilengkapi dengan kompleks Aegis."

Dia juga menekankan bahwa permasalahan ini akan diangkat melalui pertukaran pandangan antara pemerintah dan partai.

Pemerintah Jepang sekarang perlu mengadakan negosiasi ulang dengan AS tentang apa yang harus dilakukan dengan pembayaran dan kontrak pembelian yang sudah dibuat untuk sistem Aegis Ashore yang bernilai miliaran dolar AS tersebut.

Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Rudal Balistik Antarbenua?
Baca juga: 10 Sistem Rudal Pertahanan Udara Terbaik di Dunia

Dua kompleks sistem Aegis Ashore, yang pembeliannya dilakukan tahun 2017, diperkirakan memakan biaya operasi dan perawatan selama tiga dekade sebesar US$ 4,2 miliar, setara nyaris Rp 60 triliun. Namun sejumlah klaim menyebut perkiraan awal itu lebih rendah dari biaya sebenarnya.

Pada 22 Juni, laman Kyodo, mengutip Otoritas Keselamatan Maritim Jepang (JMSA), melaporkan bahwa jumlah kapal-kapal patroli China telah memecahkan rekor di Kepulauan Senkaku (Diaoyu-dao) yang dikontrol Tokyo di Laut China Timur, yang Beijing anggap sebagai wilayah pendudukan ilegal. Menurut JMSA, "anjing-anjing" penjaga China telah ada di sana selama 70 hari.

Sebelumnya pada 15 Juni, Kepala Departemen Militer Jepang mengumumkan penghentian program penempatan sistem rudal Aegis Ashore. Dia merujuk fakta bahwa ketika kompleks Aegis Ashore meluncurkan rudal, tidak mungkin untuk menjamin secara tepat booster blocks (penguat roket) akan jatuh di dalam pangkalan militer atau di laut, ini jelas akan membahayakan keselamatan penduduk.

Untuk mengoreksi kelemahan ini, katanya, akan membutuhkan biaya dan waktu yang lebih banyak untuk memastikan bahwa tempat tinggal penduduk tidak akan terdampak penguat roket. Para ahli, pada gilirannya, juga menunjukkan bahwa kompleks Aegis Ashore dalam konfigurasi yang dipesan Jepang tidak mampu mencegat rudal balistik dari modifikasi terbaru, serta rudal jelajah.

Dua kompleks Aegis Ashore seharusnya diletakkan di prefektur Yamaguchi di barat daya Pulau Honshu dan di prefektur Akita di bagian utara. Menurut Tokyo, keduanya seharusnya sudah mengkover hampir seluruh wilayah negara itu dari dampak rudal balistik. Pada saat yang sama, otoritas lokal tidak memberikan izin untuk penempatan Aegis Ashore, menyatakan keraguan tentang kemampuan kompleks dan keselamatan mereka.

Baca juga: Mengapa Rudal Jelajah Sulit Dihentikan
Baca juga: Rudal Hipersonik Baru Jepang akan Jebol Dek Kapal Induk China

Pada 18 Juni, Perdana Menteri Shinzo Abe mengumumkan bahwa ia bermaksud untuk memulai diskusi di musim panas mengenai arah baru untuk strategi pertahanan nasional sehubungan dengan rencana untuk menghentikan pelaksanaan pengadaan dan penyebaran kompleks Aegis Ashore di Jepang.

Abe mengatakan pemerintah juga akan mempertimbangkan kemungkinan memperoleh kemampuan serangan preemptif (pendahuluan), sebuah rencana kontroversial yang menurut para kritikus akan melanggar konstitusi Jepang yang menolak memulai perang.

Sejak lama militer Jepang membatasi diri mereka hanya untuk pertahanan diri dan negara ini sangat bergantung pada AS di bawah aliansi keamanan bilateral.

Kompleks sistem pertahanan rudal Aegis berbasis darat, Aegis Ashore, pertama kali ditempatkan di Rumania pada 2016. Kompleks ini terdiri dari peralatan-peralatan dari sistem Aegis yang biasa digunakan pada kapal perang Angkatan Laut AS, hanya saja ditempatkan di darat. Ini termasuk radar SPY-1 dan baterai Standard Missile-3 (SM-3). Pada 2018, AS juga menempatkan Aegis Ashore di Polandia.*