Perlombaan dalam mengembangkan senjata nuklir antara kekuatan-kekuatan militer dunia telah terjadi sejak 60-70 tahun lalu.
Di bawah ini adalah sepuluh negara yang telah mengembangkan dan menyimpan senjata nuklir:
Rusia (6.375 hulu ledak)
Rusia pertama kali menguji coba senjata nuklir pada tahun 1949 dengan bom atom "RDS-1." Rusia mengembangkan nuklir untuk mengimbangi keunggulan Barat selama Perang Dingin. Rusia mulai menguji coba bom hidrogen (bom atom dengan fusi hidrogen) pertamanya "RDS-37" pada tahun 1957.
Di masa lalu, Rusia juga memiliki bom dengan daya ledak terkuat yang pernah diledakkan di muka bumi yaitu Tsar Bomba. Sebelum Uni Soviet runtuh, Rusia memiliki 45.000 hulu ledak nuklir. Dan saat ini jumlahnya sudah menurun menjadi 6.375 terkait terkait Traktat Non-Proliferasi Nuklir atau NPT, sedangkan yang disebarkan berjumlah 1.570 buah.
Rusia (6.375 hulu ledak)
Rusia pertama kali menguji coba senjata nuklir pada tahun 1949 dengan bom atom "RDS-1." Rusia mengembangkan nuklir untuk mengimbangi keunggulan Barat selama Perang Dingin. Rusia mulai menguji coba bom hidrogen (bom atom dengan fusi hidrogen) pertamanya "RDS-37" pada tahun 1957.
Di masa lalu, Rusia juga memiliki bom dengan daya ledak terkuat yang pernah diledakkan di muka bumi yaitu Tsar Bomba. Sebelum Uni Soviet runtuh, Rusia memiliki 45.000 hulu ledak nuklir. Dan saat ini jumlahnya sudah menurun menjadi 6.375 terkait terkait Traktat Non-Proliferasi Nuklir atau NPT, sedangkan yang disebarkan berjumlah 1.570 buah.
Casing "Tsar Bomba" di museum bom atom Sarov, Rusia. (Gambar: Croquant/Wiki Common)
|
Amerika Serikat (5.800 hulu ledak)
Amerika Serikat adalah negara pertama di dunia yang mengembangkan senjata nuklir. Pengembangannya dilakukan semasa Perang Dunia II dengan berkolaborasi dengan Inggris dan Kanada dalam Proyek Manhattan untuk bersaing dengan Nazi Jerman untuk menjadi yang pertama memiliki senjata nuklir.
AS pertama kali meledakkan bom nuklirnya dalam uji coba "Trinity" pada tahun 1945. Tak berselang lama, AS kemudian menjatuhkan 2 bom nuklir untuk menaklukkan Jepang. Pada tahun 1952, AS menguji bom hidrogen "Ivy Mike". Saat ini AS adalah negara yang paling banyak menyebarkan hulu ledak nuklir yaitu 1.750 buah dari total 5.800 buah.
Inggris (215 hulu ledak)
Inggris pertama kali meledakkan bom nuklir pada tahun 1952 dalam uji coba "Hurricane." Sumber daya dan datanya banyak diambil dari Proyek Manhattan, yang mana merupakan proyek kerjasama dengan Amerika Serikat.
Tujuan utama Inggris mengembangkan nuklir adalah sebagai senjata pencegahan terhadap Rusia. Inggris tidak ingin bergantung sepenuhnya pada bantuan AS, dan ingin menjadi negara yang memiliki nuklir sendiri. Beberapa tahun belakangan, Inggris menambah stok nuklir mereka menjadi total 215 saat ini.
AS pertama kali meledakkan bom nuklirnya dalam uji coba "Trinity" pada tahun 1945. Tak berselang lama, AS kemudian menjatuhkan 2 bom nuklir untuk menaklukkan Jepang. Pada tahun 1952, AS menguji bom hidrogen "Ivy Mike". Saat ini AS adalah negara yang paling banyak menyebarkan hulu ledak nuklir yaitu 1.750 buah dari total 5.800 buah.
Ledakan Ivy Mike berkekuatan 10,4 megaton, 1 November 1952. Bom Hidrogen pertama yang sukses di dunia
|
China (320 hulu ledak)
China mewaspadai ancaman Amerika Serikat dan Rusia. Uji coba nuklir China pertama kali dilakukan pada tahun 1964 dalam operasi "596." Pengembangannya dimaksudkan sebagai senjata pencegahan terhadap Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kemudian pada tahun 1967, China menguji coba bom hidrogen.
Seperti halnya Rusia dan Amerika Serikat, China juga ikut menandatangani perjanjian NPT, meskipun tidak pernah meratifikasinya. China mengakui bahwa mereka memiliki kebijakan "not first-use," yang berarti memberikan jaminan keamanan negatif bahwa China hanya akan menggunakan nuklir ketika musuh menyerang dengan bom pertama.
Saat ini jumlah hulu ledak nuklir China mencapai 320 buah sedangkan jumlah hulu ledak aktif tidak diketahui.
Prancis (290 hulu ledak)
Prancis melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 1960 dalam sebuah operasi yang dinamai dengan "Gerboise Bleue." Dalam mengembangkan nuklir, Prancis melakukan penelitian sendiri dan mereka menggenjot pengembangannya pasca Krisis Suez pada akhir 50-an. Pengembangan nuklir Prancis ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan status Prancis sebagai salah satu kekuatan militer terbesar dunia, seperti halnya Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1968, Prancis menguji coba bom hidrogen pertamanya dalam operasi "Canopus." Pasca Perang Dingin, Prancis melucuti 175 hulu ledak nuklirnya, meskipun begitu Prancis saat ini masih memiliki 290 hulu ledak nuklir aktif.
Prancis melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 1960 dalam sebuah operasi yang dinamai dengan "Gerboise Bleue." Dalam mengembangkan nuklir, Prancis melakukan penelitian sendiri dan mereka menggenjot pengembangannya pasca Krisis Suez pada akhir 50-an. Pengembangan nuklir Prancis ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan status Prancis sebagai salah satu kekuatan militer terbesar dunia, seperti halnya Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1968, Prancis menguji coba bom hidrogen pertamanya dalam operasi "Canopus." Pasca Perang Dingin, Prancis melucuti 175 hulu ledak nuklirnya, meskipun begitu Prancis saat ini masih memiliki 290 hulu ledak nuklir aktif.
Inggris pertama kali meledakkan bom nuklir pada tahun 1952 dalam uji coba "Hurricane." Sumber daya dan datanya banyak diambil dari Proyek Manhattan, yang mana merupakan proyek kerjasama dengan Amerika Serikat.
Tujuan utama Inggris mengembangkan nuklir adalah sebagai senjata pencegahan terhadap Rusia. Inggris tidak ingin bergantung sepenuhnya pada bantuan AS, dan ingin menjadi negara yang memiliki nuklir sendiri. Beberapa tahun belakangan, Inggris menambah stok nuklir mereka menjadi total 215 saat ini.
Pakistan (160 hulu ledak)
Pakistan memulai program nuklirnya sendiri pada tahun 1972, yang diyakini dibantu oleh China. Namun baru pada tahun 1998 Pakistan menguji nuklirnya dalam operasi "Chagai." Pengembangan senjata nuklir Pakistan adalah sebagai tanggapan atas hilangnya Pakistan Timur pada Perang Pembebasan Bangladesh tahun 1971.
Zulfikar Ali Bhutto, Perdana Menteri Pakistan kala itu mengadakan pertemuan dengan para ilmuwan dan insinyur senior pada 20 Januari 1972, di Multan, yang kemudian dikenal sebagai "Pertemuan Multan". Bhutto adalah arsitek utama program ini, dan di sinilah Bhutto mengatur program senjata nuklir dan mengumpulkan para ilmuwan akademis Pakistan untuk membuat bom atom dalam tiga tahun untuk kelangsungan hidup nasional.
Saat ini Pakistan memiliki 160 hulu ledak nuklir dan terus berusaha menambahnya.
India pertama kali melakukan uji coba nuklir pada tahun 1974 dalam operasi yang bernama "Smiling Buddha." Merupakan uji coba nuklir pertama India sejak NPT mulai diberlakukan pada tahun 1970.
India menolak seruan untuk melucuti senjata nuklirnya, dan bersikeras bahwa seluruh negara juga harus melakukannya jika India melakukannya. India menolak NPT karena dinilai mendiskriminasi negara yang kaya nuklir dan negara yang miskin nuklir.
Pada akhir 80-an, diketahui India memiliki 24 hulu ledak nuklir yang dapat dikirimkan melalui udara. Pada tahun 1998, beberapa hulu ledak nuklir diuji coba dalam sebuah operasi yang disebut "Shakti." Terjadi di tahun yang sama saat Pakistan menguji senjata nuklir pertamanya dalam operasi "Archrival." Saat ini India memiliki 150 hulu ledak nuklir, sedangkan jumlah yang disebarkan tidak diketahui.
Israel (90 hulu ledak)
Israel diduga telah memiliki senjata nuklir sejak tahun 1967, namun senjata tersebut dinilai masih kasar dan belum pernah diuji coba.
Pada tahun 1979, Israel diyakini telah melakukan uji coba nuklir di Samudera Hindia dengan bekerjasama dengan Afrika Selatan.
Mordechai Vanunu, seorang teknisi yang memiliki fotografi dan rincian informasi teknis tentang cara memisahkan lithium-6, menegaskan bahwa program senjata nuklir Israel dimulai pada tahun 1986. Memisahkan lithium-6 merupakan langkah kunci untuk memproduksi tritrium, yang penting dalam pengembangan bom fisi fusion-boosted. Saat ini Israel memiliki 90 hulu ledak nuklir.
Korea Utara (30-40 hulu ledak)
Korea Utara turut menandatangani NPT, tapi kemudian menarik diri pada tahun 2003. Diyakini, Korea Utara pertama kali melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006. Amerika Serikat membenarkan hal ini, meskipun menganggapnya tidak berhasil. Saat ini Korea Utara diperkirakan sudah memiliki antara 30-40 hulu ledak nuklir.
Negara Lain
Jerman, Belgia, Kanada, Yunani, Italia, Belanda, dan Turki adalah negara-negara anggota NATO. Karena senjata nuklir NATO dapat juga digunakan oleh negara sekutu lainnya, beberapa diantara negara tersebut diyakini menyimpan senjata nuklir yang memang disediakan oleh Amerika Serikat.