Selasa, Agustus 14, 2018

Rudal Balistik Iskander: Pembunuh Kapal Terbaru Rusia

Rudal balistik Iskander-M

Sebelumnya, China mengembangkan rudal balistik "pembunuh kapal induk" jarak jauh. Sekarang, sistem rudal balistik Iskander Rusia mungkin memiliki tujuan yang sama.

Pada akhir Juli dan awal Agustus tahun ini, Rusia telah melakukan dua kali melakukan simulasi "peluncuran elektronik" dari sistem rudal balistik 9K720 Iskander-M (kode NATO, SS-26 Stone) terhadap target kapal di Laut Hitam, menurut media Rusia.

Peluncuran elektronik merupakan simulasi pertempuran lapangan di mana pasukan unit rudal menyiapkan dan melakukan semua prosedur untuk peluncuran rudal balistik di dunia nyata tapi tidak menembakkan rudal yang sesungguhnya.

Tapi rudal apa persisnya yang akan diluncurkan Rusia itu? Rudal balistik Iskander, dikembangkan pada tahun 1970 sebagai pengganti rudal Scud yang fenomenal, adalah sistem peluncuran mobile yang dapat menembakkan beberapa jenis rudal balistik dan jelajah. Iskander-M adalah rudal balistik satu tahap, dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional atau nuklir, dan jangkauan 500 kilometer.

Namun, laman berita Rusia Beyond menjelaskan bahwa sistem rudal Iskander juga dapat menembakkan versi anti-kapal dari rudal jelajah R-500 Kalibr dengan jangkauan 500 kilometer.

"Rudal-rudal ini disetel ulang untuk menargetkan kapal perusak kelas kedua dan ketiga - pada dasarnya kapal yang mampu membawa rudal Tomahawk dan bagian dari sistem pertahanan rudal balistik Aegis," dikutip dari dalam Rusia Beyond.

Rudal anti-kapal ini dapat terbang menuju target mereka dengan kecepatan 2.000 kilometer per jam. Mereka juga dapat terbang rendah di atas ai r- di ketinggian hanya 5 hingga 10 meter, yang berarti hampir tidak mungkin sistem rudal pertahanan berbasis laut apapun mencegatnya. Hulu ledaknya berkisar antara 200 hingga 500 kilogram. Hulu ledak yang lebih kecil biasanya ditargetkan untuk kapal perusak, sedangkan yang lebih besar ditujukan untuk kapal penjelajah.

"Tidak ada yang mampu lari dari para pembunuh ini," Rusia Beyond secara dramatis menyatakan.

Tetapi implikasi dari latihan Rusia tersebut - dan publisitas di media Rusia - jelas. Rusia mengirim pesan bahwa itu dapat menggunakan rudal balistik - atau setidaknya peluncur rudal balistik - sebagai senjata anti-kapal.

Sementara China mungkin banyak mengkloning banyak senjata Rusia, Rusia mungkin mengambil ide dari rudal "pembunuh kapal induk" dari China, yang mana rudal yang dimaksud adalah rudal balistik jarak menengah DF-26.

Meskipun DF-26 membuat Angkatan Laut AS khawatir akan keselamatan kapal induknya, rudal balistik pembunuh kapal induk masih merupakan senjata yang belum teruji, yang masih dihantam oleh pertanyaan seperti kemampuan mereka untuk target bergerak jarak jauh seperti kapal.

Tetapi juga perlu perhatikan bahwa DF-26 memiliki kisaran perkiraan 4.000 km, lebih jauh daripada rudal Kalibr atau Iskander-M. Rudal 500 km seperti Kalibr dan Iskander-M mungkin baik sebagai senjata pertahanan pantai di perairan terbatas seperti Baltik atau Laut Hitam, untuk mencegah kapal NATO mendekati wilayahnya, tapi itu bukan senjata penyangkalan akses jarak jauh.

Pertanyaannya adalah: Jika Rusia dapat meluncurkan rudal jelajah anti-kapal jarak pendek dari peluncur rudal balistik, lalu mengapa Rusia tidak meluncurkan rudal balistik jarak jauh seperti yang dilakukan China? (fr)