Sabtu, Juli 28, 2018

Komandan Marinir AS Geleng Kepala Lihat Atraksi Denjaka

Atraksi peluru tajam Denjaka

Pasukan TNI AL Detasemen Jalamangkara atau Denjaka sudah sangat terampil menggunakan senjata. Latihan-latihan keras dan ekstremnya selalu dirahasiakan, tapi sesekali Denjaka juga memamerkan hasil latihannya.

Tujuan dari pameran kemampuan ekstrem itu di antaranya untuk menggoncang mental musuh yang berpotensi menggoyang stabilitas negara. Selain itu, untuk memberi pesan penggertak (deterrent) agar berpikir dua kali jika ingin berhadapan dengan Denjaka.

Atraksi Denjaka terkadang juga dipamerkan kepada para pejabat tinggi militer negara lain yang sedang berkunjung. Dengan demikian, mereka bisa menilai dan melihat langsung kualifikasi kemampuan pasukan khusus TNI AL tersebut.

Dalam Korps Marinir TNI AL, misalnya, ada tradisi menerima kunjungan setiap kali ada pejabat baru komandan Korps Marinir AS (USMC) untuk Kawasan Pasifik. Kunjungan pejabat baru itu sebagai cerminan bahwa para marinir sedunia adalah bersaudara (marine brotherhood).

Demi menyambut tamu pejabat tinggi yang notabene pasukan tempurnya bisa saja suatu kali berhadap-hadapan dalam suatu front pertempuran, yang bersangkutan sengaja dijamu atraksi ekstrem pasukan khusus TNI AL, Denjaka.

Semisal pada bulan Februari 2012 silam, saat Komandan Korps Marinir AS untuk kawasan Pasifik Letjen. Duane D Thiessen berkunjung ke markas Marinir di Cilandak.

Dia diterima Komandan Korps Marinir Letjen (Mar) M Alfan Baharudin dengan atraksi ekstrem pasukan elite Denjaka.
Pasukan khusus TNI AL Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
Pasukan khusus TNI AL Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
Ada satu momen yang membuat Letjen Duane sampai geleng-geleng kepala. Ketika itu, satu regu Denjaka memperagakan adegan operasi antiteror dan pembebasan sandera menggunakan peluru tajam.

Aksi nyata pasukan yang seharusnya berlangsung di kawasan terisolir itu justru dilaksanakan di depan pasukan Korps Marinir yang sedang menggelar upacara sambutan.

Dalam atraksi tersebut, personel Denjaka mengenakan gear lengkap tempur pasukan antiteror. Mereka memperagakan aksi tembak-menembak menggunakan peluru tajam dalam posisi saling berhadapan.

Masing-masing personel masuk ke tengah-tengah upacara menggunakan kendaraan khusus. Kemudian melakukan atraksi tembak-menembak di atas dua truk yang biasa digunakan untuk mengangkut tank. Di atas bak truk sudah dipasang sasaran tembak yang terbuat dari bahan khusus (kevlar).

Masing-masing berdiri satu personel Denjaka dalam posisi saling berhadapan dengan jarak sekitar 10 meter. Lalu mereka melakukan atraksi saling tembak menggunakan senapan serbu jarak dekat menggunakan peluru tajam.

Sasarannya adalah kevlar yang berada di samping kanan atau kiri personel Denjaka.
Pasukan khusus TNI AL Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
Pasukan khusus TNI AL Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
Semua prajurit Denjaka yang melakukan simulasi antiteror itu memang mengenakan rompi antipeluru. Namun, dalam atraksi itu sama sekali tidak boleh ada kesalahan karena semua peluru yang ditembakkan harus tepat sasaran.

Kalau tidak tepat sasaran, peluru bisa menghantam personel lain Denjaka atau nyasar ke anggota Marinir yang berdiri tegap di arena upacara.

Atraksi teknis pembebasan sandera dan serbuan antiteror menggunakan peluru tajam di depan umum itu hanyalah salah satu kemampuan Denjaka yang dipertunjukkan di depan Letjen Duane. Semua bisa berjalan lancar dan aman berkat latihan keras dan para personelnya yang terlatih baik (well trained).

Sebagai pasukan khusus yang dibentuk oleh TNI AL, para personel Denjaka memang merupakan orang-orang pilihan dan terbaik di satuannya. Mereka merupakan prajurit terbaik yang semula sudah bertugas di satuan pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib).

Eksistensi Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) sebagai satuan antiteror aspek laut TNI dimulai sejak diterbitkannya Surat Keputusan KSAL No.Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.

Isinya berupa pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) yang bertugas menanggulangi bermacam bentuk ancaman keamanan yang terjadi pada aneka wahana transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.

Ancaman dapat berupa aksi klandestin, sabotase, penyanderaan, maupun pembajakan konvensional. Denjaka dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel.

Pada awal pembentukannya, pasusla beranggotakan 70 prajurit pilihan yang berasal dari Satuan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi Marinir (Yontaifib).

Pucuk kendali pembinaan menjadi tanggung jawab Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dengan koordinasi bersama Komandan Korps Marinir. Sementara wewenang penugasan ada di tangan KSAL.

Pasusla memperoleh legalisasi lewat surat keputusan Panglima ABRI tahun 1984. Sejak itu Pasusla menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.

Secara resmi nama “Detasemen Jala Mangkara” mulai dipakai sejak keluarnya Surat Keputusan KSAL No. Kep/42/VII/1997 tertanggal 31 Juli 1997.

Namun hingga kini justru tanggal 4 November yang ditetapkan sebagai hari jadi satuan elite yang bermarkas komando merangkap pusat pendidikannya berada di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.

Resources
  • http://jambi.tribunnews.com/2018/07/27/komandan-marinir-as-sampai-geleng-kepala-lihat-atraksi-denjaka-dengan-peluru-tajam-di-hadapannya