![]() |
Kapal selam kelas Ghadir Iran di Teluk Persia, 31 Januari 2016. (Gambar: Wiki Common) |
Pasukan Kapal Selam Iran sejauh ini merupakan angkatan laut yang paling banyak dalam hal jumlah dan secara teknis mampu dan didesain untuk terus demikian hingga masa mendatang mengingat situasi geopolitik Teheran di wilayah Teluk.
Iran tidak perlu memproyeksikan kekuatan lautnya ke seluruh dunia, atau bahkan hanya untuk menyeberang dari Timur Tengah. Sebaliknya, Angkatan Laut Iran dibentuk dan diorganisir hanya untuk tujuan khusus yaitu mengamankan Teluk Persia, terutama Selat Hormuz.
Ketegangan yang terus meningkat antara Washington dan Iran telah memunculkan babak baru ancaman dan tuduhan diplomatik di setiap minggunya.
Baru-baru ini, komandan pasukan Pengawal Revolusi Iran, Mayjen Hossein Salami, memberikan pidato tajam di mana ia meyakinkan parlemen Iran bahwa "kerentanan" kapal induk Amerika Serikat (AS) akan mencegah militer AS dari menantang kekuatan Iran di Teluk Persia.
Retorika seperti itu sudah biasa dan ibarat pelatihan bagi para pejabat Iran dan media negara, yang memproyeksikan keyakinan yang teguh terhadap kemampuan militernya.
Tetapi seberapa mampu sebenarnya militer Iran, dan apakah mereka benar-benar memiliki senjata yang efektif untuk menangkal serangan AS? Dalam hal ini, apakah benar Pasukan Kapal Selam Iran adalah salah satu yang terkuat di dunia?
Mungkin aspek yang paling mencolok yang semua orang tahu dari daftar kapal selam Iran adalah ukurannya yang kecil. Sementara total armada kapal korvet, fregat, dan perusak Iran yang operasional tidak lebih dari 10, namun Iran mengoperasikan setidaknya 34 kapal selam. Sebagian besar diantaranya adalah kapal diesel-listrik kelas menengah - atau "littoral", dengan sekitar dua lusin dari kelas Ghadir buatan sendiri Iran dan beberapa lainnya dari kelas Yugo Korea Utara.
Yang cukup mengesankan, meskipun ukuran Ghadir jauh lebih kecil tetapi tetap diberikan kemampuan ofensif yang kuat oleh Iran. Kapal selam kelas Ghadir Iran juga mengusung tabung torpedo 533 mm yang sama dengan segelintir kapal selam kelas Kilo Iran yang ukurannya jauh lebih besar, meskipun perbedaannya terletak pada jumlah tabungnya yakni 2 pada Ghadir dan 6 pada Kilo.
Yang jelas, konsentrasi besar kapal selam mini Iran membuat perbandingannya dengan armada kapal selam yang jauh lebih kuat seperti milik AS dan Rusia menjadi tidak menarik. Namun, jumlah dan ukuran kapal selam Iran menjadi masuk akal secara militer dalam konteks tujuan strategis Iran. Iran tidak perlu memproyeksikan kekuatan lautnya di seluruh dunia, atau bahkan hanya untuk menyeberang dari Timur Tengah. Sebaliknya, angkatan laut Iran dibentuk dan diorganisir di sekitar tujuan khusus hanya untuk mengamankan Teluk Persia dan khususnya Selat Hormuz.
Jangkauan yang terbatas dari kapal selam diesel-listrik Iran bukanlah masalah mengingat wilayah Teluk yang memang terbatas dan dangkal, sementara kemampuan peletakan ranjau yang hampir tidak terdeteksi dari armada kapal selam mini Iran ini membuatnya menjadi senjata ideal untuk operasi patroli dan penyergapan terhadap kapal perang permukaan musuh.
![]() |
Kapal selam kelas Fateh Iran dengan bobot benaman 600 ton. (Kredit: IRNA) |
Belum lama, Iran telah mulai mendiversifikasi industri kapal selam dalam negeri mereka di luar kapal selam kecil. Kelas Fateh baru dimaksudkan untuk melengkapi daftar curam kapal selam Iran. kelas Fateh masuk di antara kelas Ghadir dan Kilo dengan bobot benaman 600 ton.
Selain dilengkapi dengan tabung torpedo 533 mm yang merupakan standar bagi seluruh armada kapal selam Iran, media pemerintah Iran melaporkan bahwa kapal selam kelas Fateh - jumlahnya saat ini mungkin baru 2 unit - mampu menembakkan rudal jelajah anti-kapal dari posisi menyelam.
Pasukan kapal selam Iran sejauh ini merupakan angkatan laut yang paling banyak dalam hal jumlah dan secara teknis mampu dan diharapkan untuk tetap demikian hingga masa mendatang mengingat situasi geopolitik Teheran di wilayah Teluk.
Meskipun masih sangat tidak mungkin untuk menandingi kekuatan Angkatan Laut AS dalam segala jenis konflik yang terjadi, kapal selam pasti akan menjadi ujung tombak dari kampanye anti-akses / penolakan wilayah (A2 / AD) Iran yang prospektif untuk menjaga Selat Hormuz. Bisa menjadi serangan kejut terhadap pertahanan AS di Teluk Persia.*