Kamis, Juni 28, 2018

Tsar Bomba, Begitu Dahsyat Sehingga Tak Mungkin Menggunakannya

Uji coba Tsar Bomba

Pada tahun 1961, Uni Soviet melakukan uji ledak bom nuklir yang sedemikian besar sehingga akan terlalu dahsyat untuk benar-benar digunakan andai terjadi perang.

Pada pagi hari, tanggal 30 Oktober 1961, sebuah pesawat pembom Soviet Tupolev Tu-95 lepas landas dari pangkalan udara Olenya di Semenanjung Kola di ujung utara Rusia.

Tu-95 adalah versi modifikasi khusus dari jenis pesawat yang mulai dioperasikan beberapa tahun sebelumnya. Pesawat itu merupakan sebuah monster raksasa bermesin empat yang dirancang membawa bom nuklir Rusia.

Pada dasawarsa terakhir itu Uni Soviet mengambil langkah besar dalam penelitian nuklir. Perang Dunia Kedua menempatkan AS dan Uni Soviet di kubu yang sama, namun periode pasca perang hubungan kedua negara adidaya tersebut dingin dan kemudian membeku.

Soviet, yang dihadapkan pada persaingan melawan negara adidaya nuklir satu-satunya di dunia, hanya punya satu pilihan: mengejar ketinggalan persenjataan. Dengan cepat.

Pada tanggal 29 Agustus 1949, berdasarkan hasil penyusupan intelijen, Soviet menguji perangkat nuklir pertama mereka - yang di Barat dikenal sebagai 'Joe-1'- di sebuah stepa terpencil yang sekarang merupakan bagian dari Kazakhstan.

Tahun-tahun berikutnya, program uji ledak mereka melonjak besar-besaran. Soviet melakukan lebih dari 80 uji coba ledakan. Pada tahun 1958 saja, Soviet sudah menguji-ledak 36 bom nuklir.

Tapi seluruh uji ledak itu tak ada yang bisa dibandingkan dengan yang satu ini.

Pesawat Tupolev Tu-95 ini membawa sebuah bom yang begitu besarnya, sehingga terlalu besar untuk dimuat di dalam pesawat, sehingga pesawat pengangkutnya TU-95 yang sudah berukuran raksasa itu pun harus dimodifikasi lagi.

Bom itu berukuran panjang 8 meter, diameter hampir 2,6 meter, serta berat lebih dari 27 ton. Bentuk fisiknya sangat mirip dengan bom 'Little Boy' dan 'Fat Man' yang telah menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Bom raksasa ini dikenal oleh serangkaian istilah teknisnya, Proyek 27000, Kode Produk 202, RDS-220, dan Kuzinka Mat (Ibu Kuzka).

Sekarang bom itu lebih dikenal sebagai Tsar Bomba - Bom 'Tsar.'
Tsar Bomba
Casing Tsar Bomba di museum senjata nuklir Sarov, Rusia (Screenshot: Facebook/VNIIEF)
Tsar Bomba bukanlah bom nuklir biasa. Ini hasil usaha gila-gilaan para ilmuwan Uni Soviet untuk menciptakan senjata nuklir paling kuat, yang didorong oleh tekad Perdana Menteri Nikita Khruschchev untuk membuat dunia gemetar oleh kekuatan teknologi Soviet.

Bom ini lebih dari sekedar benda logam raksasa yang terlalu besar untuk muat bahkan di dalam pesawat terbesar. Bom ini adalah penghancur kota, senjata yang digunakan sebagai pilihan terakhir alias senjata pamungkas.

Tupolev Tu-95, yang dicat putih terang untuk mengurangi efek kilatan cahaya bom, tiba di titik sasarannya, Novya Zemlya, sebuah kepulauan yang penduduknya jarang di Laut Barents, wilayah tepi utara Uni Soviet yang membeku.

Pilot Tu-95, Mayor Andrei Durnovtsev, menerbangkan pesawat tersebut ke Teluk Mityushikha, sebuah tempat uji coba Soviet, dengan ketinggian sekitar 10km. Pembom Tu-16 yang lebih kecil dan dimodifikasi khusus, terbang di sampingnya, siap untuk memfilmkan ledakan yang terjadi dan memantau sampel udara saat terbang menjauh dari zona ledakan.

Agar dua pesawat tersebut bisa selamat dari dampak ledakan -dan ini pun menurut hitung-hitungan, peluang selamatnya tidak lebih dari 50% - Tsar Bomba dijatuhkan dengan parasut raksasa yang beratnya hampir satu ton. Bom itu akan perlahan melayang hingga ketinggian yang telah ditentukan - 3.940 m - baru kemudian meledak. Pada saat itu, kedua pembom sudah akan berada hampir 50km jauhnya. Ini diandaikan cukup jauh bagi mereka untuk selamat tak terkena dampak ledakan.

Tsar Bomba diledakkan pada pukul 11:32 waktu Moskow. Dalam sekejap, bom tersebut menciptakan bola api setinggi 8km. Bola api bergulung ke atas akibat kekuatan gelombang kejutnya sendiri. Kilatan cahaya bisa terlihat dari jarak 1.000km.

Awan jamur bom itu melambung hingga ketinggian 64km, dengan ujung atasnya melebar terentang sampai hampir 100km dari ujung ke ujung. Pastilah itu -dari jarak yang sangat jauh, barangkali- pemandangan yang menakjubkan.

Dampaknya terhadap Novaya Zemlya, sangat dahsyat. Di desa Severny, sekitar 55km dari Ground Zero, semua rumah hancur total (ibaratnya seperti Kemayoran di Jakarta yang hancur akibat bom yang jatuh di Kebun Raya Bogor).

Di berbagai wilayah Soviet yang jauhnya ratusan kilometer dari zona ledakan, dilaporkan terjadinya kerusakan berbagai jenis: rumah ambruk, atap jatuh, kerusakan pintu, jendela pecah. Komunikasi radio terganggu lebih dari satu jam.
Kawasan eksperimen Tsar Bomba
Novaya Zemlya, kawasan eksperimen ledakan bom nuklir terbesar sedunia itu.
Tu-95 yang dipiloti Durovtsev sangat beruntung bisa selamat. Gelombang ledakan dari Tsar Bomba sempat menyebabkan pembom raksasa itu jatuh anjlok lebih dari 1.000m ke bawah sebelum pilot bisa mengendalikannya lagi.

Seorang juru kamera Soviet yang menyaksikan peledakan tersebut berkisah:

"Awan di bawah pesawat dan di kejauhan tampak sinar terang akibat pijar cahaya begitu dahsyat. Lautan cahaya menyebar di bawah dan awan yang rata mulai bersinar dan menjadi transparan. Pada saat itu, pesawat kami menerobos dari antara dua lapisan awan dan di bawah sana, sebuah bola raksasa oranye terang menyeruak. Bola itu kuat dan arogan bak Jupiter."

"Perlahan dan dalam sunyi ia merambat ke atas ... Setelah menembus lapisan awan tebal, bola terang itu terus berkembang. Seakan mengisap seluruh bumi ke dalamnya. Tontonan itu sungguh fantastis, susah dipercaya, ajaib."

Tsar Bomba membuncahkan energi yang hampir tidak dapat dipercaya - sekarang diyakini secara luas besarnya 57 megaton, atau 57 juta ton TNT. Itu lebih dari 1.500 kali bom Hiroshima dan Nagasaki digabungkan, dan 10 kali lebih kuat daripada semua amunisi yang dikerahkan selama Perang Dunia Kedua. Sensor mencatat gelombang ledakan bom itu mengorbit Bumi tidak sekali saja , tidak dua kali, tapi tiga kali.
Tu-95
Pesawat pembom strategis Tupolev Tu-95
Ledakan sedahsyat itu tidak mungkin bisa dirahasiakan. AS memiliki pesawat mata-mata yang berjarak hanya beberapa puluh kilometer saja dari ledakan tersebut. Pesawat itu membawa perangkat optik khusus yang disebut bhangmeter yang berguna untuk mengukur jangkauan ledakan nuklir dari jauh. Data dari pesawat dengan kode Speedlight itu digunakan oleh Panel Evaluasi Persenjataan Asing untuk menghitung hasil uji misterius ini.

Kecaman internasional segera menyusul, tidak hanya dari AS dan Inggris, tapi dari beberapa negara di Skandinavia seperti Swedia. Satu-satunya hal yang bisa disyukuri dari awan jamur ini adalah, karena bola api itu tidak sampai bersentuhan dengan Bumi, maka radiasi yang diakibatkannya, secara mengejutkan, sangat rendah.

Padahal uji ledak itu bisa saja menghasilkan dampak sangat berbeda. Terkait perubahan dalam desainnya untuk mengendalikan sebagian daya yang bisa dilepaskannya, ledakan Tsar Bomba seharusnya dua kali lebih kuat.

Salah satu arsitek perangkat tangguh ini adalah seorang fisikawan Soviet bernama Andrei Sakharov - pria yang kemudian terkenal di dunia karena usahanya untuk membuat dunia terbebas dari senjata yang dia ikut ciptakan. Dia adalah veteran program bom atom Soviet sejak awal, dan bagian dari tim yang telah membangun sejumlah bom atom paling awal di Uni Soviet.

Sakharov mulai mengerjakan perangkat fisi-fusi-fisi berlapis, suatu bom yang akan menciptakan energi lanjutan dari proses nuklir di intinya. Proses ini melibatkan pengemasan deuterium - isotop hidrogen yang stabil - dengan lapisan uranium yang tidak diperkaya.

Uranium akan menangkap neutron dari deuterium yang menyala dan akan bereaksi dengan sendirinya. Sakharov menyebutnya sloika, atau kue lapis. Terobosan ini memungkinkan Uni Soviet untuk membangun bom hidrogen pertamanya, persenjataan yang jauh lebih kuat daripada bom atom yang baru diproduksi beberapa tahun sebelumnya.
Andrei Sakharov
Fisikawan nuklir Soviyet, Andrei Shakarov, menerima hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1975.
Sakharov mendapat perintah dari Khrushchev untuk menciptakan sebuah bom yang lebih kuat dari yang pernah diuji saat itu.

Uni Soviet perlu menunjukkan bahwa mereka bisa unggul di depan AS dalam lomba senjata nuklir, kata Philip Coyle, mantan kepala pengujian senjata nuklir AS di bawah Presiden Bill Clinton, yang menghabiskan 30 tahun membantu merancang dan menguji senjata atom.

"AS saat itu sangat jauh di depan karena program yang telah dilakukan sebelumnya untuk mempersiapkan bom untuk Hiroshima dan Nagasaki. Dan melakukan sejumlah besar tes di atmosfer sebelum orang-orang Rusia melakukan uji coba pertamanya.

"Kami sudah berada di depan dan Soviet mencoba melakukan sesuatu untuk mengatakan kepada bahwa mereka harus diperhitungkan. Tsar Bomba terutama dirancang untuk menyebabkan dunia duduk dan memperhatikan Uni Soviet sebagai negara dalam posisi setara dengan AS," kata Coyle.

Desain aslinya - sebuah bom tiga lapis, dengan lapisan uranium yang memisahkan setiap tingkat -bisa menghasilkan 100 megaton energi- 3.000 kali ukuran bom Hiroshima dan Nagasaki. Soviet telah menguji perangkat besar mereka di atmosfer, setara dengan beberapa megaton, tapi yang ini jelas jauh lebih besar. Beberapa ilmuwan mulai cemas, bahwa bom itu terlalu besar.

Dengan kekuatan yang begitu besar, tidak akan ada jaminan bahwa bom raksasa itu tidak menyapu bagian utara Uni Soviet dengan awan radioaktif raksasa.
Tsar Bomba
Tsar Bomba, di Museum Persenjataan Atom Rusia, Sarov
Itulah kecemasan khusus Sakharov, kata Frank von Hippel, seorang fisikawan di Universitas Princeton.

"Dia benar-benar khawatir dengan jumlah radioaktivitas yang akan diciptakan bom itu," katanya, "dan efek genetik yang mungkin terjadi pada generasi mendatang.

"Itu adalah awal perjalanannya dari seorang perancang bom untuk menjadi pembangkang."

Sebelum bom itu siap untuk diuji, lapisan uranium yang akan mendorong bom mencapai hasil raksasanya digantikan dengan lapisan timbal, yang mengurangi intensitas reaksi nuklir.

Soviet telah membangun senjata yang begitu kuat sehingga mereka tidak mau mengujinya dalam kapasitas penuh. Dan itu hanyalah satu dari berbagai masalah terkait perangkat yang menghancur-leburkan ini.

Pesawat pembom Tu-95 yang dibuat untuk membawa senjata nuklir Uni Soviet dirancang untuk membawa senjata yang jauh lebih ringan. Tsar Bomba ternyata begitu besar sehingga tidak bisa diletakkan pada suatu rudal (menjadi hulu ledak), dan begitu berat sehingga pesawat yang dirancang untuk membawanya akan kehabisan bahan bakar sebelum sampai ke sasaran. Dan, jika bom itu kekuatannya seperti yang diniatkan, pesawat pasti memang hanya akan melakukan misi sekali jalan.

Bahkan terkait senjata nuklir itu sendiri, bisa jadi ada sesuatu yang disebut terlalu hebat, kata Coyle, yang sekarang menjadi anggota Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi, sebuah kelompok pemikir yang berbasis di Washington DC. "Sulit untuk menemukan manfaat dari sesuatu yang diarahkan untuk meluluh-lantakkan kota-kota yang sangat besar," katanya. "(Bom semacam itu) akan terlalu besar saja untuk digunakan."

Von Hippel setuju. Menurutnya bom nuklir raksasa yang dijatuhkan bebas sudah tak cocok juga. (Teknologi) bergerak dalam arah yang berbeda - yakni meningkatkan akurasi rudal dan penggunaan multi hulu ledak."


Tsar Bomba membawa dampak lain. Itulah yang dikhawatirkan selama pengujian - yang hanya 20% dari ukuran gabungan setiap uji atmosfir sebelumnya kata von Hippel - bahwa hal itu mempercepat akhir pengujian atmosfer pada tahun 1963.

Von Hippel mengatakan bahwa Sakharov sangat khawatir dengan jumlah karbon radioaktif 14 yang dipancarkan ke atmosfer - isotop dengan yang masa paruh hidupnya sangat lama. "Ini antara lain diredam oleh semua karbon bahan bakar fosil di atmosfer yang melemahkannya," katanya.

Sakharov khawatir bahwa bom yang lebih besar dari yang diuji tidak akan dipentalkan oleh gelombang ledakannya sendiri - seperti terjadi pada Tsar Bomba - dan akan menyebabkan dampak global, menyebarkan debu beracun di seluruh planet ini.

Sakharov menjadi pendukung kuat Larangan Uji-ledak Terbatas pada 1963, dan seorang yang lantang mengecam proliferasi nuklir. Dan pada akhir 1960-an ia keras mengecam sistem pertahanan anti-rudal yang dia cemaskan akan memacu perlombaan senjata nuklir lain lagi. Dia menjadi semakin dikucilkan oleh negaranya.

Ia pun menjadi seorang pembangkang melawan penindasan negara, hingga pada tahun 1975 dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, dan kemudian dijuluki sebagai 'nurani umat manusia,' kata Von Hippel.

Tampaknya dalam hal ini Tsar Bomba, memberikan dampak yang sangat berbeda.

Resources
  • http://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41198327