Sabtu, Mei 12, 2018

Rudal "Pembunuh Kapal Induk" Rusia Lebih Berbahaya Dari Rudal DF-21D China

Rudal Kinzhal pada MiG-31K

Rudal balistik DF-21D "pembunuh kapal induk" milik China telah banyak menyedot perhatian sejak mulai digunakan PLA pada tahun 2010. Ini karena DF-21D mampu untuk menghancurkan kapal induk AS pada jarak 1.450 kilometer dari pantai China.

Rudal DF-21D menjadi kunci untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Laut Cina Selatan dan Timur, dan memperluas anti-access/area denial (A2/AD) kawasan maritim China di hadapan kehadiran Angkatan Laut AS yang terus meningkat.

Menurut pengakuan U.S. Naval Institute, Angkatan Laut AS tidak memiliki pertahanan terhadap serangan-serangan semacam itu, dan rudal itu telah membatasi kemampuan Amerika Serikat untuk menanggapi krisis potensial di Selat Taiwan seperti yang terjadi pada tahun 1996 silam.

Sementara DF-21D adalah sistem rudal yang unik dan tangguh, ada juga sistem rudal baru di tahun ini yang kemungkinan akan menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar terhadap kapal-kapal perang AS di Pasifik, siapa lagi kalau bukan rudal hipersonik Kh-47M2 Kinzhal baru Rusia.

Pada Maret lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa rudal Kinzhal (Belati) adalah salah satu dari enam senjata hipersonik baru yang akan segera memasuki dinas militer Rusia.

Sementara rudal-rudal platform hipersonik lainnya seperti rudal balistik antar benua (ICBM) Sarmat dan Avangard dirancang semata-mata untuk pengiriman nuklir strategis, yang membuat Kinzhal menonjol adalah kemampuannya untuk digunakan sebagai platform serangan taktis dengan  hulu ledak non-nuklir, yang berarti memiliki kemampuan menyerang target militer secara presisi.

Meskipun Kinzhal juga dapat membawa hulu ledak nuklir untuk peran serangan strategis, yang membuatnya sangat istimewa adalah kemampuan taktisnya dalam berburu kapal perang pada jarak yang jauh - bisa dibilang lebih baik daripada platform rudal jarak jauh lainnya yang ada saat ini.

Hulu ledak Kinzhal diperkirakan antara 500 dan 700 kilogram, muatan yang besar meskipun masih jauh di bawah DF-21D China. Apa yang membuat Kinzhal tak ternilai adalah kemampuan mematikannya dalam berburu kapal perang, yang merupakan kombinasi dari presisi, jangkauan, dan dampak kecepatan hipersonik melebihi Mach 5.

Bahkan tanpa hulu ledak, energi kinetik dari dampak kecepatan melebihi Mach 5 sudah cukup untuk melumpuhkan, jika tidak sepenuhnya menghancurkan bahkan kapal perang besar sekalipun. Beberapa indikasi kekuatannya dapat diperoleh dengan menganalisa rudal jelajah anti-kapal BrahMos (Rusia-India), sebuah platform rudal yang kecepatannya terbatas di Mach 2,8 dan membawa hulu ledak 250 kg, yang dikembangkan untuk merobek kapal perang besar menjadi setengahnya dengan mengandalkan kekuatan dampak dari kecepatan tingginya - dan meskipun bukan hipersonik, kecepatannya terbukti dapat melakukannya.

Rudal Kinzhal saat uji coba

Dari sini dapat disimpulkan bahwa Kinzhal, yang lebih jauh dan lebih cepat dengan sekitar dua kali lipat energi kinetik dan dua kali lipat lebih hulu ledak BrahMos, sangat mungkin untuk dapat menghancurkan kapal perang besar dengan satu serangan - dan melakukannya pada jarak 2.000 km.

Menurut Deputi Menteri Pertahanan Rusia Yuriy Borisov, militer Rusia telah mengupgrade sepuluh pesawat interseptor MiG-31 (menjadi versi MiG-31K) untuk menyebarkan rudal Kinzhal sejak Maret lalu. Terkait kemampuan Kinzhal, Borisov menyatakan bahwa: "Ini adalah kelas senjata presisi yang memiliki hulu ledak multifungsi yang mampu menyerang sasaran diam dan bergerak. (Rudal ini) diluncurkan dari udara, berakselerasi ke kecepatan tertentu di ketinggian tinggi, dan kemudian memulai gerakan otonomnya sendiri."

Borisov menekankan pentingnya dampak kecepatan tinggi pada desain Kinzhal, dan selanjutnya menyatakan bahwa Kinzhal juga mampu bermanuver selama penerbangannya, dan melewati zona berbahaya yang dijaga sistem pertahanan anti pesawat atau anti rudal. "Kemampuan bermanuver dalam kecepatan hipersonik yang memungkinkan rudal ini "kebal" dan untuk menjamin penetrasi target."

Baru setelah Rusia meluncurkan rudal hipersonik barunya, sejumlah tokoh kunci di militer Amerika Serikat telah mencatat bahwa Amerika Serikat saat ini tidak memiliki kemampuan untuk mencegat serangan pada kecepatan tinggi, Komando Strategis Jenderal John Hyten menyatakan dalam pertemuan Senate Armed Services Committee bahwa sistem pertahanan udara AS tetap sepenuhnya tidak mampu menghentikan serangan dengan kecepatan hipersonik.

Memang, menurut sejumlah laporan, beberapa sistem pertahanan udara paling canggih militer AS saat ini bahkan masih perlu bekerja keras untuk mencegat serangan dasar dari rudal subsonik seperti Scud B, rudal yang desainnya sudah berusia 50 tahun. Tentu ini memiliki implikasi serius tidak hanya bagi daratan AS di hadapan rudal antar benua baru Rusia, tetapi juga untuk Angkatan Laut AS yang dapat menyaksikan kapal induk dan kapal perusaknya tenggelam oleh Kinzhal dalam hal terjadi konflik.

Sementara Rusia tidak membutuhkan rudal anti-kapal jarak jauh dalam jumlah besar untuk ditempatkan perbatasan baratnya, di mana jarak maritim relatif terbatas, penyebaran Kinzhal ke Timur Jauh negara itu akan memiliki implikasi signifikan bagi keseimbangan kekuasaan di Pasifik.

Dengan interseptor MiG-31 yang memiliki radius tempur 1.500 km, ditambah jangkauan Kinzhal, artinya Angkatan Udara Rusia akan dapat menargetkan kapal perang AS hingga 3.500 km jauhnya dari pantainya.


Jika MiG-31 disebarkan dari dekat Vladivostok di Timur Jauh Rusia, jangkauan serangan mereka akan mencakup seluruh Laut Cina Timur dan sebagian besar Laut Cina Selatan, sejauh Filipina, dan termasuk seluruh wilayah maritim sengketa yang diklaim oleh Tiongkok dan wilayah patroli navigasi armada AS. Implikasinya benar-benar parah, dan bisa dengan sangat serius memperkuat posisi Moskow di Pasifik.

Jika Rusia berusaha untuk menolak akses aset Angkatan Laut Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya ke Laut Cina Selatan dan Timur, apa itu untuk membantu Beijing atau karena alasan sendiri, Rusia tentu akan lebih mampu melakukannya daripada China. Moskow dapat memanfaatkan kekuatan ini untuk mendapatkan pengaruh besar di Pasifik, yang dapat menghadirkan keseimbangan di Pasifik dan menghadirkan aset militernya yang selama ini melempem di wilayah tersebut.

Kinzhal mungkin dapat memfasilitasi tujuan lama Rusia dan Cina untuk mengurangi pengaruh blok Barat dan kehadiran militer AS di Pasifik dengan membuat armada kapal perang AS menjadi tidak berdaya - menyingkirkan dominasi AS sejak 1945. Moskow sangat mungkin untuk memanfaatkan asetnya yang tangguh ini untuk keuntungannya di masa depan. (ART)

Resources
  • https://thediplomat.com/2018/05/russia-inducts-its-own-carrier-killer-missile-and-its-more-dangerous-than-chinas/