TNI AD juga memiliki sejumlah pesawat tempur khususnya helikopter yang dioperasikan oleh Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad). Bisa disebut unik karena saat ini, Puspenerbad mengoperasikan dua jenis heli serang yang sangat berbeda, yakni heli produksi Amerika Serikat, AH-64 Apache Guardian dan Mi-35 Hind produksi Rusia.
Sejatinya, dua jenis heli serang ini merupakan heli yang saling bermusuhan terutama soal gengsi teknologi Rusia dan AS. AS memproduksi heli Apache salah satunya adalah untuk menandingi Mi-35 Rusia.
Ketika Rusia berhasil memproduksi heli Mi-35 dan menggunakannya di berbagai medan perang di kawasan Eropa Timur dan Afghanistan, AS yang belum memiliki heli serang mumpuni segera memproduksi Apache untuk menandingi Mi-35.
Kedua jenis heli ini adalah musuh satu sama lain, dan seharusnya berhadapan dalam pertempuran karena keduanya memiliki kemampuan yang mirip. Yakni sama-sama sebagai heli penghancur tank, heli penghancur sesama heli serang, dukungan dan bantuan tempur pasukan darat, penghancur sasaran berat seperti bunker musuh, heli anti serangan gerilya, dan lainnya.
Persaingan terus berlanjut hingga saat ini seiring munculnya upgrade-upgrade dan varian terbaru.
Uniknya kedua jenis heli yang beda pabrik produksinya itu, menjadi sahabat dalam pertempuran jika dioperasikan oleh TNI AD.
Misalnya ketika Apache sedang melaksanakan misi tempur menghancurkan tank-tank musuh, maka Mi-35 akan bertugas sebagai pelindung (escort) Apache dari sergapan heli musuh atau incaran operator rudal anti-heli.
Niat memiliki heli serang produk AS dan Rusia sekaligus bagi TNI memang bukan hanya kebetulan tapi melalui pertimbangan yang matang.
Seperti yang dilakukan oleh TNI AU yang kini juga menggunakan jet-jet tempur produksi AS dan Rusia sekaligus, seperti F-16 serta Sukhoi. Salah satu pertimbangannya adalah untuk menghindari "mati langkah" ketika salah satu negara mengembargo.
Misalnya jika AS sampai menerapkan embargo militer ke Indonesia, TNI masih memiliki alutsista dari Rusia atau negara lain. Apalagi Rusia sangat jarang menerapkan embargo senjata dan Rusia juga terkesan tidak peduli alutsista buatannya digunakan untuk misi apa. Berbeda dengan kebijakan pembelian alutsista dari AS karena harus jelas penggunaannya dan biasanya dilarang untuk digunakan dalam peperangan melawan negara sekutu-sekutu AS atau bahkan untuk melawan kelompok separatis di dalam negeri.
Maka demi menghindari embargo senjata dari AS yang kadang muncul tiba-tiba karena masalah sepele, misalnya pencekalan pejabat AS masuk ke Indonesia lalu malah berakibat pada embargo senjata, TNI (Kemhan) melakukan tindakan antisipasi dengan cara membeli juga alutsista dari Rusia.
Karena kebijakan seperti itulah alutsista seperti heli Apache dan Mi-35, jet tempur F-16 dan Sukhoi bisa menjadi bagian dari TNI.
Article Resources
- http://intisari.grid.id/read/03209364/apache-dan-mi-35-heli-tempur-yang-biasanya-jadi-musuh-bebuyutan-tapi-di-tni-ad-malah-jadi-sahabat-karib?page=all