Rabu, Desember 19, 2012

Kedaulatan Udara Indonesia di Mata Chappy Hakim

Wilayah kedaulatan udara Indonesia

Pulau-pulau di Indonesia adalah "kapal induk" yang dapat menjadi pangkalan pesawat tempur TNI-AU, seperti dijelaskan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal (Purn) Chappy Hakim disela-sela peluncuran bukunya "Quo Vadis Kedaulatan Udara Indonesia" di Jakarta, Senin, 17 Desember 2012.

Chappy mengatakan: "Indonesia tidak memiliki doktrin agresi menyerang keluar. Untuk itu tidak diperlukan kapal induk. Pulau-pulau kecil di bagian terdepan Nusantara dapat menjadi pangkalan pesawat tempur Indonesia." Pertahanan untuk menangkal itu, dikombinasikan dengan kapal-kapal perang TNI-AL yang berada di pangkalan di pulau-pulau terluar.

Namun Chappy menyayangkan, hingga kini belum ada koordinasi yang padu dalam membangun sinergi antar instansi untuk menjaga kedaulatan dari ancaman asing, serta praktik kegiatan ilegal seperti penyelundupan kekayaan sumber daya alam serta perikanan Indonesia.

Anggota Komisi I DPR, Mahfudz Sidik, dalam kesempatan sama menjelaskan, setiap tahun negara rugi Rp 20 triliun akibat pencurian, penyelundupan, dan rangkaian kegiatan ilegal yang lolos dari pemantauan terpadu dari udara dan laut di lautan Indonesia.

Buku tersebut seperti judulnya menguraikan pentingnya pertahanan udara. Chappy mengambil contoh dari pertempuran Laut Aru tahun 1962 yang menggambarkan kurangnya pertahanan udara dan peristiwa Bawean tahun 2003 dimana pesawat F-18 milik AS melakukan manuver membahayakan bagi Indonesia.

Kedaulatan Udara RI Masih Lemah

Menurut Chappy, kedaulatan udara Republik Indonesia masih lemah. Insiden penerbangan gelap lima jet tempur F-18 Hornet Angkatan Laut AS pada tanggal 2 Juli 2003 di sekitar Pulau Bawean menjadi pelajaran berharga.

"Ketika itu pilot sipil salah satunya dari maskapai Bouraq mengaku ada pesawat jet terbang jungkir balik dan berguling-guling mengganggu keselamatan penerbangan. Yang dituduh tentu saja penerbang jet tempur TNI AU dari Pangkalan Madiun. Setelah dicek dengan mengirim sepasang F-16 Fighting Falcon ternyata ada 5 F-18 Hornet dengan senjata lengkap sedang mengawal kapal induk dari Armada VII AS yang berpangkalan di Pasifik," kata Chappy.

Ruang kedaulatan Indonesia

Indonesia harus memberi peringatan dan sebaliknya pihak AS merasa berhak melintas. Padahal, setiap hari ada 1.000 penerbangan sipil domestik dan puluhan penerbangan internasional di ruang udara Indonesia.

Meski mendapatkan pelajaran berharga tersebut, Chappy menyayangkan sampai kini kemampuan radar Indonesia belum maksimal. Bahkan, kemarin puluhan penerbangan ke Bandara Soekarno-Hatta dibatalkan karena listrik padam yang mengakibatkan radar tidak berfungsi. Selain itu, penerbangan intruder (gelap) juga masih terjadi berulangkali di ruang udara Indonesia.

Kedaulatan Udara adalah Sumber Uang

Chappy mengungkapkan bahwa di tengah zaman dimana perang dianggap usang, upaya pertahanan terhadap wilayah Indonesia tetap penting. Kedaulatan udara akan mendukung/berdampak pembangunan menuju kemakmuran masyarakat. "Air security will bring prosperity"

"Kita memang sudah bukan berada di zaman perang. Tetapi, kedaulatan udara kita merupakan sumber uang. Wilayah udara kita ini adalah market kita. Apakah kita mau orang lain yang memanfaatkan market kita," papar Chappy.

Kedaulatan udara sama pentingnya seperti kedaulatan lautan. Kurangnya kedaulatan di laut mengakibatkan praktik perikanan ilegal dan pencurian sumber daya alam yang nilai kerugiannya bisa sampai triliunan rupiah per tahun.

"Di udara kerugiannya juga banyak. Orang akan bebas terbang di wilayah kita, mengangkut barang atau orang seenaknya," kata Chappy yang tepat pada peluncuran buku juga merayakan ulang tahun yang ke 65.

Chappy menggarisbawahi bahwa wilayah udara seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri. Salah satu yang membuat Singapura sejahtera adalah kepandaian untuk mengelola wilayah udaranya.

Karya-Karya Menarik dari Chappy Hakim

Banyak yang kagum pada sosok Marsekal (Purn) Chappy Hakim. Buku-bukunya menarik dan meruapakan karya-karya jenius. Bukan hanya untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan buku-buku beliau sangat penting untuk dibaca para petinggi TNI aktif.

Kita harus akui, belum banyak petinggi TNI yang mampu menulis pengalamannya, dan menuliskan pemikiran-pemikirannya dalam sebuah buku yang layak dibaca oleh masyarakat umum. Berikut beberapa buku sebelumnya karya Marsekal (Purn) Chappy Hakim yang sudah mengundang antusias tinggi dari masyarakat Indonesia.

Buku-buku karya Chappy Hakim

Pertahanan Indonesia – Angkatan Perang Negara Kepulauan (2011)
RI tengah di lecehkan dianggap remeh, sangat tidak disegani sebagai satu negara yang berdaulat. Salah satu penyebabnya adalah mungkin mereka tahu bahwa RI walaupun satu negara yang besar akan tetapi tidak memiliki kekuatan pertahanan negara yang memadai. Sebagai satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia tidak memiliki angkatan perang yang kuat, angkatan perang negara kepulauan!

Saksophone Kapal Induk dan Human Error (2010)
Pada masa Orde Lama, agar bisa makan, rakyat Indonesia banyak yang terpaksa antre beras dan minyak tanah. Akan tetapi, waktu itu peralatan angkatan perang kita disegani di kawasan Asia. Kemudian, di era reformasi peralatan angkatan perang kita banyak yang rusak akibat embargo suku cadang, sementara rakyat tetap saja banyak yang antre minyak tanah. Apa solusi bagi persoalan ini? Jawabnya, kita harus punya harga diri dan kebanggaan. Kita punya potensi untuk meraih kemajuan di berbagai bidang asal saja mau menjaga kehormatan, meningkatkan disiplin, serta berbuat segala sesuatu dengan benar, sesuai aturan.

Berdaulat di Udara (2010)
Kondisi dunia penerbangan kita sungguh memprihatinkan. Pelanggaran wila­yah udara Indonesia sering terjadi. Pesawat asing kerap melintas bebas, sementara otoritas penerbangan kita tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, ada ruang udara nasional yang dikuasai oleh negara tetangga, yang kemudian mendapatkan keuntung­an dari penggunaan jalur udara tersebut.

Pelangi Dirgantara (2010)
Angkatan udara dan dunia penerbangan pada umumnya, adalah sebuah keniscayaan apabila tidak didukung oleh teknologi, semua diatur secara apik dan mesti dipatuhi, meski begitu, yang pasti pesawat adalah moda transportasi paling aman di kolong jagat ini. Dan, para pilot yang menerbangkannya pun dilatih secara profesional dan terus diuji kompetensinya

Awas Ketabrak Pesawat Terbang (2009)
Dunia penerbangan nasional sedang "diuji" dengan banyaknya peristiwa yang terjadi belakangan ini. Pengabaian aspek keamanan dalam operasionalisasi di beberapa maskapai menjadi sumber masalahnya. Ketika pesawat mengalami kecelakaan, korban berjatuhan, dan pilot lah yang "langsung" disalahkan. Salah satunya adalah kasus hukum yang menimpa Capt. Pilot Marwoto yang divonis 2 tahun penjara di pengadilan umum dan bukan di pengadilan khusus. Peristiwa ini membuat asosiasi pilot internasional "kebingungan" dan langsung melayangkan surat untuk menanyakan perihal yang menimpa Capt. Pilot Marwoto tersebut. Karena kasus yang menimpa Marwoto tersebut baru pertama kalinya terjadi di dunia.

Selain buku-buku itu masih ada beberapa buku lainnya antara lain: Tanah Air dan Udaraku Indonesia, Angkatan Udara Siaga Senantiasa, Air Diplomacy, Cat Rambut Orang Yahudi, Untuk Indonesiaku, Dari Segara ke Angkasa dan Pelangi Dirgantara.

Sumber: Kompas dan berbagai sumber lain
Foto 1: IndoEducation.com, Foto 2:AngkasaSena.blogspot.com