Pemerintah Brasil membuka kesempatan lebih luas untuk kerja
sama pengadaan pesawat militer aneka jenis dari Empresa Braziliera de
Aeronautica (Embraer) pascapenjualan Super Tucano ke Indonesia.
Sayangnya, dalam pengadaan Super Tucano yang sudah berjalan, alih teknologi (ToT) yang didapat Indonesia minim. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, setiap pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus disertai alih teknologi. Namun dalam pengadaan Super Tucano ini, alih teknologi yang didapat tidak sampai dalam tahap teknologi pembuatan. Menurut dia,minimal harus beli 32 unit agar Indonesia bisa mendapat ToT hingga proses produksi bersama.
Sayangnya, dalam pengadaan Super Tucano yang sudah berjalan, alih teknologi (ToT) yang didapat Indonesia minim. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, setiap pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus disertai alih teknologi. Namun dalam pengadaan Super Tucano ini, alih teknologi yang didapat tidak sampai dalam tahap teknologi pembuatan. Menurut dia,minimal harus beli 32 unit agar Indonesia bisa mendapat ToT hingga proses produksi bersama.
Pesawat Super Tucano |
”Kalau minimal 32 unit, beberapa pesawat bisa diproduksi di Indonesia. Tapi karena baru delapan, ToT untuk PT Dirgantara Indonesia (DI) baru bisa ground support,” terangnya seusai serah terima pesawat dari Pemerintah Brasil kepada Indonesia di Skuadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang. Seperti diketahui, TNI AU membeli delapan pesawat Super Tucano dengan nilai USD141,99 juta. Pihak Embraer Brasil selaku produsen baru mengirimkan empat pesawat.
Direncanakan empat pesawat lagi akan dikirim pada 2013. KSAU menuturkan, memang diharapkan PT DI bisa turut serta dalam pembuatan pesawat yang cocok untuk counter insurgency (antigerilya) sehingga suatu saat Indonesia bisa memproduksi pesawat jenis ini. Namun, dengan jumlah pembelian yang sedikit tersebut, jika dipaksakan dilakukan produksi bersama justru membuat anggaran membengkak. ”Kita sudah lima tahun off, skuadron tidak terbang (pascagrounded OV-10 Bronco pada 2007). Jadi kita harus cepat (pengadaannya),”terangnya.
"Indonesia bisa melakukan alih teknologi Super Tucano minimal lima hingga tujuh tahun ke depan"
Adapun untuk persenjataan, lanjut
KSAU, hanya sebagian yang tidak dibeli dari luar negeri seperti PDU, bom
MK82, dan roket FFAR karena industri dalam negeri sudah bisa
memproduksi. Selebihnya harus membeli dari luar negeri seperti peluru
kaliber 12,7 mm dengan sistem tembak elektrik.” Super Tucano bisa
mengangkut senjata hingga 1,5 ton,” sebut Imam. Duta Besar Brasil untuk
Indonesia Paulo Alberto da Silvera Soares mengatakan, kerja sama
pertahanan antara kedua negara tak hanya untuk jangka pendek dan
menengah, melainkan jangka panjang.
”Kami juga siap memberikan alih teknologi dan siap memberikan masukan apa pun yang dibutuhkan Indonesia,”tegasnya. Chief Executive Officer (CEO) Embraer Defense and Security Luiz Carlos Aguiar menambahkan, Indonesia bisa melakukan alih teknologi Super Tucano minimal lima hingga tujuh tahun ke depan. Itu pun jika Indonesia membeli minimal dua skuadron.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serah terima pesawat Super Tucano tersebut cukup monumental karena Indonesia mendapat pesawat beserta perjanjian kerja sama berkelanjutan. ”Januari 2013 datang lagi pesawat itu (4 unit),” ucapnya. Selanjutnya, pada akhir 2013 atau awal 2014, delapan unit yang dibeli pada tahap kedua dijadwalkan juga tiba.
”Kami juga siap memberikan alih teknologi dan siap memberikan masukan apa pun yang dibutuhkan Indonesia,”tegasnya. Chief Executive Officer (CEO) Embraer Defense and Security Luiz Carlos Aguiar menambahkan, Indonesia bisa melakukan alih teknologi Super Tucano minimal lima hingga tujuh tahun ke depan. Itu pun jika Indonesia membeli minimal dua skuadron.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serah terima pesawat Super Tucano tersebut cukup monumental karena Indonesia mendapat pesawat beserta perjanjian kerja sama berkelanjutan. ”Januari 2013 datang lagi pesawat itu (4 unit),” ucapnya. Selanjutnya, pada akhir 2013 atau awal 2014, delapan unit yang dibeli pada tahap kedua dijadwalkan juga tiba.