Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal)
Laksamana TNI Soeparno mengatakan, Indonesia membutuhkan ikon pahlawan
di laut sebagaimana tokoh-tokoh dari negara lain seperti Sinbad, Kapten
Hawk, Colombus, hingga Marcopolo.
"Ikon-ikon pahlawan laut seperti di negara lain saat ini belum tumbuh di Indonesia," ujar Kasal saat peluncuran buku sejarah "Pasukan M: Menang tak Dibilang, Gugur tak Dikenang" di Jakarta, Senin malam.
Menurut dia, ikon pahlawan laut dibutuhkan dalam menumbuhkan watak dan karakter generasi penerus bangsa. Sejumlah nama pahlawan laut di Indonesia seperti Hang Tuah, Malahayati, Nala, hingga komandan Pasukan M, Kapten Markadi, belum berhasil menjadi ikon.
Kasal menilai Kapten Markadi patut menjadi ikon karena ketokohannya yang menyerupai Bima dalam Babad Mahabharata. "Ibarat Bima, dia memiliki karakter gagah, teguh, kuat, tabah, jujur, berhati lembut, dan rendah hati," katanya.
Bahkan Pasukan M yang hanya menggunakan perahu kecil mampu mengusir pasukan Belanda yang memiliki kapal lebih canggih. Pertempuran yang dilakoni Pasukan M ini dinilai sebagai pertempuran laut pertama di Indonesia. Pertempuran itu juga dinilai sebagai operasi gabungan pertama yang melibatkan rakyat.
"Ikon-ikon pahlawan laut seperti di negara lain saat ini belum tumbuh di Indonesia," ujar Kasal saat peluncuran buku sejarah "Pasukan M: Menang tak Dibilang, Gugur tak Dikenang" di Jakarta, Senin malam.
Menurut dia, ikon pahlawan laut dibutuhkan dalam menumbuhkan watak dan karakter generasi penerus bangsa. Sejumlah nama pahlawan laut di Indonesia seperti Hang Tuah, Malahayati, Nala, hingga komandan Pasukan M, Kapten Markadi, belum berhasil menjadi ikon.
Kasal menilai Kapten Markadi patut menjadi ikon karena ketokohannya yang menyerupai Bima dalam Babad Mahabharata. "Ibarat Bima, dia memiliki karakter gagah, teguh, kuat, tabah, jujur, berhati lembut, dan rendah hati," katanya.
Bahkan Pasukan M yang hanya menggunakan perahu kecil mampu mengusir pasukan Belanda yang memiliki kapal lebih canggih. Pertempuran yang dilakoni Pasukan M ini dinilai sebagai pertempuran laut pertama di Indonesia. Pertempuran itu juga dinilai sebagai operasi gabungan pertama yang melibatkan rakyat.
Buku
ini merupakan buku sejarah yang mengangkat tema sebuah peristiwa heroik
Pasukan-M dalam melaksanakan Operasi Lintas Laut dan Operasi Amfibi
yang dilakukan Prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR Laut) - Sekarang
TNI AL- di Bali guna mengusir tentara Belanda pada tahun 1945.
Buku setebal 240 halaman dan terbagi dalam tujuh bab yang ditulis Iwan Santosa dan Wenri Wanhar ini diharapkan menjadi sarana efektif untuk mentransfer nilai-nilai kepahlawanan ke generasi penerus. "Saya berharap buku mengenai Pasukan M yang berjuang di Selat Bali pada 1945-1949 ini mampu memberi penyadaran bahwa kebersamaan perjuangan sudah terbentuk sejak negeri ini berdiri," jelasnya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Kapten Markadi pantas menjadi ikon pejuang maritim di Indonesia. "Dia (Markadi) adalah bagian penting dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia," kata Menhan.
Purnomo berharap peluncuran buku Pasukan M ini bisa menjadi referensi bagi generasi penerus untuk tetap mengenang nilai-nilai perjuangan. "Globalisasi yang saat ini berkembang begitu cepat bisa mengerosi nilai-nilai kebangsaan. Jadi, harus dibendung. Saya sungguh mengapresiasi peluncuran buku ini," kata Menhan.
Buku Pasukan M ditulis selama lima bulan dengan melakukan penelusuran sejarah ke lokasi tempat terjadinya peristiwa, yakni ke Jembrana Bali, Denpasar, Banyuwangi, Malang, Lawang, dan Surabaya. Tim penulis juga melakukan riset sejarah dan kepustakaan ke Nederlands Instituut voor Militaire Historie (NIMH) Den Haag, Museum KNIL Bronbeek, Arnhem KITLV Leiden, Nederlands Instituut voor Oorlog Documentatie (NIOD) Amsterdam.
Selain itu, Museum KNIL Bronbeek, Arnhem KITLV Leiden, Nederlands Instituut voor Oorlog Documentatie (NIOD) Amsterdam, serta didukung oleh berbagai dokumen dan foto dari Arsip Nasional RI, arsip keluarga besar Pasukan M, dan arsip Dispenal.
Buku setebal 240 halaman dan terbagi dalam tujuh bab yang ditulis Iwan Santosa dan Wenri Wanhar ini diharapkan menjadi sarana efektif untuk mentransfer nilai-nilai kepahlawanan ke generasi penerus. "Saya berharap buku mengenai Pasukan M yang berjuang di Selat Bali pada 1945-1949 ini mampu memberi penyadaran bahwa kebersamaan perjuangan sudah terbentuk sejak negeri ini berdiri," jelasnya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Kapten Markadi pantas menjadi ikon pejuang maritim di Indonesia. "Dia (Markadi) adalah bagian penting dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia," kata Menhan.
Purnomo berharap peluncuran buku Pasukan M ini bisa menjadi referensi bagi generasi penerus untuk tetap mengenang nilai-nilai perjuangan. "Globalisasi yang saat ini berkembang begitu cepat bisa mengerosi nilai-nilai kebangsaan. Jadi, harus dibendung. Saya sungguh mengapresiasi peluncuran buku ini," kata Menhan.
Buku Pasukan M ditulis selama lima bulan dengan melakukan penelusuran sejarah ke lokasi tempat terjadinya peristiwa, yakni ke Jembrana Bali, Denpasar, Banyuwangi, Malang, Lawang, dan Surabaya. Tim penulis juga melakukan riset sejarah dan kepustakaan ke Nederlands Instituut voor Militaire Historie (NIMH) Den Haag, Museum KNIL Bronbeek, Arnhem KITLV Leiden, Nederlands Instituut voor Oorlog Documentatie (NIOD) Amsterdam.
Selain itu, Museum KNIL Bronbeek, Arnhem KITLV Leiden, Nederlands Instituut voor Oorlog Documentatie (NIOD) Amsterdam, serta didukung oleh berbagai dokumen dan foto dari Arsip Nasional RI, arsip keluarga besar Pasukan M, dan arsip Dispenal.
Kapten Markadi seolah tidak mau dikenang, seperti telah dituangkan dalam simbolnya yang bertuliskan “Menang tak dibilang, Gugur tak dikenang”
Dalam melaksanakan riset dan penggalian materi sejarah, Iwan Sentosa dan
Wenri Wanhar telah mendapatkan izin dan menjalin kerja sama dengan
pihak Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta, Atase Pertahanan dan
Kebudayaan Belanda, para anggota Pasukan M yang masih hidup, para
veteran BKR, serta beberapa saksi sejarah sesuai lokasi kejadian di masa
itu.
Dari buku itu terungkap prajurit TKR Laut telah memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan RI, Kiprah itu terlihat dari upaya yang dilakukan oleh sekelompok prajurit yang tergabung dalam Pasukan M pimpinan Kapten Markadi untuk melaksanakan operasi gabungan matra laut-darat, sehingga berhasil mengusir Belanda hanya dengan persenjataan terbatas dan sarana perahu tradisional.
Dari buku itu terungkap prajurit TKR Laut telah memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan RI, Kiprah itu terlihat dari upaya yang dilakukan oleh sekelompok prajurit yang tergabung dalam Pasukan M pimpinan Kapten Markadi untuk melaksanakan operasi gabungan matra laut-darat, sehingga berhasil mengusir Belanda hanya dengan persenjataan terbatas dan sarana perahu tradisional.
Pasukan-M merupakan tulang punggung gerilyawan pendukung kemerdekaan
Republik Indonesia yang diutus Markas Besar Umum TKR guna membantu
perlawanan rakyat Bali atas pendudukan tentara Belanda. Tugas mereka
kala itu adalah membentuk Pangkalan TKR Laut di Bali, sekaligus
mengorganisir basis-basis perjuangan rakyat di berbagai tempat. Meski
tugas yang diembannya terbilang sukses dalam menumpas perlawanan tentara
belanda, akan tetapi perjuangan Pasukan-M pimpinan Kapten Markadi
seolah tidak mau dikenang, seperti telah dituangkan dalam simbolnya yang
bertuliskan “Menang tak dibilang, Gugur tak dikenang”.
Sumber : Antara
Sumber : Antara