Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, saat melakukan inspeksi ke detasemen pertahanan Jangjae Islet dan detasemen Hero Defence di Mu Islet, 5 Mei 2017. KCNA/ via REUTERS |
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan meninjau uji coba senjata teknologi tinggi yang baru dikembangkan.
Media Korea Utara mengatakan bahwa senjata itu bukan rudal strategis tetapi laporan tersebut menandai pertama kalinya selama satu tahun terakhir, Kim Jong Un kembali meninjau tes senjata, seperti dilaporkan dari KBS Radio, 16 November 2018.
Ketika Washington dan Pyongyang gagal mencapai kemajuan dalam negosiasi denuklirisasi, media Korea Utara mengatakan Kim Jong Un menghadiri pengujian senjata yang mereka sebut sebagai senjata taktis berteknologi tinggi yang baru.
Kantor Berita Korea Utara dan media pemerintah lainnya mengatakan pada Jumat bahwa Kim jong Un mengunjungi situs uji coba senjata di lembaga pertahanan nasional.
"Pameran lain dari kemampuan pertahanan yang tumbuh dengan cepat ke seluruh wilayah," kata laporan media tersebut, namun tidak menyebut secara spesifik jenis senjata yang diuji coba, waktu dan rincian lain dari uji coba.
Media Korea Utara menyebut Kim Jong-un memimpin dan mengawasi langsung dalam pengembangan sistem senjata.
Para pejabat intelijen Korea Selatan mengatakan Kim Jong Un kemungkinan meninjau peluncur roket baru, namun intelijen masih berupaya mengidentifikasi senjata.
Roket taktis Korea Utara pada umumnya merupakan ancaman bagi bagian Korea Selatan.
Rudal Hwasong-15 Korea Utara yang diklaim menjangkau daratan Amerika. Kredit: Military Today |
Ini menandai pertama kalinya Kim Jong Un menghadiri pengujian senjata di tempat ditempat yang sama saat ia menghadiri uji coba rudal balistik antar benua "Hwasong-15" pada November tahun lalu.
Pengamat meyakini Korea Utara siap untuk kembali ke hubungan militeristik dengan Amerika Serikat jika pembicaraan terus berjalan buruk.
"Korea Utara kembali ke arah yang lebih agresif dalam negosiasi dengan AS dan memberi isyarat bahwa Kim Jong Un tidak akan menyerah dan hanya dapat kembali ke praktek lamanya jika (AS) tidak mengubah pendekatan mereka," kata Josh Pollack dari asosiasi peneliti senior di Middlebury Institute of International Studies di Monterrey, mengatakan kepada CNN.
Resources
- Tempo