Sabtu, Juli 28, 2012

Pembantaian Rohingya, Taliban Ancam Serang Myanmar

Kelompok pejuang Taliban di Pakistan mengancam akan menyerang Myanmar demi membalas dendam atas peristiwa pembantaian Muslim Rohingya. Tak hanya itu, Taliban juga mendesak Pemerintah Pakistan agar memutuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar.

Adalah Gerakan Tehrik-e-Taliban, yang mengklaim dirinya sebagai pembela warga Muslim di Myanmar. Taliban pun menuntut agar Pemerintah Pakistan segera menutup kantor Kedutaan Besar Myanmar di Kota Islamabad.

Muslim Rohingya dibantai
Muslim Rohingya
"Kami akan membalas darah kalian. Apabila Kedutaan Besar Myanmar tidak ditutup, kami bukan hanya akan menyerang Myanmar, kami juga akan menyerang Pakistan yang merupakan Sahabat Myanmar," ujar juru bicara Taliban Ehsanullah Ehsan, seperti dikutip PTI, Jumat, 27 Juli 2012.

"Kami juga menyerukan kepada media-media yang menyebut dirinya sebagai perwakilan Islam, untuk menyiarkan siaran berisi fakta-fakta sesungguhnya yang terjadi di Myanmar dan warga Muslim Myanmar," tegasnya.

Meskipun demikian, Taliban tidak menegaskan apakah mereka segera akan mengirim pejuang-pejuangnya ke negeri yang sempat dipimpin oleh junta militer itu. Walaupun begitu, pernyataan ini merupakan ancaman pertama dari Taliban Pakistan terhadap Myanmar. Sejauh ini, Taliban Pakistan hanya fokus membahas isu-isu yang berkaitan dengan Afghanistan.

Sejauh ini, kantor Kedutaan Besar Myanmar di Islamabad tidak mengeluarkan komentar mengenai situasi ini. Sejumlah pengamat politik dan militer juga meragukan kesanggupan Pakistan untuk melakukan serangan militer di Myanmar. Sementara itu, Pemerintah Pakistan sebelumnya mengatakan bahwa negaranya berharap Myanmar sanggup mengatasi insiden berdarah itu.
'Amnesti Internasional menemukan bukti pemerkosaan, penghancuran properti dan pembunuhan terhadap Muslim Rohingya oleh warga Budha dan tentara Myanmar'
Konflik komunal terjadi antara warga muslim Rohingya dan Budha di wilayah Arakan, Myanmar. Peristiwa itu menewaskan banyak orang dan ribuan warga Rohingya pun melarikan diri dari wilayahnya.

Warga Muslim itu lari ke Bangladesh yang berdekatan dengan Myanmar. Meski demikian, mereka juga menghadapi deportasi dari pemerintah Bangladesh.

Amnesti International turut melaporkan sejumlah bukti-bukti adanya peristiwa pemerkosaan, penghancuran properti, dan pembunuhan terhadap warga Muslim yang dilakukan oleh warga Budha serta pasukan Myanmar. Arus distribusi bantuan pun diblokir oleh warga dan pasukan.


Pembantaian atas muslim Rohingya di Myanmar ini sudah berlangsung lama, terakhir saya posting tentang hal ini sekitar 2 bulan lalu. Terlepas Indonesia sebagai negara Muslim terbesar, ini Asia Tenggara dan Indonesia adalah ikon penting dari ASEAN, Indonesia sebaiknya cepat mengambil tindakan atas Myanmar.


Sumber : Okezone