Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tengah membangun sebuah kapal perang canggih yang dapat berubah menjadi tiga mode sekaligus.
Sebagai negara maritim, Indonesia sudah selayaknya memiliki pertahanan dan keamanan maritim yang mumpuni untuk menegakkan kedaulatannya. Berkaca dari itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya segera merampungkan pembuatan kapal perang canggih mereka yang bernama "The Croc."
Kapal "The Croc" dibekali kemampuan untuk berubah menjadi tiga mode pelayaran, yakni mode hidrofoil, mode selam, dan mode konvensional.
Pada mode hidrofoil "The Croc" akan berlayar di atas permukaan air. "The Croc" akan memiliki bagian seperti sayap yang dipasangkan pada penyangga di bawah lambung kapal. Ketika kecepatan meningkat, lambung kapal ini akan terangkat dari air dan terlihat seperti melayang. Kecepatannya saat mode hidrofoil akan berkisar antara 35-45 knot.
Untuk kemampuan selam, "The Croc" akan mampu menyelam sejauh 5-10 meter. Kecepatan pelayarannya selama mode selam bisa mencapai 15 knot. Sedangkan dalam mode konvensional atau mode kapal permukaan, kecepatannya standar di kisaran 25-30 knot.
Kapal yang dilengkapi dengan dua mesin berkekuatan 350 hp (tenaga kuda) ini mulai dirancang sejak 2011 lalu. Kapal yang terbuat dari bahan aluminium ini berukuran ramping dengan panjang 12 meter dan lebar hanya 3 meter.
Kapal yang berpenumpang 4 orang ini sengaja dirancang memiliki bobot 15 ton dan cukup ringan agar bisa melayang. Sedangkan sayapnya sendiri terbuat dari baja karbon.
Diharapkan, The Croc sebagai kapal perang buatan dalam negeri ini bisa membantu dalam menjaga pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan untuk kasus penyelundupan atau pencurian yang kerap terjadi di perairan Indonesia.
"Kalau kapal hidrofoil saja itu bergerak di atas permukaan, jadi dia bisa terdeteksi radar musuh. Jadi kalau ada kapal pencuri, dari jauh sudah ketahuan ada kapal mendekat. Oleh karena itu kita rancang dapat menyelam supaya menghindari radar, jadi mereka tidak sadar kalau kita dekati," ujar Wisnu Wardhana, dosen ITS perancang The Croc.
Dalam proses pembuatan "The Croc" yang telah menghabiskan dana Rp 4 miliar ini, ITS bekerjasama dengan TNI AL dan Kemenristek, serta beberapa pihak lainnya. Proses pembuatan "The Croc" kini telah mencapai 90 persen, dan diperkirakan akan selesai akhir tahun ini. Namun setelahnya masih diperlukan riset dan uji coba fungsi dan pelayaran selama kurang lebih 3 tahun sebelum dioperasikan sepenuhnya.