Memiliki persenjataan yang lengkap dan mumpuni merupakan keinginan militer dari seluruh dunia. Selain memperkuat pertahanan, persenjataan juga simbol kekuatan dari sebuah negara sehingga memberikan efek gentar bagi negara lain.
Rusia adalah salah satu negara yang memperkuat pertahanannya dengan berbagai model senjata dengan berbagai kegunaan. Selain memiliki rudal balistik dengan kemampuan nuklir dalam jumlah yang besar, Rusia juga mengembangkan pesawat amfibi anti-kapal selam terbesar di dunia.
Sebenarnya, pengembangan pesawat ini sudah dimulai pada 1980-an. Namun, karena berbagai kendala, proyek ini akhirnya dihentikan.
Kini, pesawat ini mulai mengalami pembaharuan sistem dan teknologi yang lebih mumpuni untuk disesuaikan dengan kemajuan zaman.
Anti-kapal selam
Pesawat dengan kekuatan besar yang dirancang untuk mencari dan menghancurkan kapal selam musuh di pesisir pantai merupakan rencana awal yang dimiliki Uni Soviet, nama persatuan sebelum Rusia dan beberapa negara lainnya pecah.Beriev Aircraft Company merupakan perusahaan yang mendapatkan kepercayaan memproduksi dan mengembangkan pesawat ini.
Pada 1976, dilansir dari RBTH, Beriev Aircraft Company mendapatkan intruksi untuk memulai pengembangan pesawat ini. Tim desain dipimpin oleh Aleksei K Konstantinov. Rencananya, pesawat ini bisa terbang landas di atas permukan air.
Pesawat dengan nama "A-40" mulai diuji coba pada 1982 setelah prototipe pertama lulus uji terbang di Laut Azov, Rusia. Kapten Yevgeniy A Lakhmostov menjadi pilot pertama yang mencoba pesawat ini.
Mesin dalam pesawat ini terbukti tak stabil ketika melakukan lepas landas dan pendaratan di atas air. Otomatis, pesawat menjadi sedikit goyah ketika mendarat.
Perbaikan akhirnya dilakukan untuk menyempurnakan prototipe ini. Pada 1989, pesawat ini mulai diperkenalkan ke khalayak umum.
Pesawat ini berbadan aluminium dengan panjang dari kepala sampai ekor 38,92 meter dan tingginya 11,07 meter. Selain itu, pesawat ini mempunyai rentang sayap 41,62 meter. Pesawat ini bermesin Kolesov RD-36-51 dan Soloviev D-30.
Dalam satu pesawat bisa untuk menampung delapan awak, termasuk pilot, kopilot, operator radio, insinyur penerbangan, navigator, dan tiga pengamat. Namun, akhirnya pesawat amfibi tidak pernah diproduksi massal karena kejatuhan Uni Soviet.
Pengembangan ulang
Ketika perkembangan teknologi semakin maju, berdampak pada keinginan untuk merevitalisasi pesawat amfibi terbesar tersebut. Rusia akhirnya mulai "membangun kembali" kegagahan A-40 Albatross.Pesawat dipersenjatai dengan amunisi 6,5 ton dan sistem pengawasan yang lebih canggih. Kemudian, pesawat ini untuk memenuhi kebutuhan aviasi Angkatan Laut Rusia akan kekuatan udara yang mampu berpatroli di pesisir dan mendeteksi dan menghancurkan kapal selam musuh.
Pesawat berbobot maksimum lepas landas 83 ton ini akan dilengkapi dengan dua mesin D-30 yang kuat, yang akan memungkinkannya membawa 6,5 ton amunisi anti-kapal selam. Padahal, pendahulunya hanya dapat membawa 1,5 ton
Tidak hanya itu, ia dapat dilengkapi dengan semua jenis persenjataan berbasis laut, termasuk torpedo berpandu Orlan (Sea Eagle) yang mampu menarget kapal selam dan kapal permukaan, misil anti-kapal selam, bom laut, ranjau, pelampung akustik, dan peralatan pengintaian radio khusus.
A-40 Albatross juga cocok untuk operasi pencarian dan penyelamatan dengan jarak beberapa kilometer dari pantai. Pesawat tersebut sangat mampu berlayar sehingga bisa mendarat dan terbang di air dengan ketinggian gelombang sampai 2 meter.
Saat tahap desain, para perancangnya menggagas instalasi sistem pengisian bahan bakar udara, yang secara signifikan memperluas jarak jangkau pesawat.
Resources
- Kompas