Tren dan kebutuhan senjata ringan kategori side-arms atau senjata genggam terus berkembang. Desain ergonomis membuat senjata lebih nyaman digunakan sehingga akurasi lebih baik, andal, dan awet.
Produsen industri pertahanan andalan Indonesia, PT Pindad (Persero) sudah memproduksi pistol berdesain ergonomis. Pistol itu bernama G2 (dibaca Jitu) kaliber 9mm x 19mm. Dalam perkembangannya, G2 memiliki banyak tipe, baik Combat maupun Elite yang digunakan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kehadiran pistol G2 di kalangan militer Indonesia, menjadi andalan baru senjata genggam. Paling tidak menggantikan generasi lebih lawas, yaitu FN Browning P35/Pindad P-1 (FN-46). Baik G2 maupun FN Browning P35/Pindad P-1 juga sama-sama memiliki sistem single action, yang sudah terbiasa digunakan militer Indonesia.
Pistol G2 tipe Combat dan Elite, dirancang Pindad. Sosoknya pun dapat menjadi ikon baru senjata genggam jenis pistol di kalangan militer Indonesia. Rancangan dan produksi G2 dilakukan sejak pertengahan tahun 2010, sedangkan produksi massal dimulai tahun 2011.
Militer Indonesia sebenarnya sudah mengadopsi pistol bermekanisme double action, yaitu pistol P2 (buatan Pindad), serta sebagian menggunakan produk impor, SIG-Sauer P228 dan Beretta M92F (Italia).
Sebelumnya militer Indonesia masih banyak menggunakan pistol lama legendaris mekanisme single action, yaitu P-1 (buatan Pindad) dan FN Browning P-35 (Belgia) yang keduanya juga menggunakan peluru kaliber 9mm x 19mm, dan M1911A1 kaliber 45 (Amerika).
Nama G2 bukan singkatan, tetapi lebih memiliki banyak arti sesuai penyebutan. Dalam bahasa Indonesia disebut Ge-Dua, dalam bahasa Inggris dilafalkan Jee Two, yang dikaitkan lagi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “jitu” alias akurat dan tepat (dalam menembak sasaran). Manager Bangprodses Senjata , Zein mengatakan, produksi G2 dengan mekanisme single-action memang lebih berdasarkan permintaan dari pemesan militer Indonesia. Alasannya, masih banyak tentara Indonesia lebih terbiasa, nyaman, dan akurat dalam menembak dengan pistol bermekanisme single action.
Ia menyebutkan, selama ini masih banyak personel militer Indonesia begitu juga Perbakin, belum begitu terbiasa menggunakan pistol bermekanisme double action. Karena hentakan saat letusan peluru dari pistol mekanisme double action lebih besar, sehingga banyak pengguna masih “terkaget-kaget”. Akibatnya, akurasi menembaknya belum seoptimal saat menggunakan pistol bermekanisme single action.
Zein mengatakan, desain dan produksi G2 juga dirancang lebih ergonomis, akurasi tinggi, jarang macet, berkapasitas peluru banyak, dan tampilannya keren. Diharapkan, sosok G2 menjadi semakin disukai dan menjadi andalan baru militer Indonesia sebagai pistol yang lebih akurat daya tembaknya, awet, andal, dan lainnya.
Sejak diproduksi, G2 langsung menarik perhatian para produsen dan pengguna pistol beberapa negara. Tampaknya, ada beberapa produsen senjata negara lain, yang penasaran ingin membuat produk pistol yang menyaingi G2.
Combat dan Elite
Pistol G2 Combat (kiri) dan G2 Elite (kanan) |
Pistol G2 dibuat dalam dua versi, yaitu Combat (versi standar, panjang 221 mm) dan Elite (panjang laras 246 mm). Pistol G2 versi Combat lebih ditujukan sebagai sidearms (senjata pinggang) bagi personel militer Indonesia secara umum, sedangkan versi Elite lebih ditujukan bagi selera pengguna para perwira tinggi. Dari tampilan sosoknya, pistol G2, baik versi Combat maupun Elite, dirancang sesuai karakteristik tangan orang Indonesia. Misalnya, tuas samping pengunci pengokang (slide lock) yang lebih panjang sehingga mudah dijangkau jempol orang Indonesia atau Asia umumnya.
Begitu pun saat dicoba ditembakkan, hentakan akibat letusan peluru pun terasa lebih halus. Apalagi mekanismenya menggunakan single action. Begitu pula desain ergonomis pada handgrip, terasa cukup nyaman sesuai kontur tangan.
Namun untuk pengunci pelatuk, pistol G2 menggunakan model yang terdapat pada dua sisi. Ini bermanfaat untuk mudah dioperasikan penembak bertangan kiri (kidal), yang dapat ditekan dengan jempol maupun telunjuk.
Pistol G2 secara umum berkapasitas peluru 15 butir dalam magasin, yang sejauh ini hanya dibuat dalam kaliber 9mm x 19mm. Ini disebabkan standar peluru pistol militer Indonesia menggunakan kaliber 9mm x 19mm, atau disebut pula 9 mm Parabellum, dan 9 mm Luger.
Menurut Zein W, pistol G2 dirancang akurat pada jarak tembak umum 20-40 meter dari sasaran, dengan andalan kualitas laras. Melalui grouping sepuluh tembakan pada jarak sasaran 25 meter, akurasi terhadap sasaran berkisar 3,5-10 cm, dibandingkan P-1 dan P-2 yang rata-rata 6-10 cm. Dari kelancaran mekanisme, pistol G2 juga dirancang andal dan anti-macet paling tidak minimal 2.000 tembakan. Standar anti-macet tersebut menyamai standar dunia seperti yang dimiliki pistol Beretta M9/Beretta M92F dan M10/SIG Sauer P228 yang menjadi standar militer Amerika.
Resources
- Pindad Update