Gelaran Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018 yang dilaksanakan pada tanggal 4 - 9 Mei 2019 di Lombok juga ajang unjuk gigi TNI AL. TNI AL mengerahkan sebanyak 36 kapal perang ke perairan Selat Lombok, Lembar, Lombok Barat. Satu diantaranya yang tercanggih, yakni KRI R.E. Martadinata-331.
Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Laksamana Pertama TNI Rachmad Jayadi mengatakan (6/5/2018), kapal yang dikerahkan untuk meramaikan MNEK 2018 di Lombok tidak hanya kapal misi bantuan kemanusiaan saja, tetapi juga kapal perang untuk kombatan.
KRI R.E. Martadinata yang mulai beroperasi tahun 2017 ini masuk dalam jenis Guided Missile Frigates atau Perusak Kawal Rudal (PKR). Kapal ini merupakan hasil kerja sama alih teknologi antara TNI AL bersama PT PAL dengan galangan kapal Damen Schiede Naval Ship Building (DSNS), Belanda. Penandatanganan kontrak dilakukan oleh Departemen Pertahanan Indonesia dengan DSNS pada 2012 lalu.
Keunggulan utama fregat Kelas SIGMA 10514 ini adalah multimisi. Antara lain, misi peperangan anti kapal permukaan, peperangan anti kapal selam, peperangan anti serangan udara, serta peperangan elektronik. Untuk mendukung hal itu, kapal dilengkapi dengan rudal, torpedo, meriam, dan peralatan elektronik mutakhir.
KRI R.E. Martadinata-331 dilengkapi dengan rudal anti kapal Exocet MM40 Blok 3 (permukaan-ke-permukaan), yang memiliki jangkauan hingga 200 kilometer. Meriam utama OTO Melara 76 mm Super Rapid Gun yang berada di tengah kapal, siap memuntahkan peluru ke arah musuh. OTO Melara dioperasikan secara digital. Selama ini, meriam yang terpasang di kapal TNI AL bertipe compact.
Persenjataan lainnya, yakni rudal anti serangan udara Mica. Rudal berdiameter 160 mm itu dirancang efektif menyergap target sejauh 20-25 kilometer dengan ketinggian 9.144 meter.
Jika rudal mengarah ke RE Martadinata-331, pengecoh rudal Terma SKWS DLT-12T siap membelokkan arahnya. Caranya, dengan mengacaukan sensor rudal musuh, menjammer, hingga mengecoh inframerah dan frekuensi radio yang digunakan rudal.
Meski berada di permukaan air, KRI R.E. Martadinata-331 tidak khawatir terhadap serangan dari bawah laut, Torpedo A-244S yang akan menghancurkannya. Meriam Close in Weapon Systems (CIWS) Millenium 35 mm dapat menangkis serangan udara dan ancaman permukaan jarak dekat.
Kapal kombatan utama TNI AL ini merupakan kapal kelima yang menerapkan teknologi SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach). Teknologi ini memberikan fleksibilitas tinggi dengan biaya produksi yang relatif rendah.
Dengan panjang 105,01 meter, lebar 14,02 meter, dan bobot benaman 2.946 ton, KRI R.E. Martadinata-331 mengadopsi teknologi siluman (stealth). Kapal akan sulit dideteksi sensor kapal musuh.
Untuk mengemudikan kapal berwarna abu-abu itu, Komandan kapal dapat menyetel menuju auto pilot dengan memasukkan track terlebih dulu. Jika pada kecepatan penuh, kapal perang ini mampu melaju pada kecepatan 28 knot.
Dengan teknologi terbaru kapal perang ini, pemerintah telah menghabiskan dana sekitar 340 juta dollar AS. Pengerjaan kapal memakan dana 220 juta dollar AS, sisanya digunakan untuk peralatan di dalam kapal yang menampung 111 kru.
Sejumlah keunggulannya itu membuat kapal ini masuk dalam kategori flagship atau kapal unggulan. KRI bernomor lambung 331 itu namanya diambil dari nama pahlawan nasional, Laksamana Raden Eddy Martadinata, Panglima Angkatan Laut RI tahun 1959.
Resources
- Kompas, Detik, Koarmatim