Selasa, Mei 24, 2016

IHS Jane: TNI Terima Delapan MBT Leopard Revolution

Leopard

TNI AD dikabarkan telah menerima delapan dari 61 Tank Tempur Utama (MBT) generasi ketiga Leopard 2A4. Hal ini diungkapkan oleh eksekutif dari kontraktor pertahanan pertahanan Jerman Rheinmetall, yang belum lama ini berbicara dengan IHS Jane Defense Weekly.

Rheinmetall saat ini sedang dalam proses meng-upgrade 61 MBT Leopard 2 untuk ditingkatkan menjadi Leopard Revolution standard. Leopard Revolution merupakan upgrade khusus untuk perang kota dengan sejumlah modifikasi tertentu dari Leopard 2 sesuai dengan keinginan TNI AD untuk menjadikannya lebih cocok untuk perang kota.

Secara keseluruhan, TNI AD telah memesan 103 Leopard 2A4 bekas pakai, disebut sebagai Leopard 2 RI (Republik Indonesia) yang dilengkapi dengan sistem pendingin udara khusus (bustle-mounted) sesuai dengan iklim tropis Indonesia.

Pengiriman delapan Leopard yang tidak disebutkan waktunya ini hanyalah bagian kecil dari kesepakatan pertahanan Indonesia-Jerman, disamping 103 MBT Leopard, ada juga 42 unit tank tempur infantri Marder 1A3 upgrade, sepuluh kendaraan lapis baja recovery, mobile bridges (jembatan mobil) dan kendaraan enginering yang diambil dari surplus stock Angkatan Darat Jerman. Tank tempur infantri Marder dan sepuluh kendaraan lapis baja recovery dan kendaran enginering, bersama dengan 42 Leopard 2 RI telah diserahkan kepada TNI AD.

Dalam sebuah pernyataan pada November 2013, Rheinmetall menyatakan bahwa sebagai pemasok mereka akan memasok dukungan logisitik, dan amunisi senilai kira-kira EUR216 Juta (USD 290 juta),"berdasarkan kotrak yang ditandatangani pada Desember 2012, yang "sekarang mulai berlaku setelah rampungnya seluruh formalitas hukum."

MBT Leopard 2 diproduksi oleh Krauss-Maffei Wegmann Jerman, namun teknologi fire control dan sistem C4I, serta meriam Smoothbore 20 mm plus amunisi disediakan oleh Rheinmetall.

Menurut IHS Jane's Defense, "kesepakatan itu akan melihat transfer teknologi yang tidak diungkapkan perusahaan Jerman untuk perusahaan spesialis alat tempur darat Indonesia PT. Pindad (Persero) dan TNI-AD’s Ordnance Depot and Signal Corps.”

Pada Mei 2014, Rheinmetall juga menerima kontrak untuk memasok TNI AD dengan simulator meriam dan kemudi, Leopard Gunnery Skills Trainer (LGST) dan Driver Training Simulator (DTS) untuk melatih kru TNI AD untuk pengoperasian MBT Leopard.

Leopard
Leopard Revolution saat Pameran Indo Defence 2012
Kesepakatan senjata Indonesia-Jerman sebenarnya sempat menciptakan kontroversi di dalam negeri Jerman, dimana pengetatan ekspor senjata masih diberlakukan terhadap Indonesia, mengingat Indonesia dituduh sebagai pelanggar HAM. Kekhawatiran Barat terhadap situasi HAM di Indonesia inilah yang menyebabkan Pemerintah Belanda memveto kemungkinan penjualan MBT Leopard surplus Angkatan Darat Belanda untuk TNI AD pada tahun 2012 silam. Berbeda dengan Belanda, Dewan Keamanan Jerman menyetujui kesepakatan penjualan Leopard pada April 2013.

Di masa lalu, Jerman yang merupakan salah satu negara pengekspor senjata terbesar di dunia telah secara informal menerapkan doktrin yang disebut "Genscher", dinamakan dari mantan Menteri Luar Negeri Jeman, yang berpendapat bahwa : "Yang mengapung (kapal perang dll-red) OK. Yang menggulung (kendaran tempur darat-red) Tidak, ketika harus menjual perangkat keras militer ke luar negeri. "

Alasan Genscher sebenarnya sederhana. Dia menilai bahwa jauh lebih sulit menekan populasi dengan kapal ketimbang tank. Sebagai konsekuensinya, penjualan perangkat keras militer sebelumnya yang merupakan ekspor kapal selam atau kapal angkatan laut lainnya kurang menjadi kontroversi ketimbang penjualan platform kendaraan tempur darat seperti tank. (Diplomat)

Image credit 1 : Merdeka
Image kredit 2 : Unknown