Analis intelijen menemukan fakta bahwa Iran sedang membangun kapal induk raksasa replika dari kapal induk nuklir Kelas Nimitz Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), New York Times melaporkan 21 Maret 2014. Fakta ini berdasarkan pencitraan satelit komersial pada galangan kapal Gachin, dekat Bandar Abbas di Teluk Persia, musim panas lalu.
Dari foto-foto yang ditangkap satelit, kapal besar tersebut memiliki bentuk dan gaya yang mirip dengan kapal induk kelas Nimitz. Kapal induk replika ini juga diberi nomor lambung 68 dan bercat putih di dekat haluan layaknya kelas Nimitz. Selain itu juga terlihat adanya pesawat tempur palsu pada dek penerbangannya, Times melaporkan.
Nimitz merupakan salah satu jenis kapal induk terbesar dan terkuat milik AS. Angkatan Laut AS memiliki 10 kapal kapal induk kelas Nimitz, termasuk USS Nimitz, yang merupakan kapal pertama dari kelas Nimitz yang ditugaskan sejak tahun 1975.
Komodor Jason Salata, juru bicara Armada Kelima Angkatan Laut AS di Bahrain, mengatakan kepada Times bahwa kapal induk yang dibangun Iran ini bukanlah kapal induk yang berfungsi, melainkan hanya sebuah tongkang besar yang dibangun agar terlihat seperti kapal induk, tidak memiliki sistem propulsi nuklir dan panjangnya ditaksir hanya sekitar 2/3 dari panjang kapal induk kelas Nimitz yang 332 meter.
Kapal replika dari kapal induk kelas Nimitz. Gambar: Digitalglobe
|
Dari foto-foto yang ditangkap satelit, kapal besar tersebut memiliki bentuk dan gaya yang mirip dengan kapal induk kelas Nimitz. Kapal induk replika ini juga diberi nomor lambung 68 dan bercat putih di dekat haluan layaknya kelas Nimitz. Selain itu juga terlihat adanya pesawat tempur palsu pada dek penerbangannya, Times melaporkan.
Nimitz merupakan salah satu jenis kapal induk terbesar dan terkuat milik AS. Angkatan Laut AS memiliki 10 kapal kapal induk kelas Nimitz, termasuk USS Nimitz, yang merupakan kapal pertama dari kelas Nimitz yang ditugaskan sejak tahun 1975.
Komodor Jason Salata, juru bicara Armada Kelima Angkatan Laut AS di Bahrain, mengatakan kepada Times bahwa kapal induk yang dibangun Iran ini bukanlah kapal induk yang berfungsi, melainkan hanya sebuah tongkang besar yang dibangun agar terlihat seperti kapal induk, tidak memiliki sistem propulsi nuklir dan panjangnya ditaksir hanya sekitar 2/3 dari panjang kapal induk kelas Nimitz yang 332 meter.
"Kami tidak mengerti apa tujuan Iran dengan membangun (replika) ini. Pun seandainya itu adalah bagian dari propaganda, untuk apa?", terang Salata.
Alasan di balik pembangunan kapal induk replika itu masih menjadi misteri, namun muncul teori yang menyatakan bahwa kapal induk itu akan diledakkan dengan rudal untuk tujuan propaganda anti Amerika Serikat. Juga sebagai propaganda untuk perundingan nuklir Iran yang akhir-akhir ini kian intens. Sebelumnya Iran juga telah menggunakan tongkang sebagai target penembakan rudal saat latihan, direkam dan kemudian ditayangkan di media televisi milik pemerintah Iran.
Para pejabat intelijen AS juga tidak meyakini Iran mampu membangun sebuah kapal induk yang sesungguhnya. Namun apapun tujuannya, mereka tetap ingin mengungkap keberadaan, maksud dan tujuan pembangunan replika kapal induk tersebut.
"Tidak mengherankan bila pasukan militer Iran akan menggunakan berbagai macam taktik - termasuk taktik penipuan militer - untuk komunikasi strategis dan menunjukkan eksistensi serta tekad mereka di wilayah tersebut, " kata seorang pejabat AS mengatakan kepada Times.
Seorang ahli Iran di American Enterprise Institute mengatakan, kapal replika itu mengisyaratkan latihan Angkatan Laut Iran kian meningkat dan modern dan kemampuannya untuk menghadapi keunggulan kekuatan Angkatan Laut AS.
"Militer Iran telah berinvestasi besar-besaran dalam meningkatkan kemampuan militernya untuk untuk mencegah operasi besar Angkatan Laut AS di dekat perbatasan mereka,'' kata analis. "Keinginan Iran adalah untuk membuat skenario latihan perang yang lebih realistis. Propaganda tentunya menjadi salah satu motivasi latihan militer Iran, jadi saya tidak terkejut jika mereka menghancurkan kapal induk replika itu," kata analis tersebut.
Menurut seorang pejabat AS, tahun-tahun belakangan ini, Iran banyak melakukan manuver tegas di Teluk Persia. Kapal-kapal mereka sering mengerumuni kapal perang AS yang melewati Selat Hormuz namun hingga saat ini belum ada gangguan dalam operasi AS.
USS Nimitz. Gambar: US Navy
|
Alasan di balik pembangunan kapal induk replika itu masih menjadi misteri, namun muncul teori yang menyatakan bahwa kapal induk itu akan diledakkan dengan rudal untuk tujuan propaganda anti Amerika Serikat. Juga sebagai propaganda untuk perundingan nuklir Iran yang akhir-akhir ini kian intens. Sebelumnya Iran juga telah menggunakan tongkang sebagai target penembakan rudal saat latihan, direkam dan kemudian ditayangkan di media televisi milik pemerintah Iran.
Para pejabat intelijen AS juga tidak meyakini Iran mampu membangun sebuah kapal induk yang sesungguhnya. Namun apapun tujuannya, mereka tetap ingin mengungkap keberadaan, maksud dan tujuan pembangunan replika kapal induk tersebut.
"Tidak mengherankan bila pasukan militer Iran akan menggunakan berbagai macam taktik - termasuk taktik penipuan militer - untuk komunikasi strategis dan menunjukkan eksistensi serta tekad mereka di wilayah tersebut, " kata seorang pejabat AS mengatakan kepada Times.
Seorang ahli Iran di American Enterprise Institute mengatakan, kapal replika itu mengisyaratkan latihan Angkatan Laut Iran kian meningkat dan modern dan kemampuannya untuk menghadapi keunggulan kekuatan Angkatan Laut AS.
"Militer Iran telah berinvestasi besar-besaran dalam meningkatkan kemampuan militernya untuk untuk mencegah operasi besar Angkatan Laut AS di dekat perbatasan mereka,'' kata analis. "Keinginan Iran adalah untuk membuat skenario latihan perang yang lebih realistis. Propaganda tentunya menjadi salah satu motivasi latihan militer Iran, jadi saya tidak terkejut jika mereka menghancurkan kapal induk replika itu," kata analis tersebut.
Menurut seorang pejabat AS, tahun-tahun belakangan ini, Iran banyak melakukan manuver tegas di Teluk Persia. Kapal-kapal mereka sering mengerumuni kapal perang AS yang melewati Selat Hormuz namun hingga saat ini belum ada gangguan dalam operasi AS.