Pembelian SU-27SK and SU-30MKK Flanker-family fighters dari Rusia pada 2003 dan 2007 lalu telah menarik banyak perhatian pengamat militer dunia. Sekarang negara ini akan menambah jet high-end fighter yang jelas harus lebih canggih dari pesawat-pesawat tua dalam armadanya antara lain dengan menambah 24 unit F-16 dari USAF.
ilustrasi SU-27SK |
Seperti pandangan negara lain, F-16 memiliki sejarah suram di angkatan udara Indonesia. Tuduhan pembunuhan massal militer Indonesia dan pelanggaran HAM di Timor-Timur menyebabkan embargo senjata AS pada 1999. Yang akhirnya menyebabkan masalah yang besar bagi F-16 dan pesawat dari USAF lainnya. Yaitu masalah perawatan dan suku cadang dari 12 F-16A/B Block 15s, dan 16 F-5E/F fighters. Embargo AS dicabut pada bulan November 2005, karena kekhawatiran tentang pelanggaran HAM dikalahkan oleh kampanye global melawan terorisme.
F-16 Blue Eagle |
F-5E/F fighters |
Apa yang akan mengawal Republik yang luas ini?
TNI AU sangat mengapresiasi dengan adanya 10 Sukhoi tersebut tapi itu masih jauh dari cukup untuk wilayah Indonesia yang luas. Beberapa F-16 memang sudah sembuh dari "sakit" dan telah ikut berpartisipasi dalam latihan AUSINDO (dengan Australia), tetapi desain F-16 tersebut sudah sangat tua. Begitu pula dengan F-5s, perawatannya agar dapat selalu terbang semakin sulit dan biayanya semakin mahal. Begitu pula pesawat Sub-sonic HAWK209 yang dibeli Indonesia pada tahun 97, yang notabene menjadi tulang punggung armada TNI AU, sudah kurang bisa diandalkan. TNI Au menginginkan lebih dari itu.
HAWK209 |
Indonesia jelas telah bergerak untuk mengatasi masalah tersebut dengan rencana penambahan Sukhoi dari Rusia. Atau juga dengan membeli jet dari Cina seperti JF-17 atau Tejas India. Terkait hal itu, T-50 Golden Eagle Korea juga telah menjadi pilihan Indonesia. Tapi ini masih belum cukup. T-50 adalah jet latih supersonik yang tidak bisa diandalkan pada misi-misi tingkat tinggi seperti yang TNI AU inginkan.
Proyek pengembangan kooperatif jet tempur antara Indonesia dan Korsel memang disinyalir memang akan menghasilkan jet tempur canggih di masa depan, tapi kemungkinan baru akan selesai dan dikirimkan pada tahun 2020 atau lebih, jadi KF-X tidak memecahkan masalah jangka pendek Indonesia.
Proyek pengembangan kooperatif jet tempur antara Indonesia dan Korsel memang disinyalir memang akan menghasilkan jet tempur canggih di masa depan, tapi kemungkinan baru akan selesai dan dikirimkan pada tahun 2020 atau lebih, jadi KF-X tidak memecahkan masalah jangka pendek Indonesia.
Model KF-X |
Apa yang memecahkan masalah jangka pendek Indonesia? yaitu tawaran 24 F-16 eks pakai USAF pada East Asian Summit 2011 lalu. Walaupun second, tapi dengan mesin dan teknologi yang diperbaharui.
Semua ini terlepas dari pro dan kontra pembelian 24 F-16 ex USAF dan isu-isu politik lainnya.
Semua ini terlepas dari pro dan kontra pembelian 24 F-16 ex USAF dan isu-isu politik lainnya.