Selasa, Maret 19, 2013

PT PAL Optimis Bangun Kapal Selam Sendiri

Chang bogo class

Perusahaan galangan kapal terkemuka Indonesia, PT PAL, optimis akan mampu merenovasi bahkan membangun kapal selam sendiri dalam lima tahun ke depan. Tekad itu dibuktikan oleh PT PAL dengan mengikutsertakan karyawannya dalam Transfer of Technology (ToT) pembuatan kapal selam di Korea Selatan.

"Tahun lalu kami sudah mengikuti ToT di Belanda, dan tahun ini ke Korea," ujar Direktur Utama PT PAL Indonesia, Firmansyah Arifin, yang menyebut saat ini karyawannya tengah mengikuti seleksi internal. "Selama ini untuk overhoul kapal selam harus dilakukan di Korea, setiap lima tahun sekali dengan biaya yang cukup besar," kata mantan Direktur Utama PT Dok Perkapalan Surabaya itu.

Optimisme mampu membangun kapal selam sendiri itu diperkuat dengan program pemerintah yang menggelontorkan anggaran melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk pembangunan kapal. Anggaran 150 juta dolar itu tidak hanya untuk membangun kelengkapan militer, tetapi juga doking untuk kapal militer.

Firmansyah optimistis langkah PT PAL sudah tepat. Usai pegawainya selesai mengikuti ToT di Korsel, PT PAL mampu mandiri mendukung langkah strategis pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan kapal, yang akhirnya akan mencegah perputaran uang ke luar negeri.

Terkait kerjasama dengan Korsel, PT PAL akan mengirimkan karyawannya ke Negeri Gingseng tersebut. "Dalam waktu dekat, kami mengirim karyawan untuk bekerja sama dengan Korea membangun kapal selam melalui sistem learning by doing," kata Firmansyah Arifin.

Disebutkan, ada sejumlah karyawan akan dikirim ke Korea Selatan dalam rangka kerjasama memproduksi alutsista. Itu, lanjutnya, melibatkan Kementerian Pertahanan kedua bangsa. Kemenhan, selanjutnya memberi kesempatan kepada PT PAL untuk melaksanakan tugas tersebut.

Sedangkan Humas PT PAL, Bayu Wicaksono, mengungkapkan pengiriman karyawan diawali dengan proses penjaringan. PT PAL sudah memilih karyawan yang layak untuk disertakan dalam transfer pengetahuan di Korea.

"Saat ini DSME Daewoo perusahaan yang ditunjuk pemerintah Korea masih menyeleksi penerimaan. Pengumumannya kami belum tahu, tetapi kuota yang ditetapkan sebanyak 120 pegawai," ungkapnya.

Jumlah itu akan dikirim dalam beberapa gelombang. Selama di Korea karyawan PT PAL mendapat tugas melakukan alih teknologi untuk membangun kapal selam untuk kebutuhan TNI-AL.

PT PAL menyebut, informasi dari Kemenhan RI, sebanyak tiga kapal selam akan dimiliki TNI-AL. Dua kapal selam dengan type DSME 209 dibangun di Korea, sedangkan satu kapal selam lainnya dibangun di Surabaya oleh PT PAL.

"Ini adalah pengalaman pertama kami membangun kapal selam, setelah sebelumnya kami berpengalaman meng-overhaul dua kapal selam KRI Cakra dan KRI Nanggala," jelasnya.

Kapal selam yang akan dibangun PT PAL dilakukan setelah dua kapal selam selesai dibangun di Korea. Karena seluruh komponen dan teknologi yang dijalankan di Korea akan diwujudkan di Indonesia. "Karyawan kami tidak membangun on table, tetapi langsung praktek merakit kapal selam. Dari hasil praktek itu akan diimplementasikan saat membangun di Surabaya," jelasnya.

Sebelumnya PT PAL Indonesia ditunjuk Kementerian Pertahanan membangun kapal militer dengan Belanda dan Korsel. Kerjasama membangun Kapal Cepat Rudal (KCR) dengan Belanda telah selesai. Kini giliran dengan Korea untuk membangun kapal selam.
 
Jangan Setengah Hati Membangun Teknologi

Ketangguhan pertahanan negara menjadi refleksi kemapanan industri strategis berbasis pertahanan yang dimiliki. Semakin berkembang industri pertahanan suatu negara, maka semakin tangguhlah negara itu. Indonesia sendiri memiliki industri pertahanan, antara lain PT DI, PT PAL, PT LEN, dan PT Pindad. Perusahaan-perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini seperti "hidup segan, mati tak mau".

Dalam kurun lima tahun terakhir, penjualan industri pertahanan sulit mencapai target 80 persen, apalagi 100 persen. Keuntungan yang diperoleh pun masih kecil, bahkan di antara unit bisnis itu masih merugi. Artinya, peran industri pertahanan guna menopang pertumbuhan ekonomi dan pertahanan negara Indonesia juga masih minim.

"Sangat ironi, sedemikian pentingnya sektor industri strategis bagi sebuah negara, tapi yang kita miliki terus terpuruk dalam 10 tahun terakhir," ujar Koordinator Staf Pribadi (Koorspri) Panglima TNI, Kolonel Laut (S) Ivan Yulivan, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Peraih predikat cumlaude program doktor manajemen bisnis Universitas Padjajaran ini memastikan peran industri pertahanan sangat penting. Hasil penelitiannya, industri pertahanan bisa jadi pondasi pembangunan ekonomi serta menjaga stabilitas keamanan dan pertahanan negara.

Pemangku kepentingan di Indonesia seperti tak menyadari negeri ini memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar. Atau sebaliknya menyadari, pengambil kebijakan politik di level eksekutif dan legislatif, termasuk pelaku usaha industri pertahanan masih setengah hati. "Kemampuan yang dimiliki tak disinergikan," ujar Ivan.

Bukan sekedar mimpi jika industri pertahanan dalam negeri memiliki kreasi dan ikon baru. Ivan optimis Indonesia akan berubah wujud menjadi sebuah negara yang disegani dunia internasional, apabila mampu menciptakan peralatan perang berteknologi tinggi dan tangguh. Setahap demi setahap, beberapa industri pertahanan dalam negeri sudah mengarah kesana. Semakin gencar mengembangkan inovasi-inovasi baru dengan pengembangan sendiri atau pengembangan lebih lanjut dari hasil transfer teknologi dari negara lain.

Sumber : Vivanews / Suara Karya
Kredit foto : www.naval.com.br