Sabtu, Desember 22, 2012

Pembelian PKR dari Belanda Merugikan Indonesia?

PKR Sigma

Beberapa analis pertahanan Indonesia menilai  kontrak pembelian kapal perusak kawal rudal (PKR) dengan galangan Damen Schelde Belanda merugikan Indonesia dalam hal ini PT PAL. Dari kontrak sebesar 220 juta dolar AS, PT PAL hanya mendapat jatah dari nilai proyek sebesar 3 persen dari kesepakatan pengerjaan 25 persen di Indonesia. Namun hal ini dibantah oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan).

Seperti yang diungkapkan Sekjen Kemhan Marsekal Madya Eris Herryanto, pihaknya mengirim 250 teknisi PT PAL ke Damen Schelde Belanda untuk bergabung dalam pembuatan kapal PKR tersebut. Hal ini diungkapkannya seusai pertemuan General Border Committee RI-Malaysia di Jakarta, Kamis, 20 Desember 2012.

“Tidak bisa dihitung dari nilai uang yang diterima PT PAL sebesar 3 persen dari 220 juta dolar AS. PT PAL dengan 250 teknisinya juga terlibat dalam pembangunan kapal di Belanda. Itu nilainya besar, tidak bisa dihitung semata dari pengerjaan berapa dolar AS di Surabaya,” imbuh Eris.

Pemilihan galangan Damen Schelde memang sudah sesuai prosedur. Damen Schelde dari Belanda mengalahkan kompetitor lainnya Rosoboron dari Rusia dan Orizonte dari Italia. Dengan nilai anggaran 220 juta dolar AS baru bisa membeli kapal sebagai platform dan meriam permukaan sehingga belum dilengkapi peluncur rudal dan tabung torpedo, pungkas Eris.

Tubagus Hasanudin, anggota Komisi I DPR yang mengurusi bidang pertahanan, mengkritik pembelian PKR dari Damen Schelde yang menurutnya penuh keganjilan. “Kapal sejenis dengan harga 220 juta dollar AS dari Orizonte (Italia) sudah dilengkapi peluncur rudal dan torpedo. Italia juga setuju 100 persen membangun kapal PKR tersebut di galangan PT PAL Surabaya sehingga transfer teknologi (ToT) lebih besar skalanya yang diterima Indonesia,“ kata Hasanudin.

Sumber: Kompas
Kredit Foto: Defense Studies