Kamis, Desember 20, 2012

Latihan Air Refueling Elang Khatulistiwa

Selama 3 (tiga) hari kedepan Skadron Udara 1 Lanud Supadio melaksanakan Latihan Pengisian Bahan Bakar di Udara (Air Refueling). Latihan ini didukung oleh 1 (satu) pesawat Hercules A- 1310 dengan pilot Mayor Pnb Reza dengan 13 kru dari Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Selasa, 18 Desember 2012.

Komandan Lanud Supadio Kolonel Penerbang Ir. Novyan Samyoga mengatakan Latihan Air Refueling merupakan latihan yang sangat penting sekali guna meningkatkan profesional dan skill bagi seorang penerbang pesawat tempur. Karena latihan ini diperlukan bila seorang penerbang sedang melaksanakan operasi pertempuran di udara atau akan menyerang ke sasaran musuh yang letaknya cukup jauh dari home base (pangkalan). Dan apabila pesawat tempur tersebut memerlukan pengisian bahan bakar (fuel) maka tidak perlu kembali  ke home basenya namun dapat mengisi bahan bakar di udara.

Air refueling pesawat TNI
Air Refueling
Sedangkan Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Radar Suharsono, menambahkan dengan mengisi bahan bakar di udara juga dapat menghemat waktu sehingga  penyerangan ke daerah musuh dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Meskipun demikian, untuk melaksanakan latihan air refueling ini tidaklah mudah karena dibutuhkan ketepatan, ketelitian, kecakapan seorang penerbang dan tentunya mempunyai jam terbang yang memadai.

Pengertian Air Refueling

Nama asli dari kegiatan ini adalah Aerial refueling, namun sering juga disebut air refueling, in-flight refueling (IFR), air-to-air refueling (AAR) atau tanking. Merupakan suatu proses memindahkan bahan bakar dari satu pesawat (tangker) ke pesawat lain (penerima) saat melakukan penerbangan.

Prosedur ini menjadikan pesawat penerima untuk terbang lebih lama, menambah jarak jangkau atau waktu operasinya. Karena pesawat penerima bisa menambah bahan bakar di udara, pengisian bahan bakar di udara dapat memungkinkan pesawat lepas landas dengan muatan tambahan seperti senjata, kargo atau personel; dan berat maksimum lepas landas dapat diatasi dengan mengurangi bahan bakar dan mengisinya kembali di udara. Alternatifnya, jarak tempuh di landasan pacu dapat dikurangi saat lepas landas karena beban yang lebih ringan saat lepas landas.

Dua sistem utama pengisian bahan bakar di udara adalah satelit dan parasut, yang lebih mudah diadaptasi pesawat yang sudah ada, dan boom terbang, yang menawarkan kecepatan pemindahan bahan bakar lebih besar, namun membutuhkan operator stasiun khusus.

Umumnya, pesawat penyedia bahan bakar dirancang khusus untuk tugas tersebut, msekipun peralatan pengisian bahan bakar dapat dipasang di pesawat yang sudah ada jika yang digunakan sistem satelit dan parasut. Biaya untuk memperoleh peralatan pengisian bahan bakar di pesawat tangker dan penerimanya dan penanganan khusus pada pesawat yang melakukan pengisian bahan bakar (bekerja dalam formasi penerbangan yang sangat dekat) membuat aktivitas ini hanya bisa digunakan pada operasi militer.

Saat ini belum pernah dijumpai aktivitas pengisian bahan bakar di udara pada penerbangan sipil reguler. Pernah dilakukan oleh Inggris pada pesawat sipil Trans-Atlantik sesaat sebelum Perang Dunia II pecah namun dalam skala yang terbatas. Setelah itu, air refueling tidak pernah dilakukan lagi untuk pesawat sipil.