Senin, Desember 24, 2012

Filipina Terima 2 Helikopter Sokol dari Polandia

W-3 Sokol
W-3 Sokol dengan konfigurasi tempur
Pabrikan PZL-Swidnik SA Polandia telah menyampaikan batch kedua pengiriman helikopter Sokol dengan konfigurasi tempur untuk Angkatan Udara Filipina.

Filipina total memesan 8 unit helikopter Sokol kepada Polandia. Batch pertama terdiri dari empat helikopter yang telah dikirimkan oleh PZL-Swidnik pada bulan Februari lalu. Batch kedua (sekarang) terdiri dari dua helikopter dan batch ketiga (sisa 2) akan dikirimkan pada tahun 2013.

"Pengiriman ini menandai sebuah tonggak penting program untuk keduanya yaitu PZL-Swidnik dan Angkatan Udara Filipina," kata Nicola Bianco, managing director PZL-Swidnik SA. Dilanjutkannya, kemampuan yang luar biasa dari helikopter Sokol dan kemampuannya untuk melakukan berbagai peran akan lebih meningkatkan kemampuan Angkatan Udara Filipina.

W-3 Sokol adalah helikopter serbaguna yang diperkenalkan pada tahun 1985. Heli ini memiliki kecepatan jelajah 148 mil/jam, jangkauan 463 mil dan service ceiling sekitar 16.000 kaki. Empat militer di dunia (termasuk Filipina) telah mengoperasikan helikopter ini. Selain itu heli ini juga dioperasikan oleh lima lembaga hukum internasional.

Angkatan Udara Filipina sering dijuluki sebagai Angkatan Udara Helikopter. Dijuluki dengan ini bukan tanpa alasan, ini karena ketiadaan sebuah jet tempur pun untuk menjaga wilayah udaranya. Berbagai faktor telah menyebabkan minimnya kekuatan tempur udara negara ini, terutama masalah keuangan.

Arsip Angkatan Udara menunjukkan bahwa pada tahun 1965 Amerika Serikat menyediakan 30 jet tempur supersonik F-5A/B kepada Filipina, menjadikan Filipina sebagai salah satu negara pertama di dunia yang memperoleh jet tempur buatan AS. Pada tahun 1979 Angkatan Udara Filipina membeli 25 jet tempur Crusader F-8 dan beberapa helikopter dari Amerika Serikat, namun karena faktor usia dan kurangnya suku cadang F-8 dan F-5 yang dihentikan pada tahun 1988 dan 2005, menjadikan Angkatan Udara Filipina tanpa jet tempur untuk menjaga wilayah udaranya. Akibatnya, kemampuan pertahanan udara negara Filipina praktis menjadi nol.

Tahun lalu Filipina berharap unuk mendapatkan 12 unit pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari AS, namun sepertinya belum ada tindak lanjut mengenai hal ini. Miris bagi Filipina disaat mereka harus menghadapi kekuatan China mengenai wilayah yang disengketakan antara keduanya.