Selasa, Oktober 02, 2012

Apache, Super Cobra dan Black Hawk Menjadi Pertimbangan TNI

Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan untuk membeli salah satu dari tiga jenis helikopter serang untuk melengkapi alutsista TNI. Ketiga jenis helikopter serang itu yaitu Apache, Super Cobra, atau Black Hawk. Pertimbangan ini muncul karena harga Apache yang terlalu mahal dan pemerintah mencari sejumlah alternatif sebagai perbandingan.

Faktor yang menjadi pertimbangan utama untuk memilih yakni harga. "Semuanya belum final, kami belum menentukan yang mana karena berkaitan dengan kebijakan DPR. Ada beberapa heli yang kami pilih, diantaranya Apache, Super Cobra, dan Black Hawk," kata Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 2 Oktober 2012.

Apache AH-64D
Apache AH-64D
[Foto:Militaryphotos]

Untuk Super Cobra, kata Pramono, ditawarkan dengan harga US$15 juta. Heli tersebut juga buatan AS dengan spesifikasi 45 persen sama dengan Apache, tetapi kemampuannya masih di bawahnya. Kemudian Black Hawk menjadi pilihan terakhir, yang dulunya heli serbu atau angkut, kemudian dikembangkan menjadi helikopter serang. Pramono tidak menyebutkan berapa harga heli Black Hawk yang terkenal di film "Black hawk Down" itu.

"Kami ingin bandingkan dengan beberapa jenis helikopter lain yang mungkin walaupun kemampuan dan kualitasnya lebih rendah dari Apache, tapi kita bisa dapatkan lebih (banyak)," kata Purnomo.

Edhie menambahkan, Apache memang menjadi prioritas pertama pihaknya. Menurut dia, sudah ada pembicaraan dengan pihak AS mengenai harga. Namun, harga yang ditawarkan berubah-ubah dari sebesar Rp 25 juta dollar AS per unit, lalu Rp 30 juta dollar AS per unit.

Jadi, kata Edhie, pembelian Apache ini tergantung dari dana yang diserap. Pramono juga mengungkapkan alasan mengapa TNI harus memiliki helikopter serang. Menurutnya, helikopter serang diperlukan untuk perlindungan darat. "Jadi, andai kami mau melakukan pergerakan, heli ini yang melindungi tank dari udara," katanya.


Tanggapan DPR

Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq meminta pemerintah menjelaskan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton bahwa Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari AS. Hal itu diungkap Hillary setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Washington.

Masalahnya, Komisi I DPR tak tahu soal rencana pembelian Apache lantaran tidak pernah ada penyampaian dari pemerintah, baik dalam pertemuan formal maupun informal. Komisi I baru tahu setelah muncul dalam pemberitaan.

Boeing CH-47 Chinook
[Foto: Airliner]

Alasan Purnomo, pihaknya memang ingin membeli helikopter serang. Alasannya, negara-negara tetangga sudah memperkuat alutsista dengan membeli helikopter Apache. Hanya saja, menurut dia, rencana itu masih terlalu dini untuk disampaikan kepada DPR lantaran masih mempertimbangkan banyak hal, khususnya harga.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, mengatakan jenis pesawat yang paling dibutuhkan Indonesia saat ini adalah jenis pesawat angkut, pesawat tempur, dan pesawat angkut multi fungsi yang bisa dipakai untuk penanggulangan bencana. "Kalau saya lihat, kebutuhan jangka panjang pesawat Chinook masih dibutuhkan," ujarnya.

Mahfudz menduga Amerika mempunyai kepentingan untuk memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia. "Dan ingin memastikan Indonesia membeli helikopter Apache dari mereka, tapi persetujuan itu tidak mengikat, pemerintah tetap terbuka melihat pilihan-pilihan lain," ungkapnya.