Sabtu, September 08, 2012

7 Triliun, Kontrak Terbesar dalam Sejarah PT DI

CN 295

Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengemukakan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah mendapatkan proyek senilai Rp 7 triliun yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tiga tahun. Ia mengatakan, Jumat, bahwa PT DI mengakui dalam sejarah PTDI  belum pernah mendapatkan pekerjaan sebanyak itu.

Pesanan berdatangan dari luar negeri baik untuk pesawat terbang maupun komponen pesawat. Proyek itu meliputi pembuatan pesawat jenis sayap tetap CN-212, 68 helikopter serta pembuatan komponen pesawat komersial untuk Airbus A320, A330, A340, A350 dan A380 (Pesawat komersial terbesar di dunia).

"Jadi kalau lihat pesawat Airbus A380 yang gagah itu, bagian dari sayapnya buatan Bandung dengan kontrak 'lifetime'," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (7/9).

Dahlan mengklaim, sepanjang perusahaan Airbus masih aktif, maka diperkirakan Airbus akan terus memesan komponen maupun pesawat dari PT DI. Bahkan, nilai kontrak pembuatan komponen telah mencapai 25 persen dari keseluruhan omzet PT DI.

Selain Airbus, PT DI juga menjadi subkontrak dari Boeing. Dalam kerja sama ini, pihak Boeing di Amerika Serikat memesan komponen dari Korea dan pemasok dari Korea menginginkan komponen buatan PT DI. Saat ini, ada ribuan komponen pesawat dengan bentuk lebih kecil.

Dahlan menyebutkan, PT DI juga akan menerima pekerjaan pembuatan pesawat dari Spanyol. Pihak Spanyol akan mengirimkan beberapa komponen pesawatnya ke PTDI. Saat ini, terdapat 25-50 insinyur PT DI yang tengah berada di Spanyol untuk mendalami teknologi pembuatan CN-295.
"Saya cek pinjaman ke BRI itu lancar atau tidak. Ternyata lancar sekali. Ke depannya, PT DI akan terus melakukan pinjaman perbankan karena proyek yang diperolehnya"
Menyoal tambahan modal dari pemerintah, Dahlan menuturkan bahwa pemerintah sudah memberikan suntikan modal sekitar Rp1 triliun tahun lalu untuk PT DI. Saat ini, neraca keuangan perseroan menjadi baik dan layak mendapatkan pinjaman.

Seiring membaiknya neraca, PT DI mendapatkan pesanan dari Kementerian Pertahanan, namun dana Kemenhan baru menunggu pengucuran dari APBN. Untuk merealisasikan proyek tersebut, PT DI disetujui untuk mencari pinjaman senilai Rp1 triliun.

"Saya cek pinjaman ke BRI itu lancar atau tidak. Ternyata lancar sekali. Ke depannya, PT DI akan terus melakukan pinjaman perbankan karena proyek yang diperolehnya," ucapnya.

[REPUBLIKA/METROTV]