Jumat, Agustus 10, 2012

Perang Cyber AS Terhadap Iran Telah Dimulai

Perang Cyber AS terhadap Iran

Perang cyber AS terhadap program nuklir Iran mungkin baru saja dimulai dan ini bisa meningkat menjadi ledakan sesungguhnya yang terpicu oleh sabotase digital. Meskipun rezim Iran masih rentan terhadap serangan cyber yang lebih luas dampaknya seperti worm "Stuxnet" yang mengganggu keberlangsungan pengayaan uraniumnya, tapi Teheran saat ini mungkin telah menerima bantuan proxy dari Rusia untuk keamanan digital mereka, beberapa analis mengatakan.

Program nuklir Iran "benar-benar tidak terlindung dengan baik" dari serangan digital dan Iran akan kesulitan untuk menjaga upaya pengayaan uraniumnya dengan tetap menggunakan perangkat lunak yang sudah rusak, kata David Albright, Presiden Institut Sains dan Keamanan Internasional AS.

"Dengan Stuxnet, mereka telah kehilangan waktu 1 tahun (mundur 1 tahun) dan itu menyebabkan banyak kebingungan. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya menimpa mereka, "katanya. "Sepertinya ini masih merupakan cara yang layak untuk mengganggu program nuklir mereka."

Amerika Serikat, yang dituding sebagai dalang dari operasi Stuxnet bersama dengan Israel, mempunyai alasan tersendiri yaitu untuk menekan majunya nuklir dengan kampanye cyber untuk melemahkan ambisi atom Iran, menurut analis.

Serangan cyber berikutnya, mungkin dalam kombinasi dengan spycraft, bisa menonaktifkan valve atau mengeluarkan perintah yang salah yang dapat menyebabkan ledakan di situs-situs Iran yang sensitif. Albright mengatakan, "Saya berharap lebih banyak fasilitas yang dapat diledakkan." Sebuah ledakan besar di pabrik rudal di Iran pada bulan November memicu spekulasi bahwa insiden itu adalah hasil dari sabotase.

"Banyak kemungkinan penyebab ledakan tersebut, bisa jadi suatu pihak mengrimkan sebuah tim untuk mengubah sistem di pabrik rudal Iran tersebut agar rentan, lalu kemudian menggunakan senjata maya di kemudian hari sebagai pemicu ledakannya," kata David Lindahl, Insinyur peneliti di Badan Penelitian Pertahanan Swedia.
"Malware Stuxnet berisi kode berbahaya yang menyebabkan sentrifugal yang digunakan untuk memperkaya uranium terlepas dari kontrol"
Sebuah teknik baru serangan cyber dapat dilakukan dengan memasukkan hardware dengan chip yang telah terinfeksi ke dalam suatu proses industri, bisa melalui agen atau karyawan yang ditipu/disogok atau dengan menembus perangkat lunak diagnostik yang digunakan untuk mengukur pengayaan uranium atau pekerjaan lain, kata Lindahl.

Tetapi beberapa ahli keamanan cyber menduga proxy Rusia tersebut dapat membantu sistem pertahanan digital Iran dan mungkin bisa digunakan Teheran untuk melacak asal virus Stuxnet.

"Hal yang salah kita perhitungkan dalam virus Stuxnet adalah adanya bantuan dari Rusia," kata James Lewis, senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional. "Sebelumnya Iran tidak akan pernah tahu tentang hal ini," kata Lewis, mantan pejabat Departemen Luar Negeri dan Perdagangan AS.

Serangan Cyber Masih Efektif untuk Iran

Malware Stuxnet sangatlah rumit, menggunakan thumb drive, berisi kode berbahaya yang menyebabkan sentrifugal yang digunakan untuk memperkaya uranium terlepas dari kontrol. Lalu Stuxnet ini mengirimkan informasi ke operator uranium bahwa sentrifugal masih beroperasi secara normal.

Setelah malware semacam ini ditemukan pada tahun 2010 lalu, setidaknya sudah seribu sentrifugal Iran telah dirusak dan analis memperkirakan program nuklir Teheran telah mengalami kemunduran setidaknya 1 tahun.

Dengan melampaui batas-batas perang cyber, Amerika Serikat telah menempatkan dirinya terbuka untuk pembalasan atas hal ini. Namun para pejabat AS jelas sudah menyadari hal ini, ini lebih baik daripada memerangi Iran secara langsung.

"Serangan bom mungkin akan meledakkan wilayah pengayaan uranium Iran tersebut, tapi akan menimbulkan konflik yang lebih besar dengan Iran dan itu akan menjadi sangat kacau," kata Lewis. "Cyber?? ini jauh lebih bersih."

Seorang petinggi AS yang tidak disebutkan namanya mengakui kepada The New Tork Times bahwa AS dan Israel memang berada di balik operasi digital terhadap Iran, serangan cyber tidak seperti serangan udara, "ini masih lebih masuk akal," katanya.

Worm Stuxnet, Malware Unik

Worm Stuxnet membuat terobosan baru dengan berhasil membajak program yang dirancang untuk mengontrol pembangkit listrik dan sistem industri besar lainnya, kata Sean McGurk, seorang konsultan yang sebelumnya memimpin upaya keamanan Cyber di Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.

"Stuxnet memiliki kemampuan dekstruktif dan itulah yang membuatnya unik," katanya. Virus super pun tidak bisa mencari target tertentu sementara harus menghindari sistem lain yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditargekan. "Hampir semua serangan cyber merusak semua sistem terkait, tapi Stuxnet seperti peluru yang yang sudah ditulis nama seseorang di atasnya," kata Lindahl.

"Kembali menyerang Iran dengan Stuxnet atau virus sejenis akan jauh lebih sulit, karena Iran saat ini telah mengoptimalkan semua sumber dayanya untuk mencoba, menghentikan dan menangkal serangan tersebut," tambahnya. Tapi tetap saja mencegah lebih sulit daripada menyerang. "Bek perlu menjaga semua wilayahnya, sedangkan striker hanya memerlukan 1 tujuan yaitu menjebol gawang."