Rabu, Juli 04, 2012

Taiwan Kehilangan Komputer di Kapal Siluman

Militer Taiwan mengatakan bahwa beberapa hari lalu mereka kehilangan sebuah komputer rahasia dari kapal perang "siluman" mereka, kekhawatiran pun memuncak bila komputer tersebut jatuh ke tangan China.

Laptop, yang dipasang on-board pada kapal kawal rudal "Kuang Hua 6", hilang pada akhir bulan lalu saat kapal itu berlabuh di pelabuhan selatan Tsoying, pangkalan angkatan laut terbesar Taiwan, kata pihak militer.

Kuang Hua
Kapal kawal rudal Kuang Hua

Setelah dilakukan penyelidikan awal, angkatan laut Taiwan masih belum bisa menjelaskan bagaimana komputer tersebut hilang. "Kami mengakui bahwa angkatan laut menunjukkan kelemahan dalam kontrol personil," kata seorang juru bicara angkatan laut Taiwan dan menambahkan bahwa jaksa militer telah mengambil alih penyelidikan kasus ini.

Laptop ini merupakan milik kontraktor swasta, tapi telah dipasang di atas kapal untuk jangka waktu enam bulan selama awak kapal melakukan uji prosedur dan peralatan komunikasi rahasia. "Jika China memperoleh laptop itu, China akan mendapatkan kode yang sangat sensitif dari komunikasi angkatan laut serta data rudal yang terkait," kata Erich Shih, seorang editor di majalah pertahanan internasional Taipei.

Angkatan laut Taiwan pada tahun 2010 memasukkan ke dalam layanan mereka kapal kawal rudal Kuang Hua 6, hal ini dilihat oleh petinggi militer Taiwan sebagai peningkatan besar dari kapal Seagull yang telah mereka operasikan selama 20 tahun terakhir.
"Kapal kawal rudal Kuang Hua dilengkapi dengan teknologi stealth (siluman), yang memungkinkan mereka untuk mengurangi risiko terdeteksi oleh radar"
Kapal kawal rudal Kuang Hua dilengkapi dengan teknologi stealth (siluman), yang memungkinkan mereka untuk mengurangi risiko terdeteksi oleh radar, kata angkatan laut. Masing-masing dari kapal Kuang Hua bersenjatakan empat rudal kapal-ke-kapal Hsiungfeng II yang dikembangkan secara lokal dan memiliki jangkauan 90 mil (150 km).

Taiwan dan China telah dipimpin oleh pemerintahan yang berbeda sejak perang sipil berakhir pada tahun 1949, namun Beijing sampai saat ini masih menganggap pulau Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang menunggu reunifikasi.

Ketegangan sempat mereda sejak Presiden Ma Ying-jeou berkuasa tahun 2008 yang menekankan program perdagangan dan pariwisata dengan China, tetapi China masih belum "dingin" dan tetap ingin menggunakan kekuatan terhadap Taiwan.