Cina tampaknya telah kembali berhasil mengkloning Sukhoi SU-30MK2 Rusia, jet tempur Cina hasil kloningan tersebut dinamai J-16. Cina mengklaim bahwa pesawat tempur J-16 ini adalah murni rancangan Cina sendiri. Berbagai foto pesawat tempur J-16 yang "tidak sah" tersebut sudah muncul, baik itu melalui kamera ponsel maupun internet. Sangat terlihat jelas bahwa J-16 adalah kloningan dari Sukhoi SU-30MK2.
Rusia dan China memang telah bersama-sama mengembangkan Sukhoi SU-30 versi 2 kursi, seperti halnya Sukhoi 30MKK di akhir tahun 1990 an lalu versi upgradenya yaitu Sukhoi SU-30MK2. Cina telah menerima sekitar seratus SU-30MK2 dari Rusia, tapi sekarang muncul J-16 yang sangat identik dengan SU-30MK2.
Jenis pencurian teknologi terang-terangan seperti ini bukanlah hal baru bagi Cina. Sebelumnya Cina juga telah pernah melakukannya pada Sukhoi SU-27, yaitu jet tempur J-11 Cina. Plagiarisme ini telah menjadi sumber perselisihan antara Rusia dan Cina selama hampir 1 dekade. Awalnya, semuanya dimulai secara resmi dalam kerjasama Rusia dan Cina pada tahun 1995, ketika itu Cina membayar kepada Rusia sebesar 2,5 miliar dolar untuk hak membuat sendiri Sukhoi SU-27. Dengan ketentuan Rusia yang memasok mesin dan perangkat elektronik dan Cina membuat komponen lain yang sesuai dengan rencana dan spesifikasi Rusia. Tapi setelah 95 pesawat dibuat, Rusia membatalkan perjanjian. Mereka mengatakan bahwa Cina menggunakan pengetahuan Rusia dalam membuat SU-27 tersebut untuk membuat pesawat mereka sendiri yaitu J-11. Rusia merasa tidak tenang dengan masalah pembajakan oleh Cina itu dan memperingatkan Cina bahwa tidak boleh membuat pesawat sekelas SU-27 dengan menggunakan teknologi Rusia. Ternyata Cina tidak setuju dengan tuduhan Rusia atas pencurian teknologi tersebut dan Cina tetap melanjutkan program J-11 yang mereka klaim dibuat dengan teknologi mereka sendiri.
J-11 diyakini menggunakan teknologi yang lebih baik dan modifikasi-modifikasi yang berbeda lainnya. Cina telah mampu memproduksi sebagian besar komponen dari J-11, bagian utama yang masih harus mengimpor adalah mesin. Cina yakin akan bebas dari ketergantungan pada Rusia untuk mesin jet tempur dalam 5-10 tahun mendatang. Saat ini Cina mengimpor 2 jenis mesin jet tempur Rusia, yaitu tipe AL-31 untuk SU-27/30, J11 dan J10 (3,5 juta dolar) dan RD-93 (dipakai MiG-29 RD-33) untuk JF-17 (Jenis F-16 yang dikembangkan Cina dengan Pakistan) dengan besaran biaya 2,5 juta dolar.
Meskipun sengketa pencurian teknologi terus berlanjut, tapi Rusia masih tetap menjual mesin jet tempur ke Cina bahkan untuk pesawat "salinan ilegal" dari pesawat Rusia. Pada tahun 2008 lalu, Cina telah sepakat untuk menghentikan dalam mencuri teknologi militer Rusia tapi kemudian diabaikan oleh Cina. Cina menyangkal tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa teknologi yang digunakan untuk pesawat-pesawat tempur mereka adalah teknologi mereka sendiri.
Sukhoi SU-30MK2 adalah pesawat tempur bomber 34 ton yang mirip dengan F-15E Amerika. Sukhoi SU-30MK2 dapat membawa 8 ton bom dan rudal pintar. SU-30MK2 dapat mengisi bahan bakar di udara dan dapat dioperasikan secara over land dan open water. Angkatan Laut Cina telah mengoperasikan 24 SU-30MK2 dan beberapa J-16 juga telah dibuat.
Rusia dan China memang telah bersama-sama mengembangkan Sukhoi SU-30 versi 2 kursi, seperti halnya Sukhoi 30MKK di akhir tahun 1990 an lalu versi upgradenya yaitu Sukhoi SU-30MK2. Cina telah menerima sekitar seratus SU-30MK2 dari Rusia, tapi sekarang muncul J-16 yang sangat identik dengan SU-30MK2.
J-16 Cina |
Sukhoi SU-30MK2 Indonesia |
Jenis pencurian teknologi terang-terangan seperti ini bukanlah hal baru bagi Cina. Sebelumnya Cina juga telah pernah melakukannya pada Sukhoi SU-27, yaitu jet tempur J-11 Cina. Plagiarisme ini telah menjadi sumber perselisihan antara Rusia dan Cina selama hampir 1 dekade. Awalnya, semuanya dimulai secara resmi dalam kerjasama Rusia dan Cina pada tahun 1995, ketika itu Cina membayar kepada Rusia sebesar 2,5 miliar dolar untuk hak membuat sendiri Sukhoi SU-27. Dengan ketentuan Rusia yang memasok mesin dan perangkat elektronik dan Cina membuat komponen lain yang sesuai dengan rencana dan spesifikasi Rusia. Tapi setelah 95 pesawat dibuat, Rusia membatalkan perjanjian. Mereka mengatakan bahwa Cina menggunakan pengetahuan Rusia dalam membuat SU-27 tersebut untuk membuat pesawat mereka sendiri yaitu J-11. Rusia merasa tidak tenang dengan masalah pembajakan oleh Cina itu dan memperingatkan Cina bahwa tidak boleh membuat pesawat sekelas SU-27 dengan menggunakan teknologi Rusia. Ternyata Cina tidak setuju dengan tuduhan Rusia atas pencurian teknologi tersebut dan Cina tetap melanjutkan program J-11 yang mereka klaim dibuat dengan teknologi mereka sendiri.
J-11 diyakini menggunakan teknologi yang lebih baik dan modifikasi-modifikasi yang berbeda lainnya. Cina telah mampu memproduksi sebagian besar komponen dari J-11, bagian utama yang masih harus mengimpor adalah mesin. Cina yakin akan bebas dari ketergantungan pada Rusia untuk mesin jet tempur dalam 5-10 tahun mendatang. Saat ini Cina mengimpor 2 jenis mesin jet tempur Rusia, yaitu tipe AL-31 untuk SU-27/30, J11 dan J10 (3,5 juta dolar) dan RD-93 (dipakai MiG-29 RD-33) untuk JF-17 (Jenis F-16 yang dikembangkan Cina dengan Pakistan) dengan besaran biaya 2,5 juta dolar.
Meskipun sengketa pencurian teknologi terus berlanjut, tapi Rusia masih tetap menjual mesin jet tempur ke Cina bahkan untuk pesawat "salinan ilegal" dari pesawat Rusia. Pada tahun 2008 lalu, Cina telah sepakat untuk menghentikan dalam mencuri teknologi militer Rusia tapi kemudian diabaikan oleh Cina. Cina menyangkal tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa teknologi yang digunakan untuk pesawat-pesawat tempur mereka adalah teknologi mereka sendiri.
Sukhoi SU-30MK2 adalah pesawat tempur bomber 34 ton yang mirip dengan F-15E Amerika. Sukhoi SU-30MK2 dapat membawa 8 ton bom dan rudal pintar. SU-30MK2 dapat mengisi bahan bakar di udara dan dapat dioperasikan secara over land dan open water. Angkatan Laut Cina telah mengoperasikan 24 SU-30MK2 dan beberapa J-16 juga telah dibuat.