Senin, Juli 23, 2018

Pasca Bertemu AS, Rusia Pamerkan Senjata-Senjata Mengerikan

Rusia sengaja memamerkan senjata-senjata mengerikannya di saat mereka melakukan pembicaraan dengan AS terkait kontrol senjata.

Rudal balistik Rusia

Kementerian Pertahanan Rusia telah merilis video berbagai kendaraan peluncur nuklir strategis baru yang Presiden Rusia Vladimir Putin umumkan pada awal Maret lalu.

Video ini dirilis hanya beberapa hari setelah Putin bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Helsinki dalam pertemuan puncak pada 16 Juli.

Rusia merilis video baru tentang rudal balistik antar-benua RS-28 Sarmat, rudal jelajah tenaga nuklir Burevestnik, rudal aerobalistik hipersonik Kh-47M2 Kinzhal, torpedo nuklir Poseidon, kendaraan peluncur hipersonik Avangard dan senjata laser Peresvet.

Rusia sengaja memamerkan senjata-senjata mengerikannya di saat mereka melakukan pembicaraan dengan AS terkait kontrol senjata.

"AS harus mempertimbangkan kenyataan yang telah muncul, tentang sistem persenjataan baru yang kami kembangkan," kata analis Andrei Bystritsky, seorang anggota klub diskusi internasional Valdai, kepada kantor berita Rusia TASS.

"Saat melakukan pembicaraan, AS harus ingat bahwa faktor ini memang ada," tambah Bystritsky.

Salah satu highlights dari video rilisan Departemen Pertahanan Rusia adalah latihan jet tempur pencegat MiG-31K Foxhound menggunakan rudal Khinzal bersama dengan pesawat pembom Tupolev Tu-22M3 Backfire.


"Latihan penerbangan taktis diadakan pada sepuluh hari pertama bulan Juli dengan penerbangan jarak jauh untuk latihan memukul target darat dan laut," wakil komandan Angkatan Udara Rusia, Letnan Jenderal Sergei Dronov mengatakan kepada kantor berita TASS.

"Latihan-latihan itu fokus pada perencanaan, persiapan, dan penggunaan sistem peluncur rudal Kinzhal dan pesawat pembom Tu-22M3 jarak jauh, dan juga pada operasi jet tempur untuk memberikan perlindungan bagi kelompok tempur udara."

Skuadron  MiG-31K yang dilengkapi Kinzhal telah melanjutkan "tugas tempur eksperimental" di Distrik Militer Selatan Rusia mulai 1 Desember 2017, dan telah terbang berpatroli di sekitar Laut Kaspia sejak April.

"Personel penerbangan skuadron dan staf teknik dan teknis telah berhasil menguasai pesawat dan persenjataan baru dan meningkatkan keterampilan mereka dalam mempersiapkan dan menyelesaikan misi pelatihan tempur, termasuk dengan pelaksanaan peluncuran rudal praktis. Selama periode ini, lebih dari 350 penerbangan telah dilakukan, 70 diantara dilakukan dengan pengisian bahan bakar udara, "kata Dronov.


Sementara itu, Rusia sedang mempersiapkan uji tambahan untuk untuk rudal Sarmat 200-ton. Saat ini Sarmat telah menyelesaikan uji ejection trials.

"Pekerjaan terus dilakukan untuk menciptakan infrastruktur untuk sistem rudal mobile dan stasioner untuk rudal Yars dan bebarengan dengan itu juga dilakukan upaya untuk mempersiapkan infrastruktur pengujian negara untuk tes penerbangan dari sistem stasioner rudal Sarmat," wakil menteri pertahanan Rusia Timur Ivanov memberi tahu TASS.

Langkah selanjutnya untuk Sarmat adalah uji terbang.

"Semua uji coba yang telah dilakukan memungkinkan untuk membuat kesimpulan yang jelas bahwa sistem rudal Sarmat akan ditempatkan pada tugas tempur dalam jangka waktu yang dijadwalkan."


Dalam video, Rusia memamerkan apa yang tampaknya menjadi prototipe dari torpedo nuklir Poseidon jarak jauh, sebelumnya dikenal sebagai Status-6, yang secara realita tampak lebih sebagai kapal selam robotik kecil.

"Ini jelas merupakan ancaman yang akan diperhitungkan oleh pasukan AS," Bryan Clark, mantan perwira kapal selam Angkatan Laut AS dan senior saat ini di Center for Strategic and Budgetary Assessments mengatakan kepada laman The National Interest di awal tahun ini.

“Ini cukup besar untuk membawa senjata nuklir kelas megaton, meskipun senjata 100 MT yang mereka pamerkan mungkin terlalu berat. Torpedo umumnya mengapung negatif karena berat mesin dan hulu ledak dan kurangnya ruang untuk tangki ballast seperti kapal selam. Hulu ledak yang sangat berat di kendaraan ini akan membuat kontrol menjadi sulit untuk tetap di kedalaman."


Rusia juga memamerkan video baru dari kendaraan peluncur hipersonik Avangard. Meskipun sebagian besar analis skeptis, Rusia mengklaim bahwa senjata itu akan beroperasi tahun depan.

Moskow mengklaim bahwa kontrak produksi untuk senjata Avangard telah ditandatangani dan bahwa senjata itu dapat segera diwaspadai oleh musuh tahun depan.

"Setelah seri pertama kendaraan peluncur diproduksi dan peluncuran rudal dengan senjata ini dilakukan dengan sukses, Avangard dapat diterima untuk layanan sudah pada akhir 2018," sumber pertahanan mengatakan kepada kantor berita TASS.

"Paling lambat, itu akan diterima untuk operasi dan ditempatkan pada siaga tinggi pada 2019."


Rusia juga menunjukkan video rudal jelajah Burevestnik bertenaga nuklir mereka. Senjata ini telah diuji beberapa kali, tetapi sejauh ini masih gagal terbang.

Sebagian alasan mengapa Kremlin mengejar pengembangan senjata-senjata baru ini - terlepas dari kekhawatiran akan sistem pertahanan rudal Amerika - adalah kompleks industri militer Rusia sendiri, yang terus mencari proyek-proyek baru.

Dalam kasus senjata-senjata ini, industri pertahanan dan energi nuklir Rusia memainkan peran besar dalam meyakinkan Kremlin untuk melanjutkan suatu proyek - dan oleh beberapa perkiraan, industri Rusia mungkin berperan dominan. (NI)