Selasa, Februari 25, 2014

Mengapa AS Banyak Keluar Dana untuk F-35?

F-35C

Meski terus menerus dilanda masalah teknis dan penundaan, militer AS tidak berencana untuk membatalkan pengembangan jet tempur baru F-35, program senjata termahal dalam sejarah Pentagon.

F-35 Joint Strike Fighter yang disebut-sebut sebagai keajaiban teknologi yang akan mendominasi langit dunia telah mengalami banyak kendala dari waktu ke waktu, menempatkan program yang seharusnya tujuh tahun ini molor dan dana anggaran yang sebesar USD 167 miliar telah dilampaui, bahkan lebih jauh.

Sebagaimana Pentagon yang saat ini masih mengutak-atik anggaran yang akan diusulkan untuk tahun 2015, program ini dinyatakan masih 'on the way', namun masih belum jelas berapa banyak pesawat yang akan dibangun dan berapa banyak mitra AS yang bersedia untuk membelinya.

Point of no return

Setelah lebih dari satu dekade sejak program diluncurkan, para pejabat bersikeras bahwa program ini harus terus dilanjutkan, karena pesawat inilah yang akan menjadi tulang punggung armada jet tempur AS di masa depan.

Angkatan Udara dan Korps Marinir AS tidak berinvestasi untuk pengembangan pesawat lain, mereka menempatkan semua harapan pada program F-35. Dalam teorinya, Angkatan Laut AS bisa saja "selamat" jika lebih memilih membeli F-18 lebih banyak, namun tekanan yang datang mengharuskan Angkatan Laut AS untuk tetap sejalan dengan yang lain.

Bahkan seorang profesor dari American University yang juga mantan pejabat di Gedung Putih, Gordon Adams, mengatakan bahwa: "Program ini sudah sangat mendekati kegagalan."

Program F-35 menerima dukungan yang kuat dari Kongres AS sebagaimana sang kontraktor Lockheed Martin yang telah menyebarkan lapangan kerja untuk program ini di 45 negara bagian AS.

Sekutu-sekutu AS juga telah berkomitmen untuk program ini, dan Washington pun berjanji akan menghadirkan sebuah pesawat canggih yang akan menjadi menjadi 'game changer' pertempuran.

Harga F-35

Sebagai pesawat 'one-size-fits-all', dan dengan sekutu AS yang juga diundang untuk ambil bagian, program ini awalnya disebut-sebut sebagai investasi masa depan yang cemerlang.

Tetapi biaya program menggelinding bak bola salju, yang diperkirakan harganya telah meningkat 68 persen dari harga awal. Pentagon kini berencana untuk menghabiskan USD 391,2 miliar untuk pembelian 2.443 F-35, dengan masing-masing pesawat dibanderoli dengan harga mengejutkan yaitu USD 160 juta.

Tidak hanya disitu, ketika harus mempertimbangkan biaya terbang dan biaya pemeliharaan selama masa pakainya, program ini akan mencapai USD 1 triliun, ini menurut penilaian Government Accountability Office.

Pesawat tempur revolusioner

F-35 disebut sebagai pesawat tempur yang 'paling' siluman, dengan desain yang menjadikannya tidak terdeteksi radar.

"Ketika F-35 menghadapi musuh di udara, pesawat musuh akan "tewas" bahkan sebelum pesawat musuh itu sadar bahwa mereka sedang bertempur dengan F-35," kata Kepala Angkatan Udara AS Jenderal Mark Welsh mengatakan dalam sebuah acara di televisi CBS.

F-35C

Dibekali dengan kemampuan terbang supersonik dan perangkat lunak yang unik, rumit, dan komplit, F-35 lebih menyerupai komputer terbang. Melalui visor helm hi-tech yang terhubung dengan kamera di pesawat, pilot dapat melihat daratan di bawahnya hanya dengan memandang lantai kokpit. Membuat pilot bisa melihat 360 derajat, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mengapa program ini molor dan apa efek dari penundaan?

Pesawat belum akan dioperasikan secara penuh sebelum tahun 2016, sepuluh tahun sejak penerbangan pertamanya.

Penyebab utama program ini tertunda untuk waktu yang lama adalah karena faktor ketidaksabaran, yaitu keputusan untuk memulai pembangunan padahal pesawat belum selesai pengujian. Akibatnya, bug dan masalah teknis lainnya memaksa dilakukannya perbaikan dan pengubahan, hal ini malah memperlambat produksi.

24 juta baris kode untuk perangkat lunak pesawat ini telah membuat sakit kepala pengembangnya, dan F-35 belum mencapai tingkat kinerja dan keandalan yang diharapkan.

Jumat lalu, kantor program F-35 mengakui kepada AFP bahwa F-35B, varian lepas landas pendek dari F-35 untuk Korps Marinir, mengalami retak pada bulkhead saat stress test. Akibatnya, pengujian daya tahan ditangguhkan karena pesawat harus diperbaiki atau diubah terlebih dahulu.

Program ini sama halnya seperti program-program senjata lain AS di masa lalu, masalah-masalah teknis melambungkan biaya setiap pesawat, yang akhirnya memaksa Washington menskala ulang jumlah pesawat yang akan dibeli.

Pentagon telah mengumumkan rencana untuk membeli hanya 34 F-35 di tahun fiskal 2015, bukan 42 seperti yang direncanakan sebelumnya.

Negara lain yang berminat pada F-35

Selain Amerika Serikat, delapan negara lain telah ambil bagian dalam program F-35: Australia, Inggris, Kanada, Denmark, Italia, Belanda, Norwegia, dan Turki.

Israel telah menyatakan minatnya pada F-35, juga Jepang, Korea Selatan dan Singapura.

Beberapa negara telah memerintahkan pembelian F-35 pertama mereka, tetapi dengan biaya setiap pesawat naik, rencana pembelian menjadi tentatif.

(Gambar: F-35C Varian kapal induk/Lockheed Martin Press Release)