Senin, Desember 16, 2013

RI dan China Mantapkan Kerjasama Industri Pertahanan

Rudal C-705

Guna mempererat kerjasama dan hubungan diplomatik antara Republik Indonesia (RI) dengan Republik Rakyat China (RRC), Menteri Pertahanan RRC Jenderal Chang Wanquan bertemu dengan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin, 16 Desember 2012

Kunjungan Menhan China ini dalam rangka merayakan hubungan diplomatik RI dan China yang sudah berlangsung selama 63 tahun. Selama lawatannya ke Indonesia, yaitu mulai tanggal 15 hingga 19 Desember 2013, Jenderal Chang Wanquan yang juga adalah Anggota Komisi Militer Pusat dan Dewan Negara RRC juga akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan pertemuan Forum Bilateral RI-China saat ini digunakan untuk membahas peningkatan kerjasama pertahanan dan militer kedua angkatan bersenjata yang mencakup beberapa bidang. Yaitu kerjasama konkrit militer dari tiga angkatan, untuk Angkatan Darat yaitu latihan bersama dengan Korps Pasukan Khusus yang terus akan dilaksanakan. Untuk Angkatan Laut, yakni mendorong percepatan dialog kedua AL atau Navy to Navy Talks yang akan menjadi kerjasama pertama Angkatan Laut China dengan AL asing. Ditambah lagi akan dilaksanakan latihan bersama kedua Angkatan Laut pada program kegiatan KomodoEx yang diselenggarakan oleh TNI AL pada tahun 2014 mendatang di perairan Laut Cina Selatan yang masih masuk kedalam wilayah Indonesia. Sedangkan untuk kerjasama Angkatan Udara Pemerintah Indonesia mendorong tetap diadakannya latihan simulator pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30 bagi penerbang TNI AU di China.

Kedua negara juga membahas soal pertukaran personel atau kunjungan delegasi baik di tingkat bawah, menengah dan atas sebagai bagian dari upaya people to people contact. Selain itu, pada pertemuan juga membicarakan soal kerjasama pendidikan dan pelatihan militer. Kedua negara sepakat untuk terus melakukan pertukaran siswa yang mana pihak RRC dapat mengirimkan siswa untuk mengikuti pendidikan Sesko di Indonesia. Pembahasan lain adalah soal partisipasi China dalam kerjasama keamanan multilateral pada tahun 2014.

Transfer Teknologi Rudal


Mengenai industri pertahanan, Menhan RI menyampaikan kepada pihak China bahwa untuk mencegah ketergantungan kepada negara lain dalam pemenuhan Alutsista, Indonesia saat ini sedang melakukan kebijakan diversifikasi. Selain itu pihak Indonesia akan terbuka dan menerima kerjasama industri pertahanan dengan pihak China atas dasar konsep Transfer of Technology dalam rangka membangun industry pertahanan dalam negeri. Nantinya untuk membicarakan perihal yang lebih strategis akan ditindak lanjuti pada pertemuan tingkat Menteri, Wakil Menteri Pertahanan hingga Direktur Jenderal.

Transfer teknologi dari China yang sedang dibahas saat ini adalah untuk Rudal C-705 untuk TNI AL. Kesepakatan pembuatan rudal tersebut dibahas ketika digelar pertemuan di Beijing antara perwakilan Kemhan kedua negara pada tahun 2012. Saat itu disepakati pembuatan bersama rudal anti-kapal C-705 akan direalisasikan oleh Kemhan serta Badan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri Pertahanan Negara (SASTIND) China.

Rudal C-705 merupakan pengembangan lebih lanjut dari rudal dari C-704 yang masuk dalam seri rudal C-70X. Secara eksternal, rudal C-705 lebih menyerupai miniatur rudal C-602 (rudal jelajah subsonik, bobot 1,24 ton). Dibanding seri-seri C-70X terdahulu, C-705 lebih baik dalam propulsi (mesin), hulu ledak dan sistem bimbingannya (pemandu). Mesin rudal C-704 sebelumnya diganti dengan mesin yang lebih besar, ditambah penambahan mesin turbojet dan retractable wing (sayap tarik-masuk) meningkatkan jangkauannya hingga 140 kilometer. Pengembang juga meyakini bahwa desain modular dan mesin baru C-705 masih mungkin untuk ditingkatkan lagi hingga 170 kilometer.
Bobot hulu ledak C-705 adalah 110 kilogram, diperkecil dari bobot hulu ledak C-704 yang mencapai 130 kilogram, namun adaptasi dari hulu ledak HVTD-H high explosive directional akan menjadikannya efektif menetralkan target yang berukuran hingga 1.500 ton atau lebih. C-705 sendiri memiliki bobot sebesar 320 kilogram, ketinggian jelajah 12,15 meter (terendah), dapat diluncurkan dari kapal perang, kendaraan darat dan pesawat dengan tingkat "membunuh" lebih dari 95,7%.

Menhan sendiri menegaskan bahwa Indonesia memang belum mengagendakan sistem ICBM (rudal antar benua). Saat ini Indonesia masih fokus pada pembangunan sistem rudal dengan jangkauan antara 150-300 kilometer.

Seperti yang dilansir Viva, Purnomo menyatakan bahwa Kemenhan saat ini juga sedang membahas pembelian kapal selam kelas Kilo dan Amur dari Rusia. Selain itu, Kemenhan juga sudah menyetujui kemungkinan akuisisi rudal Club S, Rusia, yakni rudal anti-kapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air (kapal selam). Club S termasuk dalam kategori rudal mematikan yang memiliki jangkauan hingga 400 kilometer. Jika jadi, rudal Club S akan melengkapi rudal Rusia lain yang sudah digunakan TNI AL yaitu rudal Yakhont.

[DMC/Viva]