Minggu, November 18, 2012

Review : Kedahsyatan Rudal Yakhont TNI AL

KRI OWA menembakkan Rudal Yakhont

Latihan Puncak Armada Jaya XXXI/2012 TNI AL sudah hampir sebulan berlalu. Namun, kenangan akan detik-detik penembakan rudal Yakhont belum juga hilang. Sebagai sasaran, lambung eks KRI LST Teluk Berau ditempatkan di balik cakrawala sejauh 182 km. KRI Teluk Berau berhasil diendus dan dijebol dalam menit kelima, dan pada menit kedelapan kapal ini sudah tenggelam.

Tenggelamnya KRI Teluk Berau sebenarnya diluar perkiraan pimpinan TNI AL karena dilihat dari spesifikasinya, rudal buatan Rusia ini hanya sebatas melubangi lambung untuk melumpuhkan operasinya. Padahal untuk menenggelamkannya, KRI dan kapal selam TNI AL sudah siap menembakkan Exocet MM-40 block II dan Torpedo SUT.

Dari periskop kapal selam KRI Cakra, perwira TNI AL mengabadikan tiga menit kelabu yang dialami eks KRI LST Teluk Berau. Pertama, terjadi ledakan di tengah kapal tak lama setelah rudal itu menghantam. Berikutnya, haluan kapal mendongak ke atas karena buritan terisi air. Beberapa saat kemudian kapal kemudian tenggelam tegak lurus.

“Keberhasilan ini akan jadi catatan berharga. Kini, kami punya data baringan, jarak dan kondisi, ketika rudal itu tepat mengenai sasaran. Ini bukan lagi soal kecanggihan rudal, tetapi kemampuan menembakkannya. Dan, ini tentu akan menjadi deteren yang amat tinggi bagi kekuatan militer Indonesia,” ujar Dansatlinlamil, Kolonel Laut (P) Tri Satriya Wijaya, salah seorang Wasdal Armada Jaya XXXI/2012 kepada Angkasa/Commando.

Kedahsyatan rudal Yakhont ini serta-merta membuat gembira KSAL Laksamana TNI Soeparno dan jajaran pimpinan TNI AL, termasuk dua anggota Komisi I DPR yang ikut menyaksikan penembakan rudal ini dari geladak kapal markas KRI Surabaya 592. Selain oleh karena kedahsyatannya, kegembiraan juga meletup oleh karena dalam uji penembakan sebelumnya di sebuah wilayah di Samudera Hindia, rudal ini gagal mengunci sasarannya. Rudal kemudian hilang dan tenggelam entah dimana. Operator Rusia yang diperbantukan mengoperasikan rudal ini dari ruang operasi KRI Oswald Siahaan 354 pulang tanpa membuat evaluasi apa pun. Sejak itu perwira senjata TNI AL berusaha untuk “menundukkan” rudal ini tanpa bantuan pihak Rusia.

Lintasan rudal ini cukup menarik untuk diperhatikan, karena berbeda dengan rudal-rudal lain yang biasanya langsung melesat lurus atau balistik menuju sasaran. Angkasa/Commando  yang mengabadikan detik-detik penembakan Yakhont dari KRI Surabaya, menyaksikan rudal unik ini lebih dulu meluncur tegak lurus ke atas dengan kecepatan rendah dengan asap yang tebal. Setelah mencapai ketinggian kira-kira 120 meter, rudal sesaat melambat, melepas roket pendorong tingkat pertamanya, lalu segera melesat dengan kecepatan supersonik dengan mesin pendorong utamanya. Mesin pendorong utamanya berasal dari jenis ramjet, yang hanya akan berhenti jika menghantam sasaran atau kehabisan bahan bakar.

Jika dikendalikan secara benar, rudal ini akan menurunkan ketinggian dan mengunci sasaran dari jarak 40 km terakhir. Pada saat itu pula radarnya akan menyapu secara aktif 12 mil ke kanan dan 12 mil ke kiri dari titik sasaran yang sudah di-install di "kepalanya." Jejak rudal ini pun sulit dilacak radar kapal sasaran karena hanya melayang di ketinggian beberapa meter saja di atas permukaan laut. Menurut spesifikasiya, rudal ini mampu menghantam sasaran sejauh maksimal 300 km yang bisa ditempuh hanya dalam enam menit.

Yakhont adalah rudal P-800 Oniks versi ekspor buatan NPO Mashinostroyeniya. Atas keberhasilan ini dua anggota Komisi I DPR yang ikut menyaksikan penembakan ini akan mendorong pimpinan DPR untuk menyetujui keinginan TNI AL untuk membeli atau menambah jumlah rudal ini. Sejauh ini, di dunia baru Rusia, Vietnam, Suriah dan Indonesia yang memilikinya. India ikut memproduksinya, namun telah mengubah namanya menjadi BrahMos (tidak persis sama, beberapa perubahan/upgrade telah dilakukan India-ARTILERI).

Baca artikel lengkapnya di majalah Angkasa atau Commando edsisi November 2012